Pernahkah Anda menggunakan garam dapur, soda kue dan pupuk ZA? Untuk apa bahan-bahan tersebut? Mungkin Anda menggunakan garam dapur untuk memberikan rasa asin pada makanan, soda kue untuk membuat adonan kue menjadi lebih mengembang dan pupuk ZA untuk menyuburkan tanaman.
Air terbentuk dari penggabungan ion H+
dari asam dan ion OH- dari basa. Karena air (H2O) bersifat
netral, maka reaksi antara ion H+ dengan ion OH- disebut
dengan reaksi penetralan. Sementara
itu, kation dari asam selain OH- dan anion dari basa selain H+ akan
membentuk garam.
Bagaimana dengan sifat garam yang terbentuk dari reaksi asam basa? Apakah semua garam yang terbentuk juga hanya bersifat netral? Faktanya ada garam yang bersifat asam, basa, maupun netral. Sifat senyawa asam dan basa dapat diidentifikasi dengan menggunakan indikator, salah satunya yaitu dengan menggunakan kertas lakmus. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka kita akan mempelajari tentang konsep hidrolisis garam.
Sifat larutan garam dapat dijelaskan
dengan konsep hidrolisis. Hidrolisis merupakan istilah yang umum digunakan
untuk reaksi zat dengan air (hidrolisis berasal dari kata hydro yang berarti air dan lysis
yang berarti peruraian). Menurut konsep ini komponen garam (kation dan anion)
yang berasal dari asam lemah atau basa lemah bereaksi dengan air
(terhidrolisis) membentuk H3O+ atau OH-.
Hidrolisis kation menghasilkan ion H3O+ dan hidrolisis
anion menghasilkan OH-.
Garam yang terhidrolisis di dalam air
akan bersifat asam atau bersifat basa. Garam yang berasal dari reaksi asam kuat
dan basa lemah akan menghasilkan ion H+ dan bersifat asam, sedangkan
garam yang berasal dari reaksi basa kuat dan asam lemah akan menghasilkan ion
OH- dan bersifat basa. Untuk mengetahui apakah suatu garam bersifat
asam, basa atau netral dapat dilakukan analisis menggunakan kertas lakmus. Jika
garam tersebut bersifat asam (memerahkan kertas lakmus) atau bersifat basa
(membirukan kertas lakmus). Garam yang bersifat netral (tidak mengubah warna
kertas lakmus). Secara umum garam dibedakan menjadi 3 yaitu:
1.
Garam yang tidak terhidrolisis.
Garam yang berasal dari asam kuat dan
basa kuat tidak mengalami hidrolisis dan bersifat netral.
2. Garam
yang terhidrolisis sebagian.
Garam yang terhidrolisis sebagian ini
biasanya terbentuk dari reaksi antara asam kuat dan basa lemah atau basa kuat
dan asam lemah. Garam-garam ini biasanya bersifat asam atau basa.
3. Garam
yang terhidrolisis sempurna.
Garam yang terhidrolisis sempurna ini
biasanya terbentuk dari reaksi antara asam lemah dan basa lemah. Garam-garam
ini biasanya bersifat asam atau basa.
Reaksi Hidrolisis
1. Garam
yang Berasal dari Asam Kuat dan Basa Kuat
Garam yang berasal dari dari asam kuat
dan basa kuat tidak terhidrolisis. Hal ini dikarenakan ion-ion yang berasal
dari asam kuat dan basa kuat tersebut tidak memiliki kecenderungan untuk
membentuk asam atau basa asalnya. Sehingga garam yang berasal dari asam kuat
dan basa kuat ini terionisasi sempurna dalam air. Sebagai contoh jika
melarutkan NaCl murni dalam air, maka NaCl akan terionisasi sempuran menjadi Na+
dan Cl-. Persamaan reaksinya adalah:
Karena
ion Na+ dan Cl- bersifat stabil di dalam air maka tidak terjadi reaksi dengan
air karena masing-masing berasal dari asam kuat dan basa kuat, jadi melarutnya
garam ini tidak merubah konsentarsi ion H+ dan ion OH-.
Sehingga garam dengan tipe ini, pH-nya sama dengan pH air yaitu 7 (larutan
bersifat netral).
2. Garam
yang Berasal dari Asam Lemah dan Basa Kuat
Anion dari asam lemah CH3COO-, HCOO-, dan F- akan bereaksi dengan air (terhidrolisis) sesuai dengan persamaan reaksi berikut.
3. Garam
yang berasal dari Basa Lemah dan Asam Kuat
4. Garam yang berasal dari asam lemah dan
basa lemah
Pada
hasil reaksi terdapat ion OH- dan ion H+. jadi, garam ini
mugkin bersifat asam, basa, atau netral. Konsentrasi ion OH- atau
ion H+ serta nilai pH yang dihasilkan sangat tergantung pada harga Ka
dan Kb. Jika harga Ka lebih besar daripada Kb,
ion H+ akan dihasilkan lebih banyak, dan sebaliknya jika Ka
lebih kecil daripada Kb, maka ion H+ yang dihailkan lebih
sedikit. Demikian juga dengan Kb, jika Kb yang dihasilkan
lebih besar daripada Ka maka ion OH- yang dihasilkan
banyak. Sebaliknya jika Kb lebih kecil dari Ka, ion OH-
yang dihasilkan lebih sedikit. Hubungan antara Ka dan Kb
adalah sebagai berikut.
a. Jika
harga Ka lebih besar daripada harga Kb, berarti
konsentrasi ion H+ yang dihasilkan lebih banyak daripada konsentrasi
OH- sehingga garam tersebut bersifat asam.
b. Jika
harga Ka lebih kecil daripada harga Kb, berarti
konsentrasi ion H+ yang dihasilkan lebih sedikit daripada
konsentrasi OH- sehingga garam tersebut bersifat basa.
c.
Jika harga Ka sama dengan
harga Kb, berarti konsentrasi ion H+ dan ion OH-
yang dihasilkan adalah sama sehingga garam tersebut bersifat netral.
0 comments:
Post a Comment