DISQUS SHORTNAME

Monday, October 11, 2021

REFLEKSI BUDAYA POSITIF

 

REFLEKSI TERBIMBING MODUL 1.4

BUDAYA POSITIF

Oleh: Kd. Dwija Negara

 

 

 

1.      Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?

Tanggapan:

Dari apa yang telah saya pelajari terkait hal diatas, saya memahami bahwa disiplin positif yang membangun karakter positif merupakan salah satu budaya positif di sekolah. Untuk dapat mewujudkan disiplin positif, maka kita harus menyadari bahwa disiplin bukanlah semata-mata berkenaan dengan aturan dan sangsi, melainkan adalah disiplin diri yang berakar dari kesadaran dan keyakinan diri. Dengan kata lain, disiplin positif didasari pada motivasi interinsik, bukan motivasi eksterinsik. Untuk dapat memicu motivasi interinsik pada diri siswa, guru harus mampu mengubah paradigma dari teori stimulus respon menuju teori kontrol, dalam perannya menumbuhkan budaya positif. Ada lima posisi kontrol yang perlu dipahami yakni sebagai penghukum, pembuat orang merasa bersalah, menjadi teman, pemantau/monitor serta posisi manajer. Sebisa mungkin kita sebagai guru perlu menempatkan diri dalam posisi manajer dalam mengontrol prilaku disiplin positif. Dalam mengontrol disiplin diri siswa, kita perlu membuat kesepakatan bersama siswa tentang nilai-nilai kebijaksanaan yang perlu mereka yakini. Hal ini tertuang dalam keyakinan sekolah, sebagai pengganti aturan-aturan yang lebih bersifat stimulus-respon dalam bentuk sangsi atau konsekuensi. Keyakinan sekolah ini akan dapat memenuhi kebutuhan dasar anak sehingga dengan terpenuhinya 5 kebutuhan dasar tersebut maka anak akan memiliki motivasi interinsik untuk berprilaku positif. Kelima kebutuhan dasar tersebut diantaranya kebutuhan bertahan hidup, cinta dan kasih sayang, penguasaan, kebebasan dan kesenangan. Ketika ada satu pelanggaran disiplin, maka akan ada kebutuhan dasar anak yang belum terpenuhi. Maka dari itu, hal yang dapat dilakukan adalah dengan menawarkan restitusi kepada anak. Restitusi dapat menguatkan karakter anak dan tidak akan menimbulkan trauma kepadanya. Langkah restitusi yang harus diterapkan guru tertuang pada segitiga restitusi yaitu menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah serta menanyakan keyakinan.

 

2.      Tuliskan pengalaman Anda dalam menggunakan konsep-konsep inti  tersebut dalam menciptakan budaya positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda.

Tanggapan:

Setelah saya mengikuti PGP dan menyadari tentang pentingnya melibatkan siswa dalam penentuang pembelajaran sebagai wujud pembelajaran yang berpihak pada murid, saya mulai menerapkan membuat kesepakatan kelas tentang hal-hal positif yang harus mereka yakini perlu adanya ketika pelaksanaan pembelajaran. Hal-hal positif tersebut mereka tuliskan dalam stickynote dan saya bacakan serta selanjutnya dituliskan sebagai bentuk keyakinan akan budaya positif yang perlu mereka jaga selama pembelajaran. Dengan demikian, saya berharap motivasi untuk menerapkan disiplin positif berasal dari dalam diri mereka.

 

3.      Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, ada di posisi manakah Anda? Anda boleh menceritakan situasinya dan posisi Anda saat itu.

Tanggapan:

