REFLEKSI TERBIMBING MODUL 1.4
BUDAYA POSITIF
Oleh: Kd. Dwija Negara
1.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang
konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin
positif, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan
segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?
Tanggapan:
Dari apa yang telah saya pelajari
terkait hal diatas, saya memahami bahwa disiplin positif yang membangun
karakter positif merupakan salah satu budaya positif di sekolah. Untuk dapat
mewujudkan disiplin positif, maka kita harus menyadari bahwa disiplin bukanlah
semata-mata berkenaan dengan aturan dan sangsi, melainkan adalah disiplin diri
yang berakar dari kesadaran dan keyakinan diri. Dengan kata lain, disiplin
positif didasari pada motivasi interinsik, bukan motivasi eksterinsik. Untuk dapat
memicu motivasi interinsik pada diri siswa, guru harus mampu mengubah paradigma
dari teori stimulus respon menuju teori kontrol, dalam perannya menumbuhkan
budaya positif. Ada lima posisi kontrol yang perlu dipahami yakni sebagai
penghukum, pembuat orang merasa bersalah, menjadi teman, pemantau/monitor serta
posisi manajer. Sebisa mungkin kita sebagai guru perlu menempatkan diri dalam
posisi manajer dalam mengontrol prilaku disiplin positif. Dalam mengontrol
disiplin diri siswa, kita perlu membuat kesepakatan bersama siswa tentang
nilai-nilai kebijaksanaan yang perlu mereka yakini. Hal ini tertuang dalam
keyakinan sekolah, sebagai pengganti aturan-aturan yang lebih bersifat
stimulus-respon dalam bentuk sangsi atau konsekuensi. Keyakinan sekolah ini
akan dapat memenuhi kebutuhan dasar anak sehingga dengan terpenuhinya 5 kebutuhan
dasar tersebut maka anak akan memiliki motivasi interinsik untuk berprilaku
positif. Kelima kebutuhan dasar tersebut diantaranya kebutuhan bertahan hidup,
cinta dan kasih sayang, penguasaan, kebebasan dan kesenangan. Ketika ada satu
pelanggaran disiplin, maka akan ada kebutuhan dasar anak yang belum terpenuhi. Maka
dari itu, hal yang dapat dilakukan adalah dengan menawarkan restitusi kepada
anak. Restitusi dapat menguatkan karakter anak dan tidak akan menimbulkan
trauma kepadanya. Langkah restitusi yang harus diterapkan guru tertuang pada
segitiga restitusi yaitu menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah
serta menanyakan keyakinan.
2.
Tuliskan pengalaman Anda dalam
menggunakan konsep-konsep inti tersebut dalam menciptakan budaya positif
baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda.
Tanggapan:
Setelah
saya mengikuti PGP dan menyadari tentang pentingnya melibatkan siswa dalam
penentuang pembelajaran sebagai wujud pembelajaran yang berpihak pada murid,
saya mulai menerapkan membuat kesepakatan kelas tentang hal-hal positif yang
harus mereka yakini perlu adanya ketika pelaksanaan pembelajaran. Hal-hal
positif tersebut mereka tuliskan dalam stickynote
dan saya bacakan serta selanjutnya dituliskan sebagai bentuk keyakinan akan
budaya positif yang perlu mereka jaga selama pembelajaran. Dengan demikian,
saya berharap motivasi untuk menerapkan disiplin positif berasal dari dalam
diri mereka.
3.
Sebelum mempelajari modul ini,
pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan
murid Anda? Jika iya, ada di posisi manakah Anda? Anda boleh menceritakan situasinya
dan posisi Anda saat itu.
