MODUL 1.2 EKSPLORASI KONSEP
NILAI-NILAI DAN PERAN
GURU PENGGERAK
Sahabat penggerak, pada modul
1.2, kita akan mengeksplorasi konsep nilai-nilai dan peran guru penggerak.
Diawal kegiatan eksplorasi konsep, kita dihadapkan pada konsep pembentukan
nilai diri dan pada kegiatan akhir kita akan menjawab pertanyaan sebagai wujud
diskusi mandiri pada konsep ini. Nah, berikut admin akan jabarkan intisari dari
materi yang tersedia pada kegiatan ini.
A. Pembentukan Nilai Diri
Guru pada realitanya selalu
dipandang sebagai orang yang dapat diteladani di tengah masyarakat kita. Guru
sesungguhnya memiliki kesempatan untuk menjadi teladan bagi muridnya. Menjadi
teladan harus diusahakan secara sadar. Maka dari itu, kita harus mengambil
keputusan untuk memanfaatkan kesempatan ini atau membiarkannya lewat begitu
saja.
Lumpkin (2008), menyatakan bahwa
guru dengan karakter baik mengajarkan murid mereka tentang bagaimana keputusan
dibuat melalui proses pertimbangan moral. Guru ini membantu muridnya memahami
nilainilai kebaikan dalam diri mereka sendiri, kemudian mereka mempercayainya
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari siapa mereka, hingga kemudian mereka
terus menghidupinya. Guru dengan karakter yang baik melestarikan nilai-nilai
kebaikan di tengah masyarakat melalui murid-murid mereka.
Dalam hal ini, guru memiliki peran dalam merawat dan menumbuhkan nilai-nilai kebaikan didalam diri murid-muridnya. Untuk dapat melakukan tanggung jawab tersebut, maka guru harus dapat menciptakan dan mengembangkan lingkungan yang dapat menumbuhkan nilai-nilai kebaikan tersebut baik lingkungan yang bersifat fisik (eksterinsik) maupun lingkungan yang bersifat psikis (Interinsik). Maka dari itu, guru harus sadar untuk tergerak, bergerak dan menggerakkan agar mampu menciptakan lingkungan yang positif dalam menumbuhkan nilai-nilai tersebut.
B. Mengenali “Bagaimana Manusia
Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan”.
Sebelum memahami bagaimana
manusia tergerak, bergerak dan menggerakkan, kita harus memahami bagian-bagian
dan cara kerja otak menusia melalui video berikut.
Dari paparan video tersebut dapat kita ketahua bahwa sesungguhnya dalam otak manusia ada bagian otak yang bekerja seperti otak reptil, otak mamalia dan otak primata. Bagian-bagian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
- Batang otak mengelola semua otomasi dan reflek di tubuh demi kelangsungan hidup kita, sehingga mampu mengkonservasi energi yang digunakan otak. Bagian otak ini selalu menganggap semua adalah ancaman hingga terbukti aman. Bagian otak ini menyerupai otak Reptil.
- Sistem limbik (amigdala) yang menyerupai otak Mamalia ini, bertanggung jawab soal emosi. Letaknya begitu dalam di otak kita sehingga seringkali mampu mengambil alih kendali diri seseorang. Terlukanya perasaan jauh lebih sakit dan lama sembuhnya ketimbang luka fisik biasa. Otak Reptil dan Mamalia tersebut memiliki kecenderungan alamiah yang sama yaitu: sebanyak mungkin mengkonservasi energi melalui otomasi, auto pilot.
- Otak berpikir, yang terdiri dari otak Primata (bagian gerak kompleks, rekayasa penggunaan alat) dan berada dalam satu kesatuan dengan otak manusia, otak luhur, atau neocortex yang tugasnya berpikir strategis, kreatif, metakognitif. Ini adalah kekuatan, namun karena kerja itu semua memakan banyak sekali energi, maka hal ini pun sekaligus menjadi kelemahan. Jadi, perlu diingat bahwa secara alamiah kita mempunyai kecenderungan untuk mengkonservasi energi. Insting kita akan lebih cepat bereaksi dan mengklasifikasikan sesuatu sebagai ancaman, ketimbang harus menganalisanya terlebih dahulu apakah benar itu adalah ancaman.
Pada dasarnya, otak manusia akan
lebih memilih sitem berfikir cepat dalam menanggapi sesuatu sebagai bentuk
respon untuk refleks mencari rasa aman dan mengkonversi energi seminimal mungkin.
