DISQUS SHORTNAME

Monday, September 27, 2021

CATATAN SIPENGGERAK: AKSI NYATA FILOSIFI PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA MERANCANG PEMBELAJARAN YANG BERPIHAK KEPADA SISWA: “PROYEK PENYELAMAT BUMI”

AKSI NYATA 

FILOSIFI PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA

MERANCANG PEMBELAJARAN YANG BERPIHAK KEPADA SISWA:

“PROYEK PENYELAMAT BUMI”

 

A.    PENDAHULUAN

Pendidikan dan pengajaran merupakan hal yang berbeda. Pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggitingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam hal ini, pendidikan diselenggarakan untuk usaha persiapan dan penyediaan untuk kepentingan manusia dalam segala hal/bidang baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun berbudaya. Hal tersebut jelas tergambar dari filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara.

Setelah mempelajari maksud dan nilai-nilai dari filosofi pendidikan KHD, dapat ditangkap beberapa hal penting terkait pembelajaran yang menuntun kekuatan kodrat siswa. Hal pertama yakni perlunya sistem among dalam pendidikan. Sistem among tersebut berkaitan dengan tindakan menuntun siswa, hingga siswa mampu menumbuhkan dan mengembangkan kekuatan kodratnya agar dapat terwujud siswa yang merdeka, dimana mereka hidup karena kekuatannya sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Yang kedua yakni pentingnya “menghamba kepada sang anak”. Dalam hal ini guru perlu merancang pembelajaran yang berpihak kepada siswa, dimana pembelajaran dirancang berdasarkan kebutuhan, cara belajar dan kesiapan dari siswa itu sendiri, bukan pembelajaran yang dirancang sesuai dengan kemauan dari guru.

Berkenaan dengan hal tersebut, penulis melakukan aksinyata untuk dapat merancang pembelajaran yang berpihak kepada siswa. Pembelajaran yang penulis rancang dimulai dengan memberikan angket kesiapan belajar yang selanjutnya dijadikan landasan dalam merancang pembelajaran.

 

B.    TAHAP PELAKSANAAN AKSI NYATA

Dalam pelaksanaan aksi nyata ini, dimulai dengan tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap refleksi yang selanjutnya menghasilkan rekomendasi tentang pembelajaran yang akan dirancang.

1.    Tahap Persiapan

Pada tahapan ini, penulis mempersiapkan angket yang akan diberikan kepada siswa. Karena pembelajaran masih berlangsung secara jarak jauh, maka penulis memilih angket secara online dengan memanfaatkan google form. Dalam angket tersebut, penulis memberikan beberapa pertanyaan dengan tujuan untuk menggali kebutuhan belajar, cara belajar dan kesiapan belajar siswa.

Kebutuhan belajar yang dimaksud yakni apa yang siswa butuhkan ketika belajar, metoda apa yang siswa inginkan selama PJJ dan media apa yang siswa sukai dalam belajar. Dari informasi tersebut, penulis menentukan metode dan media yang akan penulis gunakan dalam PJJ.

Cara belajar ditentukan dengan beberapa pertanyaan/pernyataan pemantik tentang cara belajar siswa. Beberapa pertanyaan/pernyataan mengarahkan siswa untuk menentukan kecenderungan cara belajarnya, apakah visual, auditori, audiovisual dan kinestatik.

Kesiapan belajar yang dimaksud yakni berkaitan dengan perangkat/gadget yang digunakan siswa, ketersediaan waktu belajar dan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran secara sinkronus maupun asinkronus.

 

2.    Tahap Pelaksanaan

Dalam tahapan ini, siswa yang terlibat yakni siswa kelas XI MIPA SMAN 1 Banjarangkan tahun pelajaran 2021/2022. Jumlah siswa yang terlibat yakni berjumlah 114 orang, yang merupakan anggota kelas XI MIPA 1, MIPA 2 dan MIPA 3.

Untuk menyebarkan angket tersebut kepada siswa, penulis membagikan link google form melalui group Whatsapp kelas. Selanjutnya, siswa mengakses link tersebut dan memberikan respon terhadap angket yang diberikan. Untuk mengetahui hasil dari respon siswa, guru mengakses hasil respon dengan menggunakan grafik serta tabel spreadsheet pada bagian respon yang disediakan google form.

Selanjutnya, hasil dari respon tersebutlah yang akan dijadikan bahan refleksi dan menentukan seperti apa pembelajaran yang akan dirancang. Dengan demikian, pembelajaran yang dirancang dapat “berpihak” pada murid.

