DISQUS SHORTNAME

Pembelajaran Kimia kelas XI

Senyawa organik mengandung atom karbon dalam molekulnya. Atom karbon memiliki beberapa sifat khas sehingga memiliki kelimpahan yang besar di alam. Yuk kepoin aeperti apa penjelasannya.

Kegiatan Pembelajaran 2

Senyawa Hidrokarbon dapat dibedakan menjadi alkana, alkena dan alkuna. Ingin tahu seperti apa bedanya dan bagaimana cara pemberian namanya? Yuk di cek!.

Modul 1.1 PGP Angkatan 3

Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara.

Monday, September 27, 2021

CATATAN SIPENGGERAK: AKSI NYATA FILOSIFI PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA MERANCANG PEMBELAJARAN YANG BERPIHAK KEPADA SISWA: “PROYEK PENYELAMAT BUMI”

AKSI NYATA 

FILOSIFI PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA

MERANCANG PEMBELAJARAN YANG BERPIHAK KEPADA SISWA:

“PROYEK PENYELAMAT BUMI”

 

A.    PENDAHULUAN

Pendidikan dan pengajaran merupakan hal yang berbeda. Pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggitingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam hal ini, pendidikan diselenggarakan untuk usaha persiapan dan penyediaan untuk kepentingan manusia dalam segala hal/bidang baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun berbudaya. Hal tersebut jelas tergambar dari filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara.

Setelah mempelajari maksud dan nilai-nilai dari filosofi pendidikan KHD, dapat ditangkap beberapa hal penting terkait pembelajaran yang menuntun kekuatan kodrat siswa. Hal pertama yakni perlunya sistem among dalam pendidikan. Sistem among tersebut berkaitan dengan tindakan menuntun siswa, hingga siswa mampu menumbuhkan dan mengembangkan kekuatan kodratnya agar dapat terwujud siswa yang merdeka, dimana mereka hidup karena kekuatannya sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Yang kedua yakni pentingnya “menghamba kepada sang anak”. Dalam hal ini guru perlu merancang pembelajaran yang berpihak kepada siswa, dimana pembelajaran dirancang berdasarkan kebutuhan, cara belajar dan kesiapan dari siswa itu sendiri, bukan pembelajaran yang dirancang sesuai dengan kemauan dari guru.

Berkenaan dengan hal tersebut, penulis melakukan aksinyata untuk dapat merancang pembelajaran yang berpihak kepada siswa. Pembelajaran yang penulis rancang dimulai dengan memberikan angket kesiapan belajar yang selanjutnya dijadikan landasan dalam merancang pembelajaran.

 

B.    TAHAP PELAKSANAAN AKSI NYATA

Dalam pelaksanaan aksi nyata ini, dimulai dengan tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap refleksi yang selanjutnya menghasilkan rekomendasi tentang pembelajaran yang akan dirancang.

1.    Tahap Persiapan

Pada tahapan ini, penulis mempersiapkan angket yang akan diberikan kepada siswa. Karena pembelajaran masih berlangsung secara jarak jauh, maka penulis memilih angket secara online dengan memanfaatkan google form. Dalam angket tersebut, penulis memberikan beberapa pertanyaan dengan tujuan untuk menggali kebutuhan belajar, cara belajar dan kesiapan belajar siswa.

Kebutuhan belajar yang dimaksud yakni apa yang siswa butuhkan ketika belajar, metoda apa yang siswa inginkan selama PJJ dan media apa yang siswa sukai dalam belajar. Dari informasi tersebut, penulis menentukan metode dan media yang akan penulis gunakan dalam PJJ.

Cara belajar ditentukan dengan beberapa pertanyaan/pernyataan pemantik tentang cara belajar siswa. Beberapa pertanyaan/pernyataan mengarahkan siswa untuk menentukan kecenderungan cara belajarnya, apakah visual, auditori, audiovisual dan kinestatik.

Kesiapan belajar yang dimaksud yakni berkaitan dengan perangkat/gadget yang digunakan siswa, ketersediaan waktu belajar dan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran secara sinkronus maupun asinkronus.

 

2.    Tahap Pelaksanaan

Dalam tahapan ini, siswa yang terlibat yakni siswa kelas XI MIPA SMAN 1 Banjarangkan tahun pelajaran 2021/2022. Jumlah siswa yang terlibat yakni berjumlah 114 orang, yang merupakan anggota kelas XI MIPA 1, MIPA 2 dan MIPA 3.

Untuk menyebarkan angket tersebut kepada siswa, penulis membagikan link google form melalui group Whatsapp kelas. Selanjutnya, siswa mengakses link tersebut dan memberikan respon terhadap angket yang diberikan. Untuk mengetahui hasil dari respon siswa, guru mengakses hasil respon dengan menggunakan grafik serta tabel spreadsheet pada bagian respon yang disediakan google form.

Selanjutnya, hasil dari respon tersebutlah yang akan dijadikan bahan refleksi dan menentukan seperti apa pembelajaran yang akan dirancang. Dengan demikian, pembelajaran yang dirancang dapat “berpihak” pada murid.

 

3.    Tahap refleksi

Pada tahapan ini, dilakukan refleksi terhadap respon siswa. Dari hasil penyebaran angket tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:

a.    Sebagian besar siswa menyatakan sangat didukung orang tua mereka untuk mengikuti PJJ (52,2%), seperti pada gambar berikut:

                                      

 

b.    Sebagian besar siswa menyatakan siap dan bahkan sangat diap untuk belajar secara sinkronus.

                                              


c.     Sebagian besar siswa senang belajar dengan menonton video serta ada cukup banyak siswa yang senang belajar dengan membaca. Hal ini menunjukkan sebagian besar siswa memiliki cara belajar audiovisual, dan visual.

                                       

d.    Hampir seluruh siswa belajar dengan menggunakan smartphone dan hanya sebagian kecil siswa yang menggunakan laptop dalam belajar. Namun, masih ada siswa yang menggunakan gadget bersama dengan saudara ataupun orang tuanya.