Tanggapan:
Jika
bercermin secara global dari apa yang pernah saya lakukan selama ini di lingkungan
sekolah maupun di kelas, saya pernah menerapkan segitiga restitusi dalam
menangani masalah siswa, walaupun tidak secara hirarki seperti yang tertera
pada modul. Ketika itu, salah satu anak didik saya dalam ekstra kurikuler
mengambil helm temanya ketika ada kegiatan disekolah. Kecurigaan tertuju kepada
anak didik tersebut karena telah tertangkap kamera CCTV. Pada akhirnya saya dan
guru BK memanggil anak tersebut. Pada kesempatan itu saya mencoba menjadi
mentor terhadap si anak dan mencoba memotivasi dirinya untuk mau secara
sukarela. Akhirnya si anak mengakuinya dengan lapang dada. Pada kesempatan itu
saya juga meyakinkan pada si anak bahwa yang dilakukannya tidak sesuai dengan
seharusnya karena merugikan temannya. Ia menyadari kesalahannya tersebut. Dengan
mengajukan beberapa pertanyaan, akhirnya sianak menceritakan mengapa Ia
melakukan hal tersebut dan dari sana saya menyadari bahwa apa yang dilakukannya
adalah untuk memenuhi kebutuhannya dalam bertahan hidup. Dalam kesehariannya,
si anak tinggal sendiri di rumah neneknya berpisah dengan orang tuanya karena
ingin belajar mandiri. Tiap minggunya Ia harus cukup bertahan hidup dengan uang
Rp 20.000. Ia enggan meminta uang lebih kepada orang tuanya karena merasa
kasihan melihat kedua orang tuanya yang di PHK akibat pandemi. Ketika itu, Ia
sudah tidak dapat berfikir panjang karena sudah terdesak kebutuhan sehingga
mengambil helm temannya. Namun, setelah diambia Ia bingung apa yang akan
dilakukan selanjutnya terhadap helm tersebut sehingga helm itu hanya disimpan
saja. Saya menanyakan kepadanya apa yang akan dilakukan selanjutnya. Lalu anak
tersebut menjawab bahwa Ia akan mengembalikan helm tersebut kepada temannya dan
meminta maaf. Akhirnya si anak bertemu dengan pemilik helm dan mengembalikan
helm tersebut dan meminta maaf. Dari proses tersebut akhirnya pihak sekolah
memanggil orang tua korban dan menyampaikan keadaan si anak dan akhirnya si
anak kembali tinggal bersama orang tuanya.
4.
Perubahan apa yang terjadi
pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun
sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?
Tanggapan:
Hal yang
paling saya rasakan dalam pemikiran saya yakni pada pola pikir saya tentang
penerapan disiplin diri. Dulu saya memandang bahwa aturan ketat dana sangsi
atas pelanggaran aturan akan dapat menciptakan disiplin diri siswa. Namun,
setelah belajar modul ini saya baru menyadari bahwa dalam menciptakan budaya
positif khususnya yang berkenaan dengan disiplin diri diperlukan motivasi dari
dalam diri bukan berupa aturan. Jadi yang selama ini saya yakini hanya sebuah
ilusi bahwa siswa saya telah berdisiplin.
5.
Seberapa penting mempelajari topik
modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin
pembelajaran?
Tanggapan:
Sangat
penting untuk mempelajari modul ini. Sebagai individu dan pemimpin
pembelajaran. Dengan mengetahui bagaimana teori dan pola penerapan disiplin
positif yang menekankan pada motivasi interinsik bukan motivasi eksterinsik
maka nantinya akan menciptakan siswa dengan karakter positif yang kuat serta
siswa berbudi pekerti luhur dengan selalu berpijak pada nilai-nilai
kebijaksanaan. Hal yang menurut saya sangat penting adalah dalam menerapkan
restitusi, penting bagi kita mengetahui terlebih dahulu kebutuhan dasar anak
yang belum terpenuhi sehingga restitusi yang dilakukan dapat menjawab kebutuhan
tersebut.
6.
Apa yang Anda bisa lakukan untuk membuat dampak/perbedaan di
lingkungan Anda setelah Anda mempelajari modul ini?
Tanggapan:
Saya
akan menguatkan penerapan kesepakatan kelas dalam membentuk keyakinan kelas
untuk menerapkan budaya positif di kelas. Langkah lain yang akan saya lakukan
adalah dengan membuat keyakinan pada bidang ekstrakurikuler khususnya Pramuka,
yang tetap berpegang pada nilai Tri Satya dan Dasa Darma sehingga pemberian
sangsi/konsekuensi dapar dialihkan sebagai sebuah restitusi selama kegiatan
ekstrakurikuler Pramuka.
7.
Selain konsep-konsep tersebut, adakah hal-hal lain yang
menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif
baik di lingkungan kelas maupun sekolah?
Tanggapan:
Hal
lain yang penting menurut saya untuk dipelajari dan digali adalah menggali
budaya lokal yang selaras dengan konsep-konsep yang ada pada topik ini yang
dapat saling menguatkan. Nilai-nilai budaya lokal tersebut dapat saya jadikan
sebagai nilai kebajikan yang nantinya akan menjadi keyakinan kelas ataupun
keyakinan sekolah.
8.
Langkah-langkah awal apa yang akan Anda lakukan jika kembali
ke sekolah/kelas Anda setelah mengikuti sesi ini?
Tanggapan:
Langkah
awal yang saya lakukan adalah menguatkan kembali apa yang selama ini saya
lakukan berkenaan dengan keyakinan kelas dengan topik yang sudah saya pelajari
selama ini. Saya akan merefleksi terkait dampak penerapannya dan nanti dapat
saya bagikan pada komunitas praktisi sekoalh untuk nantinya dapat dijadikan rujukan
bagi rekan guru.
0 comments:
Post a Comment