Senyawa organik mengandung atom karbon dalam molekulnya. Atom karbon memiliki beberapa sifat khas sehingga memiliki kelimpahan yang besar di alam. Yuk kepoin aeperti apa penjelasannya.
Senyawa Hidrokarbon dapat dibedakan menjadi alkana, alkena dan alkuna. Ingin tahu seperti apa bedanya dan bagaimana cara pemberian namanya? Yuk di cek!.
1. Apa saja nilai diri saya? (yang terdapat pada
bagian mulai dari diri)
Tanggapan:
Merefleksi
dari apa yang telah saya laksanakan selama ini dan pemahaman saya terhadap
nilai diri Guru Penggerak, nilai diri yang saya temukan adalah berpihak pada
murid, dan kolaboratif.
2.
Apa yang saya rasakan setelah mengetahui
nilai dari Guru Penggerak? Jelaskan!
Tanggapan:
Hal
yang saya rasakan adalah bahwa pada dasarnya untuk menciptakan iklim belajar
yang menyenangkan dan berpihak pada murid, nilai dan peran guru penggerak
haruslah ditanamkan pada diri kita. Merefleksi pada diri sendiri, pada dasarnya
saya telah melaksanakan nilai dan peran tersebut. Hanya saja, ada beberapa
peran yang telah dilaksanakan dan ada pula peran yang belum secara optimal
dapat saya laksanakan.
3. Apa saja nilai diri Guru Penggerak yang sudah
saya miliki sekarang?
Tanggapan:
Dari
hasil diskusi dan refleksi terhadap diri, nilai diri Guru penggerak yang saya
miliki sekarang yakni Berpihak pada murid, mandiri dan kolaboratif.
4. Diantara nilai-nilai yang sudah saya pelajari,
nilai apa yang saya rasa perlu saya kuatkan? jelaskan!
Tanggapan:
Nilai
yang perlu saya kuatkan adalah reflektif dan inovatif. Hal ini karena selama
ini saya terkadang masih jarang melakukan refleksi terhadap apa yang saya
lakukan dan menggunakan hasilrefleksi itu sebagai suatu penguatan untuk
perbaikan terhadap kekurangan dari apa yang saya lakukan. Kegiatan reflektif yang saya lakukan baru
sebatas pada kegiatan pembelajaran saja. Menurut saya nilai reflektif ini harus
ditekankan pada segala bidang, bukan saja pada kegiatan pembelajaran. Untuk
nilai inovatif, terkadang saya masih kesulitan dalam merancang inovasi dalam
penyelesaian permasalahan yang saya hadapi. dan saya merasa bersyukur ikut PGP
karena dari kegiatan ini saya mendapat banyak inspirasi untuk dapat berinovasi
khususnya dalam pembelajaran. Nah itulah alas an mengapa kedua nilai tersebut
yang perlu saya kuatkan.
5. Apa yang saya rasakan setelah mengetahui peran
dari seorang Guru Penggerak?
Tanggapan:
Setelah
saya mengetahui peran dari seorang Guru penggerak, saya baru menyadari bahwa
tugas seorang guru bukan hanya pada melaksanakan pembelajaran. Tetapi masih ada
tanggungjawab lain yang sepatutnya saya laksanakan. Selama ini saya hanya
menekankan sebagai pemimpin pembelajaran dan mewujudkan kepemimpinan murid
melalui pembelajarn dan ekstrakurikuler Pramuka, tanpa saya sadari saya pun harus
berperan dalam menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain,
serta mendorong kolaborasi antar guru.
6. Apa yang bisa saya lakukan (khusus untuk diri
saya) untuk menguatkan peran dan nilai Guru Penggerak?
Tanggapan:
Hal
utama yang harus saya lakukan yaitu membuka pikiran dan menerima keadaan dengan
tulus dan ikhlas atas hasil refleksi terhadap diri sendiri. Saya harus siap
untuk memperbaiki hal-hal yang berkaitan dengan nilai dan peran guru penggerak,
yang masih kurang dalam diri saya. Dengan memantapkan hati untuk berubah dan
bergerak maka saya akan dapat menguatkan nilai dan peran tersebut. Langkah
konkrit yang akan saya lakukan yakni terus mengisi diri dengan hal baru serta
terus berkolaborasi dengan siswa, rekan guru, manajemen sekolah, orang tua
siswa dan masyarakat sehingga kompetensi diri dapat ditingkatkan. Dengan
demikian saya akan dapat menumbuh kembangkan nilai dan peran diri Guru
Penggerak.
7. Apa yang akan menghambat saya dalam memperkuat
peran dan nilai Guru Penggerak dalam diri saya?
Tanggapan:
Hambatan
utama biasanya dating dari diri sendiri, yakni hilangnya komitmen karena
kurangnya keteguhan atas pendirian. Selain itu hal yang dapat menghambat adalah
kurangnya dukungan dari lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat. Hal
lain yang dapat menghambat yakni manajemen terhadap waktu. Mengingat seringnya
terjadi benturan antara kegiatan sekolah, adat dan keluarga yang mana kita
harus pandai untuk menentukan sekala prioritas dalam mengambil keputusan.