                                               


e.    Di bagian akhir, siswa diberikan kesempatan untuk menceritakan pengalaman belajar PJJ selama ini dan ada beberapa siswa yang menyatakan belajar sambil membantu orang tua mencari nafkah karena efek pandemi terhadap dunia kerja.

    Dari apa yang diperoleh dalam angket tersebut, penulis menemukan beberapa hal yang dapat direkomendasikan sebagai acuan dalam merancang pembelajaran PJJ. Adapun hal-hal yang direkomendasikan antara lain:

a.    Pembelajaran dirancang secara sinkronus dan asinkronus dengan menggunakan LMS sederhana yakni Google Classroom.

b.    Alokasi waktu dibuat lebih fleksibel agar siswa yang menggunakan gadget dengan saudara atau orang tuanya dapat mengakses pembelajaran kapan saja. Begitu pula siswa yang harus membantu orang tuanya, mereka dapat mengikuti pembelajaran setelahnya. Pembelajaran yang akan dirancang yakni pembelajaran berbasis proyek.

c.     Media pembelajaran yang digunakan dalam bentuk video serta artikel dengan dilengkapi info grafis. Penulis akan menyiapkan bahan ajar dengan menggunakan Blog yang penulis miliki, dimana konten materinya terdiri dari materi berupa wacana, video pembelajaran serta penguatan berupa gambar.

Berdasarkan rekomendasi tersebut, penulis merancang pembelajaran berbasis proyek dengan menggunakan media blog yang memuat konten pembelajaran dengan penguatan video serta gambar. Tema dalam pembelajaran tersebut penulis istilahkan dengan “Proyek Penyelamat Bumi”.

Dalam pembelajaran Proyek Penyelamat Bumi, siswa akan diberikan materi yang dikemas sesuai dengan cara belajar siswa yang heterogen, baik secara visual maupun audiovisual. Untuk proyek yang harus dikerjakan siswa yakni siswa dituntun agar mampu merancang suatu hasil karya yang mana hasil karya tersebut menyajikan tentang informasi, himbauan maupun ajakan untuk menyelamatkan Bumi dari dampak negatif penggunaan Bahan Bakar Fosil dalam kehidupan. Pembelajaran ini penulis rancang dalam pokok bahasan Minyak Bumi dan pada pertemuan ke-2 yang membahas mengenai dampak negatif pembakaran senyawa hidrokarbon.

Dalam pembelajaran berbasis proyek ini, siswa diberikan kebebasan untuk menentukan bentuk karya mereka sesuai dengan minat, bakat serta kemampuan masing-masing peserta didik. Hal ini dilakukan untuk mengakomodir hasil angket yang disebarkan dimana ada siswa yang senang membuat video, artikel maupun gambar. Dengan diberikan keleluasaan, maka siswa dapat mengasah potensi dalam dirinya serta menumbuhkan kekuatan kodrat yang mereka miliki dalam bentuk karya.

 

C.    REFLEKSI TERHADAP AKSINYATA

Setelah menerapkan apa yang telah direncanakan sebelumnya, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam kesempatan berikutnya. Adapun hal-hal tersebut diantaranya:

  •     Didalam angket perlu ditambahkan pertanyaan yang menggali tentang ketersediaan jaringan ataupun ketersediaan kuota siswa selama PJJ. Bercermin dari pengalaman pada PJJ disemester sebelumnya, masih ada beberapa siswa yang mengeluhkan tentang kendala kuota dalam melakukan pembelajaran tatap maya (sinkronus).
  •      Dalam penerapannya nanti, perlu dibuat kesepakatan kelas terkait dengan hal-hal yang menjadi acuan penilaian yang selanjutnya dituangkan dalam rubrik penilaian.
  •     Pembelajarn ini hendaknya melibatkan pihak lain seperti rekan sejawat ataupun manajemen sekolah sehingga rancangan perencanaan dapat lebih optimal.






 










APA ITU ELEKTROLISIS? LALU BAGAIMANA PENERAPANNYA?

Sebelumnya kita sudah belajar tentang sel volta dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Nah pada kesempatan ini, kita akan melanjutkan apa yang dimaksud dengan elektrolisis dan penerapannya dalam keseharian. 

Elektrolisis adalah penguraian zat-zat kimia oleh arus listrik searah. Dalam peristiwa ini, terjadi perubahan energi listrik menjadi reaksi kimia. dalam elektrolisis terdapat bagian-bagian yang disebut elektrode dan elektrolit. Jika elektroda-elektroda tersebut dihubungkan dengan arus listrik searah maka ion-ion positif (kation) yang terdapat pada elektrolit akan tertarik ke elektroda yang bermuatan negatif (katoda). sementara itu ion-ion negatif (anion) akan bergerak menuju elektroda positif (Anoda).

Prinsip Kerja Sel Elektrolisis

Berbeda dengan sel volta yang mengubah energi kimia menjadi listrik, sel elektrolisis mengubah energi listrik menjadi energi kimia. Dikutip dari Encyclopaedia Britannica, sel elektrolisis memiliki dua elektroda yang bersifat negatif dan positif.
Kemudian sel elektrolisis dicelupkan ke dalam larutan elektrolit yang mengandung ion-ion bermuatan. Kedua elektroda tersebut berada dalam wadah dan larutan elektrolit yang sama. Saat sel elektrolisis dialiri dengan listrik, muatan listrik elektron akan memicu reaksi redoks pada sel. Anoda akan mengalami reaksi oksidasi, sementara katoda akan mengalami reaksi reduksi. Singkatnya, reaksi redoks tidak dapat terjadi secara spontan, harus menggunakan bantuan energi listrik.