Hal ini akan mengakibatkan kita cenderung untuk tidak menganalisis sesuatu
secara mendalam, secara strategis, kreatif dan metakognetif. Kabar baiknya,
otak manusia memiliki kemampuan untuk belajar. Tidak statis tapi elastis.
Dengan demikian, penggunaan sistem berpikir lambat, penggunaan otak luhur
(manusia) dapat kita pelajari agar tidak begitu saja memperkenankan sistem
berpikir cepat (otak Reptil & Mamalia) mengambil alih kendali diri kita.
C. Profil Pelajar Pancasila
Profil Pelajar Pancasila ini
dicetuskan sebagai pedoman untuk pendidikan Indonesia. Tidak hanya untuk
kebijakan pendidikan di tingkat nasional saja, akan tetapi diharapkan juga
menjadi pegangan untuk para pendidik, dalam membangun karakter anak di ruang
belajar yang lebih kecil. Pelajar Pancasila disini berarti pelajar sepanjang
hayat yang kompeten dan memiliki karakter sesuai nilai-nilai Pancasila. Pelajar
yang memiliki profil ini adalah pelajar yang terbangun utuh keenam dimensi
pembentuknya. Dimensi ini adalah: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha
Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan
global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif. Keenam dimensi ini perlu dilihat
sebagai satu buah kesatuan yang tidak terpisahkan. Apabila satu dimensi
ditiadakan, maka profil ini akan menjadi tidak bermakna.
1) Beriman, bertakwa kepada
Tuhan YME, dan berakhlak mulia.
Murid dengan
dimensi profil ini berarti murid tersebut mengamalkan nilai-nilai agama dan
kepercayaannya sebagai bentuk religiusitasnya, percaya dan menghayati
keberadaan Tuhan serta memperdalam ajaran agamanya yang tercermin dalam
perilakunya sehari-hari sebagai bentuk penerapan pemahaman terhadap ajaran
agamanya. Dalam usahanya memperkuat iman dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang
Maha Esa, murid dengan profil ini juga menghargai segala bentuk ciptaan Nya,
baik itu alam tempat ia tinggal, manusia lain, dan yang juga tidak boleh
dilupakan, dirinya sendiri.
2) Berkebinekaan Global
Murid dengan
dimensi profil ini merupakan seorang murid yang berbudaya, memiliki identitas
diri yang matang, mampu menunjukkan dirinya sebagai representasi budaya luhur
bangsanya, serta terbuka terhadap keberagaman budaya daerah, nasional, global.
Hal ini dapat diwujudkan dengan kemampuan berinteraksi secara positif antar
sesama, memiliki kemampuan komunikasi interkultural, serta mampu memaknai
pengalamannya di lingkungan majemuk sebagai kesempatan pegembangan dirinya.
3) Gotong Royong
Seorang murid
yang memiliki dimensi Gotong Royong berarti murid tersebut mampu berkolaborasi
dengan orang lain dan secara proaktif mengupayakan pencapaian kesejahteraan dan
kebahagiaan orang[1]orang yang ada dalam
masyarakatnya. Murid tersebut juga sadar bahwa Ia tidak hidup sendiri, memiliki
kesadaran diri sebagai bagian dari kelompok, sehingga perlu ada usaha dari
dirinya untuk membantu pencapaian kebahagiaan kelompoknya.
4) Mandiri
Seorang murid
yang memiliki dimensi mandiri berarti murid tersebut mempunyai prakarsa atas
pengembangan diri dan prestasinya dan didasari pada pengenalan kekuatan serta
keterbatasan dirinya serta situasi yang dihadapi, dan bertanggung jawab atas
proses dan hasilnya. Murid yang memiliki dimensi ini juga mampu mengelola
dirinya sendiri (pikiran, perasaan, tindakan) untuk mencapai tujuan pribadinya
ataupun tujuan bersama.
5) Bernalar Kritis
Seorang murid
yang memiliki dimensi Bernalar Kritis berarti murid tersebut mampu menggunakan
kemampuan nalar dirinya untuk memproses informasi, mengevaluasinya, hingga
menghasilkan keputusan yang tepat untuk mengatasi berbagai persoalan yang
dihadapinya. Murid tersebut mampu menyaring informasi, mengolahnya, mencari
keterkaitan berbagai informasi, menganalisa serta membuat kesimpulan
berdasarkan informasi tersebut. Dimensi ini juga berarti keterbukaan terhadap
berbagai macam perspektif ataupun pembuktian baru (termasuk pada pendapatnya
semula yang digugurkan oleh pembuktian baru ini). Keterbukaan ini pun mampu
bermanfaat dalam kehidupan murid di masa mendatang karena menumbuhkan murid
yang terbuka, mau mengubah pendapatnya, serta menghargai pendapat orang lain.
