KONEKSI ANTAR MATERI
PEMIMPIN
DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA
A. Sintesis Berbagai Materi
“Maksud pendidikan itu adalah menuntun kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat.”
Dalam mewujudkan pendidikan yang menuntun kekuatan kodrat anak menuju selamat dan bahagia dibutuhkan pemimpin pembelajaran yang mampu mengelola sumber daya yang ada di sekolah dan lingkungan sekolah. Seperti halnya dalam pandangan KHD tentang pendidikan, sumber daya adalah “kekuatan” yang dimiliki sekolah untuk mewujudkan tujuan mulia tersebut. Sebuah kekuatan/potensi yang tercermin dalam modal/aset tersebut tidak akan berdaya guna apabila tidak dikelola. Pengelolaan tersebut membutuhkan pemahaman dan cara pandang yang berbasis kekuatan sehingga semua modal dapat berdaya guna. Cara pandang yang berbasis kekuatan akan membawa vibrasi positif dalam pengelolaan ekosistem sekolah dibandingkan dengan pemikiran yang berbasis masalah. Hal ini diakibatkan karena akan membawa sikap optimis dan apresiatif terhadap apa yang ada dilingkungan kita.
Untuk mengelola sumber daya tersebut dalam pembelajaran maka seorang pemimpin pembelajaran haruslah mampu mengambil keputusan yang tepat sehingga “Maksud pendidikan” tersebut dapat terwujud. Pemimpin pembelajaran sebagai nahkoda yang menentukan arah pemberdayaan kekuatan/aset yang dimiliki. Kekuatan/aset tersebut akan sangat bermanfaat bagi jalannya pembelajaran yang mengacu pada maksud pendidikan tersebut. Semakin besar aset sebagai sebuah kekuatan maka semakin besar pula peran pemimpin pembelajaran dalam mengelolanya. Dapat dikatakan bahwa, seiring kekuatan yang besar akan datang tanggung jawab yang besar.
Sebagai pemimpin dalam pembelajaran dan pengelola aset yang bijak, maka selayaknya menuntun laku siswa dengan mengoptimalkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka. Salah satu teknik yang dapat diterapkan dalam menuntun mereka sebagai anak adalah dengan menerapkan teknik coaching. Kita harus mengingat bahwa siswa adalah salah satu aset/modal dalam komunitas sehingga ketika kita telah menuntun kekuatan kodrat mereka maka kita telah mengambil peran sebagai pemimpin dalam pengelolaan aset.
Lalu, apa hubungan antara pengelolaan sumber daya dengan kualitas pembelajaran yang lebih baik? Saya teringat sebuah cerita fiksi anak-anak yakni cerita anime Naruto. Naruto diceritakan sebagai tokoh yang memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi seorang hokage (pemimpin desa) akan tetapi ia kurang cakap dalam melatih potensi dirinya. Beruntung ia bertemu dengan banyak karakter yang dapat menuntunnya untuk dapat memanfaatkan potensinya tersebut hingga ia menjadi pahlawan di desanya dan akhirnya menjadi hokage yang sangat di hormati. Dari cerita tersebut saya mengambil benang merah bahwa potensi yang besar perlu dikelola dengan baik sehingga dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat, sama halnya dalam lingkungan sekolah. Ketika sekolah memiliki lingkungan yang asri dan memiliki keanekaragaman vegetasi maka hal tersebut perlu dikelola untuk menunjang pembelajaran. Kita dapat memanfaatkan lingkungan untuk mengenalkan materi pembelajaran secara kontekstual. Sebagai contoh dalam pembelajaran kimia, yakni dalam pembuatan indikator alami dengan bahan alam. Kita bisa ajak anak-anak kita berkeliling dan mencoba beberapa bunga, daun atau umbi-umbian dilingkungan kita untuk dimanfaatkan menjadi indikator alami asam basa. Nah dengan demikian, pemebalajaran yang kita rancang dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar merupakan salah satu bentuk kongkrit dari pengelolaan aset yang berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran.
Dari contoh diatas, dapat dikatakan bahwa pada dasarnya ada keterkaitan antara materi-materi pada modul sebelumnya dengan modul 3.2. Dalam memutuskan suatu program yang memberdayakan aset, kita perlu memahami bagaimana menjadi seorang pemimpin pembelajaran yang dapat mengambil keputusan secara bijaksana, berpihak pada murid dan mengedepankan kepentingan umum. Untuk menggali potensi sumber daya yang ada dan merancang program tersebut, pendekatan Inkuiri Apresiatif model BAGJA dapat dijadikan acuan. Dengan pendekatan ini kita akan selalu berfikir optimis dan positif. Ketika menerapkan program tersebut dalam pembelajaran, kita tentunya akan menemukan kendala-kendala yang dihadapi siswa. Untuk keluar dari kendala tersebut kita perlu menerapkan teknik coaching untuk menuntun mereka. Kita juga perlu melakukan tindalan reflektif agar program yang telah berjalan akan lebih baik dikemudian hari. Hal ini juga sejalan dengan nilai yang kita miliki sebagai seorang Calon Guru Penggerak.
Sekarang sudah jelas bahwa dengan mempelajari modul ini akan terjadi perubahan paradigma dalam diri kita tentang memandang suatu keadaan dari berbasis masalah menjadi berbasis aset. Kita tidak lagi semata-mata memandang apa yang kurang dan perlu diperbaiki dalam ekosistem sekolah, tetapi kita berpandangan bahwa semua yang kita miliki akan bermanfaat dalam pengembangan ekosistem disekolah kita. Hal ini akan membuat kita selalu berfikir positif dan apresiatif terhadap apa yang ada dilingkungan sekolah kita.
B. Rancangan Tindakan
Setelah mempelajari modul ini, rancangan tindakan yang dapat diambil melihat sumber daya di lingkungan sekolah saya adalah dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai laboratorium dalam pembelajaran kimia. Prakarsa ini dilakukan mengingat lingkungan sekolah saya yang asri dan memiliki berbagai vegetasi yang dapat dimanfaatkan dalam mempelajari konsep-konsep kimia bahan alam.
Dengan menerapkan prakarsa ini harapannya adalah pembelajaran kimia menjadi kontekstual dan siswa juga dapat secara langsung mengenal bahan-bahan alam di sekitar sekolah yang dapat menunjang pembelajaran kimi. Lalu, bagaimana rancangan prakarsa tersebut dengan menerapkan pendekatan Inkuiri Apresiatif model BAGJA? Mari kita simak bersama dalam paparan dibawah ini.
0 comments:
Post a Comment