Kegunaan Sel Elektrolisis
Berikut kegunaan sel elektrolisis dalam membantu kegiatan manusia sehari-hari, di antaranya:
  1. Cara kerja sel elektrolisis digunakan untuk metode pembuatan gas oksigen, hidrogen, atau gas klorin di laboratorium.
  2. Digunakan pada proses penyepuhan logam menggunakan logam mulia, seperti emas, perak, atau nikel.
  3. Dimanfaatkan untuk proses pemurnian logam kotor. Logam kotor diletakkan di anoda, sedangkan logam murni ditempatkan di katoda.


CATATAN SIPENGGERAK: PEMETAAN KEKUATAN SEBAGAI ASET DALAM MANAJEMEN PERUBAHAN

Salam Guru penggerak.

Dalam kegiatan ruang kolaborasi, kita dihadapkan pada diskusi pemetaan kekuatan dari dalam diri dan luar diri, sebagai aset utama dan aset pendukung dalam manajemen perubahan. Dalam manajemen perubahan dengan pendekatan Inkuiri Apresiatif, hal ini sangat penting untuk dilakukan. Dengan memetakan kekuatan dari berbagai aspek maka kita akan dapat menentukan siapa saja yang berperan dalam perubahan tersebut dan peran mereka seperti apa. Kami menyajikan hasil sidkusi tersebut lewat karya 2 dimensi berupa gambar. Berikut adalah hasil karya yang dapat admin sajikan.


 

Sunday, September 19, 2021

TEORI TUMBUKAN DAN REAKSI KIMIA


Pengantar

Pernahkah kalian menyalakan korek api? Bagaimana caranya supaya korek api dapat menyala ketika digesekkan? Kalian tentu membutuhkan tempat untuk menggesekkan kepala korek bukan, selain itu juga diperlukan energi lebih kuat supaya api dapat menyala. Begitu pula, suatu reaksi juga membutuhkan cara khusus supaya reaksi terjadi dapat menghasilkan produk. Untuk memahami lebih lanjut akan kita pelajari pada pembahasan kali ini tentang teori tumbukan yang menjelaskan bagaiaman reaksi dapat terjadi.

Terjadinya Reaksi Kimia Berdasarkan Teori Tumbukan

Teori tumbukan dapat menjelaskan bagaimana reaksi kimia dapat berlangsung. Menurut teori tumbukan, reaksi kimia terjadi karena adanya partikel-partikel yang saling bertumbukan. Seberapa cepat reaksi berlangsung sebanding dengan jumlah tumbukan efektif antara partikel-partikel yang bereaksi setiap detik. Tumbukan terjadi jika dua molekul atau lebih permukaannya saling bersentuhan pada satu titik. Pengertian satu titik disini adalah jika dianggap bentuk molekul bulat seperti bola, maka pada pertemuan tersebut jarak antar pusat inti sama dengan diameternya untuk jenis molekul yang mempunyai ukuran sama.

Tidak semua tumbukan yang terjadi antara partikel reaktan dapat menghasilkan reaksi kimia. Hanya sebagian keecil dari seluruh tumbukan yang terjadi yang dapat menghasilkan reaksi kimia. Tumbukan yang dapat menghasilkan reaksi kimia dikenal dengan istilah tumbukan efektif.  Agar terjadi tumbukan yang efektif diperlukan syarat, yaitu: a) orientasi tumbukan molekul harus tepat dan b) energi kinetik tumbukan cukup.

 

  1. aOrientasi

      Agar terjadi reaksi kimia, partikel - partikel pereaksi yang bertumbukan harus mempunyai orientasi yang tepat.  Orientasi merupakan arah atau posisi antarmolekul yang bertumbukan. Perhatikan contoh reaksi berikut!

                  2NO2Cl    2NO2  + Cl2

Reaksi di atas berlangsung melalui dua tahap reaksi. Salah satu tahapnya melibatkan tumbukan antara  NO2Cl dengan atom Cl :

                  NO2Cl + Cl NO2 + Cl2

Orientasi NO2Cl ketika ditabrak oleh atom Cl sangat menentukan efektif tidaknya tumbukan yang terjadi, seperti diperlihatkan pada gambar 2 berikut.

 


Gambar a) menunjukkan bahwa orientasi NO2Cl dan Cl kurang tepat sehingga tumbukan yang dihasilkan kurang efektif dan tidak terjadi reaksi. Gambar b) menunjukkan orientasi yang tepat antara NO2Cl dan Cl. Tumbukan efektif yang terjadi menyebabkan  ikatan N – Cl putus dan ikatan Cl –Cl terbentuk sehingga diperoleh NO2 dan Cl2 setelah reaksi.

 

  1. b.     Energi Kinetik

 

      Tidak semua tumbukan dengan orientasi yang tepat disertai dengan energi yang cukup untuk terjadinya reaksi kimia. Hal ini adalah alasan utama mengapa hanya sebagian kecil tumbukan yang dapat menghasilkan reaksi kimia. Tumbukan antar partikel harus mempunyai energi minimum yang lebih besar dari pada energi aktivasi (Ea). Energi aktivasi merupakan jumlah energi minimum yang dibutuhkan dalam suatu tumbukan untuk mengawali terjadinya reaksi kimia. Energi aktivasi dari setiap reaksi kimia bervariasi.

      Untuk dapat memutuskan ikatan semula dan membentuk ikatan baru,  inti atom dari masing-masing partikel yang bertumbukan harus berada pada jarak tertentu yang menungkinkan terjadinya ikatan. Hanya partikel yang bergerak cepat dengan energi kinetik besar yang dapat bertumbukan sehingga dihasilkan energi tumbukan yang cukup untuk reaksi kimia terjadi. Jika energi aktivasi tidak terlampaui, maka reaksi kimia tidak akan terjadi, seperti yang diperlihatkan pada gambar 1.3 berikut:


Pada gambar 3 disamping diperlihatkan meskipun banyak molekul O3 dan NO yang bertumbukan, tapi hanya  a)  yang energi tumbukannya cukup sehingga terbentuk produk O2 dan NO2, sedangkan molekul reaktan pada b) dan c) hanya bersinggungan dan akhirnya terpisah satu dengan yang lainnya.