 

3.    Tahap refleksi

Pada tahapan ini, dilakukan refleksi terhadap respon siswa. Dari hasil penyebaran angket tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:

a.    Sebagian besar siswa menyatakan sangat didukung orang tua mereka untuk mengikuti PJJ (52,2%), seperti pada gambar berikut:

                                      

 

b.    Sebagian besar siswa menyatakan siap dan bahkan sangat diap untuk belajar secara sinkronus.

                                              


c.     Sebagian besar siswa senang belajar dengan menonton video serta ada cukup banyak siswa yang senang belajar dengan membaca. Hal ini menunjukkan sebagian besar siswa memiliki cara belajar audiovisual, dan visual.

                                       

d.    Hampir seluruh siswa belajar dengan menggunakan smartphone dan hanya sebagian kecil siswa yang menggunakan laptop dalam belajar. Namun, masih ada siswa yang menggunakan gadget bersama dengan saudara ataupun orang tuanya.

                                               


e.    Di bagian akhir, siswa diberikan kesempatan untuk menceritakan pengalaman belajar PJJ selama ini dan ada beberapa siswa yang menyatakan belajar sambil membantu orang tua mencari nafkah karena efek pandemi terhadap dunia kerja.

    Dari apa yang diperoleh dalam angket tersebut, penulis menemukan beberapa hal yang dapat direkomendasikan sebagai acuan dalam merancang pembelajaran PJJ. Adapun hal-hal yang direkomendasikan antara lain:

a.    Pembelajaran dirancang secara sinkronus dan asinkronus dengan menggunakan LMS sederhana yakni Google Classroom.

b.    Alokasi waktu dibuat lebih fleksibel agar siswa yang menggunakan gadget dengan saudara atau orang tuanya dapat mengakses pembelajaran kapan saja. Begitu pula siswa yang harus membantu orang tuanya, mereka dapat mengikuti pembelajaran setelahnya. Pembelajaran yang akan dirancang yakni pembelajaran berbasis proyek.

c.     Media pembelajaran yang digunakan dalam bentuk video serta artikel dengan dilengkapi info grafis. Penulis akan menyiapkan bahan ajar dengan menggunakan Blog yang penulis miliki, dimana konten materinya terdiri dari materi berupa wacana, video pembelajaran serta penguatan berupa gambar.

Berdasarkan rekomendasi tersebut, penulis merancang pembelajaran berbasis proyek dengan menggunakan media blog yang memuat konten pembelajaran dengan penguatan video serta gambar. Tema dalam pembelajaran tersebut penulis istilahkan dengan “Proyek Penyelamat Bumi”.

Dalam pembelajaran Proyek Penyelamat Bumi, siswa akan diberikan materi yang dikemas sesuai dengan cara belajar siswa yang heterogen, baik secara visual maupun audiovisual. Untuk proyek yang harus dikerjakan siswa yakni siswa dituntun agar mampu merancang suatu hasil karya yang mana hasil karya tersebut menyajikan tentang informasi, himbauan maupun ajakan untuk menyelamatkan Bumi dari dampak negatif penggunaan Bahan Bakar Fosil dalam kehidupan. Pembelajaran ini penulis rancang dalam pokok bahasan Minyak Bumi dan pada pertemuan ke-2 yang membahas mengenai dampak negatif pembakaran senyawa hidrokarbon.

Dalam pembelajaran berbasis proyek ini, siswa diberikan kebebasan untuk menentukan bentuk karya mereka sesuai dengan minat, bakat serta kemampuan masing-masing peserta didik. Hal ini dilakukan untuk mengakomodir hasil angket yang disebarkan dimana ada siswa yang senang membuat video, artikel maupun gambar. Dengan diberikan keleluasaan, maka siswa dapat mengasah potensi dalam dirinya serta menumbuhkan kekuatan kodrat yang mereka miliki dalam bentuk karya.

 

C.    REFLEKSI TERHADAP AKSINYATA

Setelah menerapkan apa yang telah direncanakan sebelumnya, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam kesempatan berikutnya. Adapun hal-hal tersebut diantaranya:

  •     Didalam angket perlu ditambahkan pertanyaan yang menggali tentang ketersediaan jaringan ataupun ketersediaan kuota siswa selama PJJ. Bercermin dari pengalaman pada PJJ disemester sebelumnya, masih ada beberapa siswa yang mengeluhkan tentang kendala kuota dalam melakukan pembelajaran tatap maya (sinkronus).
  •      Dalam penerapannya nanti, perlu dibuat kesepakatan kelas terkait dengan hal-hal yang menjadi acuan penilaian yang selanjutnya dituangkan dalam rubrik penilaian.
  •     Pembelajarn ini hendaknya melibatkan pihak lain seperti rekan sejawat ataupun manajemen sekolah sehingga rancangan perencanaan dapat lebih optimal.






 










0 comments:

Post a Comment