Jika bercermin secara global dari apa yang pernah saya lakukan selama ini di lingkungan sekolah maupun di kelas, saya pernah menerapkan segitiga restitusi dalam menangani masalah siswa, walaupun tidak secara hirarki seperti yang tertera pada modul. Ketika itu, salah satu anak didik saya dalam ekstra kurikuler mengambil helm temanya ketika ada kegiatan disekolah. Kecurigaan tertuju kepada anak didik tersebut karena telah tertangkap kamera CCTV. Pada akhirnya saya dan guru BK memanggil anak tersebut. Pada kesempatan itu saya mencoba menjadi mentor terhadap si anak dan mencoba memotivasi dirinya untuk mau secara sukarela. Akhirnya si anak mengakuinya dengan lapang dada. Pada kesempatan itu saya juga meyakinkan pada si anak bahwa yang dilakukannya tidak sesuai dengan seharusnya karena merugikan temannya. Ia menyadari kesalahannya tersebut. Dengan mengajukan beberapa pertanyaan, akhirnya sianak menceritakan mengapa Ia melakukan hal tersebut dan dari sana saya menyadari bahwa apa yang dilakukannya adalah untuk memenuhi kebutuhannya dalam bertahan hidup. Dalam kesehariannya, si anak tinggal sendiri di rumah neneknya berpisah dengan orang tuanya karena ingin belajar mandiri. Tiap minggunya Ia harus cukup bertahan hidup dengan uang Rp 20.000. Ia enggan meminta uang lebih kepada orang tuanya karena merasa kasihan melihat kedua orang tuanya yang di PHK akibat pandemi. Ketika itu, Ia sudah tidak dapat berfikir panjang karena sudah terdesak kebutuhan sehingga mengambil helm temannya. Namun, setelah diambia Ia bingung apa yang akan dilakukan selanjutnya terhadap helm tersebut sehingga helm itu hanya disimpan saja. Saya menanyakan kepadanya apa yang akan dilakukan selanjutnya. Lalu anak tersebut menjawab bahwa Ia akan mengembalikan helm tersebut kepada temannya dan meminta maaf. Akhirnya si anak bertemu dengan pemilik helm dan mengembalikan helm tersebut dan meminta maaf. Dari proses tersebut akhirnya pihak sekolah memanggil orang tua korban dan menyampaikan keadaan si anak dan akhirnya si anak kembali tinggal bersama orang tuanya.

 

4.      Perubahan  apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?

Tanggapan:

Hal yang paling saya rasakan dalam pemikiran saya yakni pada pola pikir saya tentang penerapan disiplin diri. Dulu saya memandang bahwa aturan ketat dana sangsi atas pelanggaran aturan akan dapat menciptakan disiplin diri siswa. Namun, setelah belajar modul ini saya baru menyadari bahwa dalam menciptakan budaya positif khususnya yang berkenaan dengan disiplin diri diperlukan motivasi dari dalam diri bukan berupa aturan. Jadi yang selama ini saya yakini hanya sebuah ilusi bahwa siswa saya telah berdisiplin.

 

5.      Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran?

Tanggapan:

Sangat penting untuk mempelajari modul ini. Sebagai individu dan pemimpin pembelajaran. Dengan mengetahui bagaimana teori dan pola penerapan disiplin positif yang menekankan pada motivasi interinsik bukan motivasi eksterinsik maka nantinya akan menciptakan siswa dengan karakter positif yang kuat serta siswa berbudi pekerti luhur dengan selalu berpijak pada nilai-nilai kebijaksanaan. Hal yang menurut saya sangat penting adalah dalam menerapkan restitusi, penting bagi kita mengetahui terlebih dahulu kebutuhan dasar anak yang belum terpenuhi sehingga restitusi yang dilakukan dapat menjawab kebutuhan tersebut.

 

6.      Apa yang Anda bisa lakukan untuk membuat dampak/perbedaan di lingkungan Anda setelah Anda mempelajari modul ini?

Tanggapan:

Saya akan menguatkan penerapan kesepakatan kelas dalam membentuk keyakinan kelas untuk menerapkan budaya positif di kelas. Langkah lain yang akan saya lakukan adalah dengan membuat keyakinan pada bidang ekstrakurikuler khususnya Pramuka, yang tetap berpegang pada nilai Tri Satya dan Dasa Darma sehingga pemberian sangsi/konsekuensi dapar dialihkan sebagai sebuah restitusi selama kegiatan ekstrakurikuler Pramuka.

 

7.      Selain konsep-konsep tersebut, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?

Tanggapan:

Hal lain yang penting menurut saya untuk dipelajari dan digali adalah menggali budaya lokal yang selaras dengan konsep-konsep yang ada pada topik ini yang dapat saling menguatkan. Nilai-nilai budaya lokal tersebut dapat saya jadikan sebagai nilai kebajikan yang nantinya akan menjadi keyakinan kelas ataupun keyakinan sekolah.

 

8.      Langkah-langkah awal apa yang akan Anda lakukan jika kembali ke sekolah/kelas Anda setelah mengikuti sesi ini?

Tanggapan:

Langkah awal yang saya lakukan adalah menguatkan kembali apa yang selama ini saya lakukan berkenaan dengan keyakinan kelas dengan topik yang sudah saya pelajari selama ini. Saya akan merefleksi terkait dampak penerapannya dan nanti dapat saya bagikan pada komunitas praktisi sekoalh untuk nantinya dapat dijadikan rujukan bagi rekan guru.

0 comments:

Post a Comment