 

1.     Faktor – Fektor Yang Mempengaruhi Terjadinya Tumbukan

 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah tumbukan efekfif yang terjadi, yaitu: a.  suhu, b. konsentrasi, c. tekanan dan volume, d. katalis, dan e. luar permukaan.

a.       Pengaruh Suhu

Konsep energi aktivasi dapat menjelaskan bagaimana laju reaksi meningkat ketika suhunya ditingkatkan. Semakin tinggi suhu, gerakan partikel reaktan akan semakin cepat sehingga memungkinkan semakin banyak tumbukan dengan energi yang cukup untuk terjadinya reaksi.




 

 

b.      Konsentrasi

Konsentrasi menunjukan perbandingan jumlah partikel dan volume. Semakin tinggi konsentrasi, jumlah partikel yang terdapat pada proses reaksi semakin banyak. Banyaknya jumlah partikel ini memungkinkan tumbukan efektif yang terjadi lebih banyak.



c.       Tekanan dan volume

Tekanan dan volume berbanding terbalik. Jika tekanan diperbesar, maka volume akan semakin kecil. Jika tekanan diperkecil, maka volume akan semakin besar. Dengan konsentrasi yang tetap, perubahan tekanan dan volume akan mempengaruhi ruang gerak partikel zat. Jika volumenya diperkecil akibat tekanan yang diperbesar, maka ruang gerak partikel semakin kecil dan menyebabkan kemungkinan tumbukan efektif terjadi semakin banyak.



d.      Katalis

Katalis adalah zat yang dapat menurunkan energi aktivasi. Jika energi aktivasi dapat diturunkan oleh katalis, maka energi tumbukan yang diperlukan untuk terjadinya reaksi pada tumbukan efektif menjadi lebih sedikit.



e.       Luas Permukaan

Luas permukaan yang dimaksud adalah luas permukaan bidang sentuh tempat terjadinya reaksi. Semakin  besar permukaan maka kemungkinan terjadinya tumbukan efektif semakin besar. Sebaliknya, semakin kecil luas permukaan semakin kecil juga kemungkinan terjadinya tumbukan efektif.


 


Thursday, September 16, 2021

VISI GURU PENGGERAK

 

VISI GURU PENGGERAK

Oleh: Kd. Dwija Negara

 

 

1.   Apa arti penting visi bagi Anda sebagai seorang guru?

Tanggapan:

Visi sangatlah penting bagi saya sebagai Guru. Visi ini menjadi arah tujuan ideal yang ingin saya capai terhadap siswa dan sekolah. Selain itu, visi juga akan menjadi sebuah motivasi diri untuk terus mewujudkannya menjadi nyata dan mengingatkan diri tentang tujuan dan cita-cita saya sebagai seorang guru.

2.   Visi seperti apa yang Anda miliki sebagai guru?

Tanggapan:

Visi yang saya miliki sebagai guru yaitu mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada siswa yang mampu membentuk siswa yang mandiri, kreatif dan berbudi pekerti luhur berlandaskan nilai Profil Pelajar Pancasila.

 

Saya memimpikan murid-murid yang merdeka, mandiri, kreatif dan memiliki Profil Pelajar Pancasila dan dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kodrat keadaan mereka.

Sekolah saya percaya bahwa murid adalah anak yang unik dengan kodratnya masing-masing dan mereka mampu menguatkan kodrat mereka dengan tuntunan guru, tenaga kependidikan serta orang tua dalam ekosistem pembelajaran yang positif.

Sekolah saya mengutamakan kebutuhan siswa dan potensi siswa untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi diri mereka sendiri.

Murid di sekolah saya sadar betul bahwa mereka memiliki potensi mereka masing-masing sesuai kodratnya dan guru disekolah siap untuk menuntun mereka menebalkan kekuatan kodrat dalam diri mereka.

Guru di sekolah saya yakin untuk berkolaborasi mewujudkan visi sekolah yang memerdekakan murid untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Guru di sekolah saya paham bahwa kami harus bergerak, berkolaborasi dan saling menguatkan nilai dan peran diri untuk dapat mewujudkan Merdeka Belajar.

 

VISI: Mewujudkan siswa yang Merdeka dalam kerangka Tri Hita Karana menuju Profil Pelajar Pancasila.




Saturday, September 11, 2021

CATATAN SIPENGGERAK: Contoh Jurnal Refleksi Mingguan

Akhirnya kita telah sampai pada penghujung di minggu ke-4 PGP angkatan 3, untuk paket modul 1. Seperti biasa, dipenghujung minggu kita akan dihadapkan pada Jurnal Refleksi Mingguan. Nah kali ini, admin ingin membagikan jurnal refleksi mingguan yang admin buat dengan menggunakan model Six Thinking Hats. 

Model Six Thinking Hats diperkenalkan oleh Edward de Bono pada tahun 1985. Model ini melatih kita melihat satu topik dari berbagai sudut pandang, yang disimbolkan dengan enam warna topi. Setiap topi mewakili cara berpikir yang berbeda; beberapa di antaranya terkadang mendominasi cara kita berpikir. Karena itu, dengan semakin sering melatih keenam “topi”, kita akan dapat mengambil refleksi yang lebih mendalam. Keenam topi tersebut berikut penggunaannya dalam jurnal refleksi adalah: 

  1. Topi putih: tuliskan informasi sebanyak-banyaknya terkait pengalaman yang terjadi. Informasi ini harus berupa fakta; bukan opini. 
  2. Topi merah: gambarkan perasaan Anda terkait dengan topik yang sedang dibahas, misalnya perasaan saat mempelajari materi baru atau saat menjalankan diskusi kelompok. 
  3. Topi kuning: tuliskan hal-hal positif yang terkait dengan topik tersebut. 
  4. Topi hitam: tuliskan kendala, hambatan, atau risiko dari tindakan/peristiwa yang sedang dibahas. 
  5. Topi hijau: jabarkan ide-ide yang muncul setelah mengalami peristiwa tersebut. 
  6. Topi biru: tarik kesimpulan dari peristiwa yang terjadi, atau ambil keputusan setelah mempertimbangkan kelima sudut pandang lainnya. Bandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. 