D. Peran Guru Penggerak
Dalam mewujudkan Profil Pelajar
Pancasila dalam diri siswa, dibutuhkan pendidik yang terampil dan berkompeten
sehingga mampu berkontribusi secara aktif sesuai mewujudkan profil tersebut. Peran
dari dari seorang Guru tentunya akan lebih maksimal jika memiliki keterampilan
ataupun kompetensi yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. , Terdapat
4 kategori dalam kompetensi tersebut. Kategori tersebut yaitu mengembangkan
diri dan orang lain, memimpin pembelajaran, memimpin manajemen sekolah, serta
memimpin pengembangan sekolah. Seorang Guru Penggerak diharapkan mempunyai 4
kompetensi ini. Guru Penggerak tidak hanya berfokus pada sebagai pemimpin
pembelajaran, akan tetapi juga menggerakkan diri serta lingkungan sekolah agar
dapat mewujudkan sekolah yang berpihak pada murid.
Dalam peran seorang guru
penggerak, terdapat 5 peran penting yang harus ditanamkan. Ke 5 peran tersebut
yaitu:
1. Menjadi Pemimpin
Pembelajaran
Menjadi pemimpin
pembelajaran yang mendorong wellbeing ekosistem pendidikan sekolah. Pemimpin
Pembelajaran berarti seorang Guru Penggerak menjadi seorang pemimpin yang
menitikberatkan pada komponen yang terkait erat dengan pembelajaran, seperti
kurikulum, proses belajar mengajar, asesmen, pengembangan guru serta komunitas
sekolah, dan lain-lain. Yang dimaksud dengan wellbeing disini terkait dengan
kondisi yang sudah berpihak pada murid. Jadi seorang Guru Penggerak diharapkan
mampu berperan sebagai pemimpin yang berorientasi pada murid, dengan
memperhatikan segenap aspek pembelajaran yang mendukung tumbuh-kembang murid.
2. Menggerakkan Komunitas
Praktisi
Menggerakkan
komunitas praktik untuk rekan guru di sekolah dan di wilayahnya. Seorang Guru
Penggerak berpartisipasi aktif dalam membuat komunitas belajar untuk para rekan
guru baik di sekolah maupun wilayahnya. Banyaknya praktik baik yang bisa
dibagikan dalam komunitas tersebut bisa menjadi bahan pembelajaran untuk para
guru sejawat dan tentunya untuk Guru Penggerak tersebut juga.
3. Menjadi Coach
Bagi Guru Lain
Seorang Guru
Penggerak juga harus mampu mendeteksi aspek-aspek yang bisa ditingkatkan dari
rekan sejawatnya, merefleksikan hasil pengalamannya sendiri serta guru lain
untuk dijadikan poin peningkatan untuk pembelajaran. Tidak lupa juga sebagai
seorang coach, Guru Penggerak
diharapkan juga bisa memantau perkembangan dari rekan guru lain tersebut.
4. Mendorong Kolaborasi Antar Guru
Membuka ruang
diskusi positif dan kolaborasi antara guru dan pemangku kepentingan di dalam
dan di luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pada peran ini,
seorang Guru Penggerak diharapkan mampu memetakan para pemangku kepentingan di
sekolah (serta luar sekolah), serta membangun dialog antar para pemangku
kepentingan tersebut.
5. Mewujudkan Kepemimpinan
Murid
Mendorong
peningkatan kemandirian dan kepemimpinan murid di sekolah. Peran seorang Guru
Penggerak berarti membantu para murid ini untuk mandiri dalam belajar, mampu
memunculkan motivasi murid untuk belajar, juga mendidik karakter murid di
sekolah.
E. Nilai-nilai Guru Penggerak
Seorang guru penggerak
haruslah menanamkan nilia-nilai penting dalam diri mereka. Nilai itu sendiri,
menurut Rokeach (dalam Hari, Abdul H. 2015), merupakan keyakinan sebagai
standar yang mengarahkan perbuatan dan standar pengambilan keputusan terhadap
objek atau situasi yang sifatnya sangat spesifik. Kehadiran nilai dalam diri
seseorang dapat berfungsi sebagai standar bagi seseorang dalam mengambil posisi
khusus dalam suatu masalah, sebagai bahan evaluasi dalam membuat keputusan,
bahkan hingga berfungsi sebagai motivasi dalam mengarahkan tingkah laku
individu dalam kehidupan sehari-hari.