Berikut hasil jurnal yang admin buat, semoga menginspirasi.



Wednesday, September 8, 2021

REFLEKSI TERBIMBING NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK

REFLEKSI TERBIMBING

PENDIDIKAN CALON GURU PENGGERAK

OLEH: KD. DWIJA NEGARA, CGP KABUPATEN KLUNGKUNG

 

 

1.  Apa saja nilai diri saya? (yang terdapat pada bagian mulai dari diri)

Tanggapan:

Merefleksi dari apa yang telah saya laksanakan selama ini dan pemahaman saya terhadap nilai diri Guru Penggerak, nilai diri yang saya temukan adalah berpihak pada murid, dan kolaboratif.

 

2. Apa yang saya rasakan setelah mengetahui nilai dari Guru Penggerak? Jelaskan!

     Tanggapan:

     Hal yang saya rasakan adalah bahwa pada dasarnya untuk menciptakan iklim belajar yang menyenangkan dan berpihak pada murid, nilai dan peran guru penggerak haruslah ditanamkan pada diri kita. Merefleksi pada diri sendiri, pada dasarnya saya telah melaksanakan nilai dan peran tersebut. Hanya saja, ada beberapa peran yang telah dilaksanakan dan ada pula peran yang belum secara optimal dapat saya laksanakan.

 

3.  Apa saja nilai diri Guru Penggerak yang sudah saya miliki sekarang?

     Tanggapan:

     Dari hasil diskusi dan refleksi terhadap diri, nilai diri Guru penggerak yang saya miliki sekarang yakni Berpihak pada murid, mandiri dan kolaboratif.

 

4.  Diantara nilai-nilai yang sudah saya pelajari, nilai apa yang saya rasa perlu saya kuatkan? jelaskan!

     Tanggapan:

     Nilai yang perlu saya kuatkan adalah reflektif dan inovatif. Hal ini karena selama ini saya terkadang masih jarang melakukan refleksi terhadap apa yang saya lakukan dan menggunakan hasilrefleksi itu sebagai suatu penguatan untuk perbaikan terhadap kekurangan dari apa yang saya lakukan.  Kegiatan reflektif yang saya lakukan baru sebatas pada kegiatan pembelajaran saja. Menurut saya nilai reflektif ini harus ditekankan pada segala bidang, bukan saja pada kegiatan pembelajaran. Untuk nilai inovatif, terkadang saya masih kesulitan dalam merancang inovasi dalam penyelesaian permasalahan yang saya hadapi. dan saya merasa bersyukur ikut PGP karena dari kegiatan ini saya mendapat banyak inspirasi untuk dapat berinovasi khususnya dalam pembelajaran. Nah itulah alas an mengapa kedua nilai tersebut yang perlu saya kuatkan.

 

5.  Apa yang saya rasakan setelah mengetahui peran dari seorang Guru Penggerak?

     Tanggapan:

     Setelah saya mengetahui peran dari seorang Guru penggerak, saya baru menyadari bahwa tugas seorang guru bukan hanya pada melaksanakan pembelajaran. Tetapi masih ada tanggungjawab lain yang sepatutnya saya laksanakan. Selama ini saya hanya menekankan sebagai pemimpin pembelajaran dan mewujudkan kepemimpinan murid melalui pembelajarn dan ekstrakurikuler Pramuka, tanpa saya sadari saya pun harus berperan dalam menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, serta mendorong kolaborasi antar guru.

 

6.  Apa yang bisa saya lakukan (khusus untuk diri saya) untuk menguatkan peran dan nilai Guru Penggerak?

     Tanggapan:

     Hal utama yang harus saya lakukan yaitu membuka pikiran dan menerima keadaan dengan tulus dan ikhlas atas hasil refleksi terhadap diri sendiri. Saya harus siap untuk memperbaiki hal-hal yang berkaitan dengan nilai dan peran guru penggerak, yang masih kurang dalam diri saya. Dengan memantapkan hati untuk berubah dan bergerak maka saya akan dapat menguatkan nilai dan peran tersebut. Langkah konkrit yang akan saya lakukan yakni terus mengisi diri dengan hal baru serta terus berkolaborasi dengan siswa, rekan guru, manajemen sekolah, orang tua siswa dan masyarakat sehingga kompetensi diri dapat ditingkatkan. Dengan demikian saya akan dapat menumbuh kembangkan nilai dan peran diri Guru Penggerak.

 

7.  Apa yang akan menghambat saya dalam memperkuat peran dan nilai Guru Penggerak dalam diri saya?

     Tanggapan:

     Hambatan utama biasanya dating dari diri sendiri, yakni hilangnya komitmen karena kurangnya keteguhan atas pendirian. Selain itu hal yang dapat menghambat adalah kurangnya dukungan dari lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat. Hal lain yang dapat menghambat yakni manajemen terhadap waktu. Mengingat seringnya terjadi benturan antara kegiatan sekolah, adat dan keluarga yang mana kita harus pandai untuk menentukan sekala prioritas dalam mengambil keputusan.

 


Monday, September 6, 2021

CATATAN SIPENGGERAK: HASIL RUANG KOLABORASI DALAM BENTUK KARYA PRESENTASI

Setelah menyelesaikan kegiatan kolaborasi hari pertama, kami selanjutnya melanjutkan untuk membuat media presentasi untuk mempresentasikan hasil diskusi kami. Media yang kami gunakan yakni Canva. dalam presentasi tersebut kami menceritakan hal-hal positif yang telah kami lakukan selama ini sebagai perwujudan nilai dan peran guru penggerak. berikut hasil karya kami dalam bentuk pdf file. Silahkan klik DISINI

Saturday, September 4, 2021

CATATAN SIPENGGERAK: JURNAL REFLEKSI MINGGUAN MINGGU KE-3 MODUL 1.2 (Dengan Model Reflective Storyboard)

 Salam penggerak, kali ini admin akan membagikan salah satu contoh jurnal refleksi mingguan Pendidikan Guru Penggerak dengan menggunakan model jurnal Reflective Storyboard. Dengan model ini, kita dapat merefleksikan kegiatan kita dengan bantuan gambar ataupun foto dokumentasi sehingga lebih menarik. Berikut adalah hasil karya saya. Mudah-mudahan menginspirasi.



Thursday, September 2, 2021

CATATAN SIPENGGERAK: MODUL 1.2 EKSPLORASI KONSEP NILAI-NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK

 MODUL 1.2 EKSPLORASI KONSEP

NILAI-NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK

 

Sahabat penggerak, pada modul 1.2, kita akan mengeksplorasi konsep nilai-nilai dan peran guru penggerak. Diawal kegiatan eksplorasi konsep, kita dihadapkan pada konsep pembentukan nilai diri dan pada kegiatan akhir kita akan menjawab pertanyaan sebagai wujud diskusi mandiri pada konsep ini. Nah, berikut admin akan jabarkan intisari dari materi yang tersedia pada kegiatan ini.

A. Pembentukan Nilai Diri

Guru pada realitanya selalu dipandang sebagai orang yang dapat diteladani di tengah masyarakat kita. Guru sesungguhnya memiliki kesempatan untuk menjadi teladan bagi muridnya. Menjadi teladan harus diusahakan secara sadar. Maka dari itu, kita harus mengambil keputusan untuk memanfaatkan kesempatan ini atau membiarkannya lewat begitu saja.

Lumpkin (2008), menyatakan bahwa guru dengan karakter baik mengajarkan murid mereka tentang bagaimana keputusan dibuat melalui proses pertimbangan moral. Guru ini membantu muridnya memahami nilainilai kebaikan dalam diri mereka sendiri, kemudian mereka mempercayainya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari siapa mereka, hingga kemudian mereka terus menghidupinya. Guru dengan karakter yang baik melestarikan nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat melalui murid-murid mereka.


Dalam hal ini, guru memiliki peran dalam merawat dan menumbuhkan nilai-nilai kebaikan didalam diri murid-muridnya. Untuk dapat melakukan tanggung jawab tersebut, maka guru harus dapat menciptakan dan mengembangkan lingkungan yang dapat menumbuhkan nilai-nilai kebaikan tersebut baik lingkungan yang bersifat fisik (eksterinsik) maupun lingkungan yang bersifat psikis (Interinsik). Maka dari itu, guru harus sadar untuk tergerak, bergerak dan menggerakkan agar mampu menciptakan lingkungan yang positif dalam menumbuhkan nilai-nilai tersebut.

B. Mengenali “Bagaimana Manusia Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan”.

Sebelum memahami bagaimana manusia tergerak, bergerak dan menggerakkan, kita harus memahami bagian-bagian dan cara kerja otak menusia melalui video berikut.


Dari paparan video tersebut dapat kita ketahua bahwa sesungguhnya dalam otak manusia ada bagian otak yang bekerja seperti otak reptil, otak mamalia dan otak primata. Bagian-bagian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

  1. Batang otak mengelola semua otomasi dan reflek di tubuh demi kelangsungan hidup kita, sehingga mampu mengkonservasi energi yang digunakan otak. Bagian otak ini selalu menganggap semua adalah ancaman hingga terbukti aman. Bagian otak ini menyerupai otak Reptil.
  2. Sistem limbik (amigdala) yang menyerupai otak Mamalia ini, bertanggung jawab soal emosi. Letaknya begitu dalam di otak kita sehingga seringkali mampu mengambil alih kendali diri seseorang. Terlukanya perasaan jauh lebih sakit dan lama sembuhnya ketimbang luka fisik biasa. Otak Reptil dan Mamalia tersebut memiliki kecenderungan alamiah yang sama yaitu: sebanyak mungkin mengkonservasi energi melalui otomasi, auto pilot.
  3. Otak berpikir, yang terdiri dari otak Primata (bagian gerak kompleks, rekayasa penggunaan alat) dan berada dalam satu kesatuan dengan otak manusia, otak luhur, atau neocortex yang tugasnya berpikir strategis, kreatif, metakognitif. Ini adalah kekuatan, namun karena kerja itu semua memakan banyak sekali energi, maka hal ini pun sekaligus menjadi kelemahan. Jadi, perlu diingat bahwa secara alamiah kita mempunyai kecenderungan untuk mengkonservasi energi. Insting kita akan lebih cepat bereaksi dan mengklasifikasikan sesuatu sebagai ancaman, ketimbang harus menganalisanya terlebih dahulu apakah benar itu adalah ancaman.

Pada dasarnya, otak manusia akan lebih memilih sitem berfikir cepat dalam menanggapi sesuatu sebagai bentuk respon untuk refleks mencari rasa aman dan mengkonversi energi seminimal mungkin. Hal ini akan mengakibatkan kita cenderung untuk tidak menganalisis sesuatu secara mendalam, secara strategis, kreatif dan metakognetif. Kabar baiknya, otak manusia memiliki kemampuan untuk belajar. Tidak statis tapi elastis. Dengan demikian, penggunaan sistem berpikir lambat, penggunaan otak luhur (manusia) dapat kita pelajari agar tidak begitu saja memperkenankan sistem berpikir cepat (otak Reptil & Mamalia) mengambil alih kendali diri kita.

C. Profil Pelajar Pancasila

Profil Pelajar Pancasila ini dicetuskan sebagai pedoman untuk pendidikan Indonesia. Tidak hanya untuk kebijakan pendidikan di tingkat nasional saja, akan tetapi diharapkan juga menjadi pegangan untuk para pendidik, dalam membangun karakter anak di ruang belajar yang lebih kecil. Pelajar Pancasila disini berarti pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan memiliki karakter sesuai nilai-nilai Pancasila. Pelajar yang memiliki profil ini adalah pelajar yang terbangun utuh keenam dimensi pembentuknya. Dimensi ini adalah: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif. Keenam dimensi ini perlu dilihat sebagai satu buah kesatuan yang tidak terpisahkan. Apabila satu dimensi ditiadakan, maka profil ini akan menjadi tidak bermakna.