1. Mandiri
Mandiri
berarti seorang Guru Penggerak mampu
senantiasa mendorong dirinya sendiri untuk melakukan aksi serta mengambil
tanggung jawab atas segala hal yang terjadi pada dirinya. Segala perubahan yang
terjadi di sekitar kita maupun pada diri kita, muncul dari diri kita sendiri. Guru
Penggerak yang mandiri, berarti guru tersebut mampu memunculkan motivasi dalam
dirinya sendiri untuk membuat perubahan baik untuk lingkungan sekitarnya
ataupun pada dirinya sendiri. Hal ini terutama perlu muncul dalam aspek
pengembangan dirinya. Guru Penggerak mendorong dirinya untuk meningkatkan
kapabilitas dirinya tanpa perlu dorongan dari pihak lain.
2. Reflektif
Reflektif
berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa merefleksikan dan memaknai
pengalaman yang terjadi di sekelilingnya, baik yang terjadi pada diri sendiri
serta pihak lain. Guru Penggerak yang memiliki nilai reflektif mau membuka diri
terhadap pengalaman yang baru dilaluinya, lalu melakukan evaluasi terhadap apa
saja hal yang sudah baik, serta apa yang perlu dikembangkan. Apa yang
dievaluasi tentu saja beragam, bisa terhadap kekuatan dan keterbatasan diri
sendiri, pendapat yang dimiliki oleh diri sendiri, proses, dll. Guru Penggerak
yang reflektif tidak hanya berhenti sampai berefleksi namun juga sampai
melakukan aksi perbaikan yang bisa dilakukan. Mereka juga senantiasa terbuka
untuk meminta dan menerima umpan balik dari orang-orang di sekelilingnya.
3. Kolaboratif
Kolaboratif
berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa membangun hubungan kerja yang
positif terhadap seluruh pihak pemangku kepentingan yang berada di lingkungan
sekolah ataupun di luar sekolah (contoh: orang tua murid dan komunitas terkait)
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila,
seorang Guru Penggerak akan bertemu banyak sekali pihak yang mampu mendukung
pencapaian Profil Pelajar Pancasila. Guru Penggerak diharapkan mampu merangkul
semua pihak itu. Guru Penggerak yang menjiwai nilai kolaboratif mampu membangun
rasa kepercayaan dan rasa hormat antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya,
serta mengakui dan mengelola perbedaan peran yang diemban oleh masing-masing
tiap pemangku kepentingan sekolah dalam mencapai tujuan bersama.
4. Inovatif
Inovatif
berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa memunculkan gagasan-gagasan
baru dan tepat guna terkait situasi tertentu ataupun permasalahan tertentu. Seorang
Guru Penggerak yang mempunyai nilai inovatif ini, mampu menggunakan nilai
reflektifnya dalam mengevaluasi sebuah proses ataupun masalah, dan mencari
gagasan-gagasan lainnya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dibutuhkan
kejelian dari seorang Guru Penggerak untuk melihat peluang/potensi yang ada di
sekitarnya (baik dari guru lain, murid, kepala sekolah, orang tua murid,
komunitas lainnya) untuk mendukung ide orisinal demi menguatkan pembelajaran
murid.
Nilai inovatif
ini juga mendukung keterbukaan para Guru Penggerak terhadap gagasan serta ide
lain yang muncul dari luar dirinya untuk memecahkan masalah, mencari informasi
lain yang bisa mendukung prosesnya, sudut pandang orang lain yang bisa membantu
dirinya dalam menemukan inspirasi pemecahan masalah ataupun mengambil
keputusan, hingga pada akhirnya melakukan solusi/aksi nyata untuk mengatasi
permasalahan.
5. Berpihak pada Murid
Berpihak pada
murid disini berarti seorang Guru Penggerak selalu bergerak dengan mengutamakan
kepentingan perkembangan murid sebagai acuan utama. Segala keputusan yang
diambil oleh seorang Guru Penggerak didasari pembelajaran murid terlebih
dahulu, bukan dirinya sendiri. Sebagai Guru Penggerak yang memiliki nilai ini,
kita selalu harus mulai berpikir dari pertanyaan “apa yang murid butuhkan?”,
“apa yang bisa saya lakukan untuk membuat proses belajar ini lebih baik?” dll. Yang
perlu seorang Guru Penggerak ingat, bahwa ini adalah nilai yang utama dan
penting.
0 comments:
Post a Comment