1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia.

Murid dengan dimensi profil ini berarti murid tersebut mengamalkan nilai-nilai agama dan kepercayaannya sebagai bentuk religiusitasnya, percaya dan menghayati keberadaan Tuhan serta memperdalam ajaran agamanya yang tercermin dalam perilakunya sehari-hari sebagai bentuk penerapan pemahaman terhadap ajaran agamanya. Dalam usahanya memperkuat iman dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa, murid dengan profil ini juga menghargai segala bentuk ciptaan Nya, baik itu alam tempat ia tinggal, manusia lain, dan yang juga tidak boleh dilupakan, dirinya sendiri.

2) Berkebinekaan Global

Murid dengan dimensi profil ini merupakan seorang murid yang berbudaya, memiliki identitas diri yang matang, mampu menunjukkan dirinya sebagai representasi budaya luhur bangsanya, serta terbuka terhadap keberagaman budaya daerah, nasional, global. Hal ini dapat diwujudkan dengan kemampuan berinteraksi secara positif antar sesama, memiliki kemampuan komunikasi interkultural, serta mampu memaknai pengalamannya di lingkungan majemuk sebagai kesempatan pegembangan dirinya.

3) Gotong Royong

Seorang murid yang memiliki dimensi Gotong Royong berarti murid tersebut mampu berkolaborasi dengan orang lain dan secara proaktif mengupayakan pencapaian kesejahteraan dan kebahagiaan orang[1]orang yang ada dalam masyarakatnya. Murid tersebut juga sadar bahwa Ia tidak hidup sendiri, memiliki kesadaran diri sebagai bagian dari kelompok, sehingga perlu ada usaha dari dirinya untuk membantu pencapaian kebahagiaan kelompoknya.

4) Mandiri

Seorang murid yang memiliki dimensi mandiri berarti murid tersebut mempunyai prakarsa atas pengembangan diri dan prestasinya dan didasari pada pengenalan kekuatan serta keterbatasan dirinya serta situasi yang dihadapi, dan bertanggung jawab atas proses dan hasilnya. Murid yang memiliki dimensi ini juga mampu mengelola dirinya sendiri (pikiran, perasaan, tindakan) untuk mencapai tujuan pribadinya ataupun tujuan bersama.

5) Bernalar Kritis

Seorang murid yang memiliki dimensi Bernalar Kritis berarti murid tersebut mampu menggunakan kemampuan nalar dirinya untuk memproses informasi, mengevaluasinya, hingga menghasilkan keputusan yang tepat untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapinya. Murid tersebut mampu menyaring informasi, mengolahnya, mencari keterkaitan berbagai informasi, menganalisa serta membuat kesimpulan berdasarkan informasi tersebut. Dimensi ini juga berarti keterbukaan terhadap berbagai macam perspektif ataupun pembuktian baru (termasuk pada pendapatnya semula yang digugurkan oleh pembuktian baru ini). Keterbukaan ini pun mampu bermanfaat dalam kehidupan murid di masa mendatang karena menumbuhkan murid yang terbuka, mau mengubah pendapatnya, serta menghargai pendapat orang lain.

D. Peran Guru Penggerak

Dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila dalam diri siswa, dibutuhkan pendidik yang terampil dan berkompeten sehingga mampu berkontribusi secara aktif sesuai mewujudkan profil tersebut. Peran dari dari seorang Guru tentunya akan lebih maksimal jika memiliki keterampilan ataupun kompetensi yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. , Terdapat 4 kategori dalam kompetensi tersebut. Kategori tersebut yaitu mengembangkan diri dan orang lain, memimpin pembelajaran, memimpin manajemen sekolah, serta memimpin pengembangan sekolah. Seorang Guru Penggerak diharapkan mempunyai 4 kompetensi ini. Guru Penggerak tidak hanya berfokus pada sebagai pemimpin pembelajaran, akan tetapi juga menggerakkan diri serta lingkungan sekolah agar dapat mewujudkan sekolah yang berpihak pada murid.

Dalam peran seorang guru penggerak, terdapat 5 peran penting yang harus ditanamkan. Ke 5 peran tersebut yaitu:

1. Menjadi Pemimpin Pembelajaran

Menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong wellbeing ekosistem pendidikan sekolah. Pemimpin Pembelajaran berarti seorang Guru Penggerak menjadi seorang pemimpin yang menitikberatkan pada komponen yang terkait erat dengan pembelajaran, seperti kurikulum, proses belajar mengajar, asesmen, pengembangan guru serta komunitas sekolah, dan lain-lain. Yang dimaksud dengan wellbeing disini terkait dengan kondisi yang sudah berpihak pada murid. Jadi seorang Guru Penggerak diharapkan mampu berperan sebagai pemimpin yang berorientasi pada murid, dengan memperhatikan segenap aspek pembelajaran yang mendukung tumbuh-kembang murid.

2. Menggerakkan Komunitas Praktisi

Menggerakkan komunitas praktik untuk rekan guru di sekolah dan di wilayahnya. Seorang Guru Penggerak berpartisipasi aktif dalam membuat komunitas belajar untuk para rekan guru baik di sekolah maupun wilayahnya. Banyaknya praktik baik yang bisa dibagikan dalam komunitas tersebut bisa menjadi bahan pembelajaran untuk para guru sejawat dan tentunya untuk Guru Penggerak tersebut juga.

3.  Menjadi Coach Bagi Guru Lain

Seorang Guru Penggerak juga harus mampu mendeteksi aspek-aspek yang bisa ditingkatkan dari rekan sejawatnya, merefleksikan hasil pengalamannya sendiri serta guru lain untuk dijadikan poin peningkatan untuk pembelajaran. Tidak lupa juga sebagai seorang coach, Guru Penggerak diharapkan juga bisa memantau perkembangan dari rekan guru lain tersebut.

4.  Mendorong Kolaborasi Antar Guru

Membuka ruang diskusi positif dan kolaborasi antara guru dan pemangku kepentingan di dalam dan di luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pada peran ini, seorang Guru Penggerak diharapkan mampu memetakan para pemangku kepentingan di sekolah (serta luar sekolah), serta membangun dialog antar para pemangku kepentingan tersebut.

5. Mewujudkan Kepemimpinan Murid

Mendorong peningkatan kemandirian dan kepemimpinan murid di sekolah. Peran seorang Guru Penggerak berarti membantu para murid ini untuk mandiri dalam belajar, mampu memunculkan motivasi murid untuk belajar, juga mendidik karakter murid di sekolah.

E. Nilai-nilai Guru Penggerak

Seorang guru penggerak haruslah menanamkan nilia-nilai penting dalam diri mereka. Nilai itu sendiri, menurut Rokeach (dalam Hari, Abdul H. 2015), merupakan keyakinan sebagai standar yang mengarahkan perbuatan dan standar pengambilan keputusan terhadap objek atau situasi yang sifatnya sangat spesifik. Kehadiran nilai dalam diri seseorang dapat berfungsi sebagai standar bagi seseorang dalam mengambil posisi khusus dalam suatu masalah, sebagai bahan evaluasi dalam membuat keputusan, bahkan hingga berfungsi sebagai motivasi dalam mengarahkan tingkah laku individu dalam kehidupan sehari-hari.

1.  Mandiri

Mandiri berarti seorang Guru Penggerak  mampu senantiasa mendorong dirinya sendiri untuk melakukan aksi serta mengambil tanggung jawab atas segala hal yang terjadi pada dirinya. Segala perubahan yang terjadi di sekitar kita maupun pada diri kita, muncul dari diri kita sendiri. Guru Penggerak yang mandiri, berarti guru tersebut mampu memunculkan motivasi dalam dirinya sendiri untuk membuat perubahan baik untuk lingkungan sekitarnya ataupun pada dirinya sendiri. Hal ini terutama perlu muncul dalam aspek pengembangan dirinya. Guru Penggerak mendorong dirinya untuk meningkatkan kapabilitas dirinya tanpa perlu dorongan dari pihak lain.

2.  Reflektif

Reflektif berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa merefleksikan dan memaknai pengalaman yang terjadi di sekelilingnya, baik yang terjadi pada diri sendiri serta pihak lain. Guru Penggerak yang memiliki nilai reflektif mau membuka diri terhadap pengalaman yang baru dilaluinya, lalu melakukan evaluasi terhadap apa saja hal yang sudah baik, serta apa yang perlu dikembangkan. Apa yang dievaluasi tentu saja beragam, bisa terhadap kekuatan dan keterbatasan diri sendiri, pendapat yang dimiliki oleh diri sendiri, proses, dll. Guru Penggerak yang reflektif tidak hanya berhenti sampai berefleksi namun juga sampai melakukan aksi perbaikan yang bisa dilakukan. Mereka juga senantiasa terbuka untuk meminta dan menerima umpan balik dari orang-orang di sekelilingnya.

3.  Kolaboratif

Kolaboratif berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa membangun hubungan kerja yang positif terhadap seluruh pihak pemangku kepentingan yang berada di lingkungan sekolah ataupun di luar sekolah (contoh: orang tua murid dan komunitas terkait) dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, seorang Guru Penggerak akan bertemu banyak sekali pihak yang mampu mendukung pencapaian Profil Pelajar Pancasila. Guru Penggerak diharapkan mampu merangkul semua pihak itu. Guru Penggerak yang menjiwai nilai kolaboratif mampu membangun rasa kepercayaan dan rasa hormat antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya, serta mengakui dan mengelola perbedaan peran yang diemban oleh masing-masing tiap pemangku kepentingan sekolah dalam mencapai tujuan bersama.

4.  Inovatif

Inovatif berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa memunculkan gagasan-gagasan baru dan tepat guna terkait situasi tertentu ataupun permasalahan tertentu. Seorang Guru Penggerak yang mempunyai nilai inovatif ini, mampu menggunakan nilai reflektifnya dalam mengevaluasi sebuah proses ataupun masalah, dan mencari gagasan-gagasan lainnya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dibutuhkan kejelian dari seorang Guru Penggerak untuk melihat peluang/potensi yang ada di sekitarnya (baik dari guru lain, murid, kepala sekolah, orang tua murid, komunitas lainnya) untuk mendukung ide orisinal demi menguatkan pembelajaran murid.

Nilai inovatif ini juga mendukung keterbukaan para Guru Penggerak terhadap gagasan serta ide lain yang muncul dari luar dirinya untuk memecahkan masalah, mencari informasi lain yang bisa mendukung prosesnya, sudut pandang orang lain yang bisa membantu dirinya dalam menemukan inspirasi pemecahan masalah ataupun mengambil keputusan, hingga pada akhirnya melakukan solusi/aksi nyata untuk mengatasi permasalahan.

5.  Berpihak pada Murid

Berpihak pada murid disini berarti seorang Guru Penggerak selalu bergerak dengan mengutamakan kepentingan perkembangan murid sebagai acuan utama. Segala keputusan yang diambil oleh seorang Guru Penggerak didasari pembelajaran murid terlebih dahulu, bukan dirinya sendiri. Sebagai Guru Penggerak yang memiliki nilai ini, kita selalu harus mulai berpikir dari pertanyaan “apa yang murid butuhkan?”, “apa yang bisa saya lakukan untuk membuat proses belajar ini lebih baik?” dll. Yang perlu seorang Guru Penggerak ingat, bahwa ini adalah nilai yang utama dan penting.