Setelah menyelesaikan kegiatan kolaborasi hari pertama, kami selanjutnya melanjutkan untuk membuat media presentasi untuk mempresentasikan hasil diskusi kami. Media yang kami gunakan yakni Canva. dalam presentasi tersebut kami menceritakan hal-hal positif yang telah kami lakukan selama ini sebagai perwujudan nilai dan peran guru penggerak. berikut hasil karya kami dalam bentuk pdf file. Silahkan klik DISINI
Salam penggerak, kali ini admin akan membagikan salah satu contoh jurnal refleksi mingguan Pendidikan Guru Penggerak dengan menggunakan model jurnal Reflective Storyboard. Dengan model ini, kita dapat merefleksikan kegiatan kita dengan bantuan gambar ataupun foto dokumentasi sehingga lebih menarik. Berikut adalah hasil karya saya. Mudah-mudahan menginspirasi.
Sahabat penggerak, pada modul
1.2, kita akan mengeksplorasi konsep nilai-nilai dan peran guru penggerak.
Diawal kegiatan eksplorasi konsep, kita dihadapkan pada konsep pembentukan
nilai diri dan pada kegiatan akhir kita akan menjawab pertanyaan sebagai wujud
diskusi mandiri pada konsep ini. Nah, berikut admin akan jabarkan intisari dari
materi yang tersedia pada kegiatan ini.
A. Pembentukan Nilai Diri
Guru pada realitanya selalu
dipandang sebagai orang yang dapat diteladani di tengah masyarakat kita. Guru
sesungguhnya memiliki kesempatan untuk menjadi teladan bagi muridnya. Menjadi
teladan harus diusahakan secara sadar. Maka dari itu, kita harus mengambil
keputusan untuk memanfaatkan kesempatan ini atau membiarkannya lewat begitu
saja.
Lumpkin (2008), menyatakan bahwa
guru dengan karakter baik mengajarkan murid mereka tentang bagaimana keputusan
dibuat melalui proses pertimbangan moral. Guru ini membantu muridnya memahami
nilainilai kebaikan dalam diri mereka sendiri, kemudian mereka mempercayainya
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari siapa mereka, hingga kemudian mereka
terus menghidupinya. Guru dengan karakter yang baik melestarikan nilai-nilai
kebaikan di tengah masyarakat melalui murid-murid mereka.
Dalam hal ini, guru memiliki
peran dalam merawat dan menumbuhkan nilai-nilai kebaikan didalam diri
murid-muridnya. Untuk dapat melakukan tanggung jawab tersebut, maka guru harus
dapat menciptakan dan mengembangkan lingkungan yang dapat menumbuhkan
nilai-nilai kebaikan tersebut baik lingkungan yang bersifat fisik (eksterinsik)
maupun lingkungan yang bersifat psikis (Interinsik). Maka dari itu, guru harus
sadar untuk tergerak, bergerak dan menggerakkan agar mampu menciptakan
lingkungan yang positif dalam menumbuhkan nilai-nilai tersebut.
B. Mengenali “Bagaimana Manusia
Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan”.
Sebelum memahami bagaimana
manusia tergerak, bergerak dan menggerakkan, kita harus memahami bagian-bagian
dan cara kerja otak menusia melalui video berikut.
Dari paparan video tersebut dapat
kita ketahua bahwa sesungguhnya dalam otak manusia ada bagian otak yang bekerja
seperti otak reptil, otak mamalia dan otak primata. Bagian-bagian tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut.
Batang otak mengelola semua otomasi dan reflek
di tubuh demi kelangsungan hidup kita, sehingga mampu mengkonservasi energi
yang digunakan otak. Bagian otak ini selalu menganggap semua adalah ancaman
hingga terbukti aman. Bagian otak ini menyerupai otak Reptil.
Sistem limbik (amigdala) yang menyerupai otak
Mamalia ini, bertanggung jawab soal emosi. Letaknya begitu dalam di otak kita
sehingga seringkali mampu mengambil alih kendali diri seseorang. Terlukanya
perasaan jauh lebih sakit dan lama sembuhnya ketimbang luka fisik biasa. Otak
Reptil dan Mamalia tersebut memiliki kecenderungan alamiah yang sama yaitu:
sebanyak mungkin mengkonservasi energi melalui otomasi, auto pilot.
Otak berpikir, yang terdiri dari otak Primata
(bagian gerak kompleks, rekayasa penggunaan alat) dan berada dalam satu
kesatuan dengan otak manusia, otak luhur, atau neocortex yang tugasnya berpikir
strategis, kreatif, metakognitif. Ini adalah kekuatan, namun karena kerja itu
semua memakan banyak sekali energi, maka hal ini pun sekaligus menjadi
kelemahan. Jadi, perlu diingat bahwa secara alamiah kita mempunyai
kecenderungan untuk mengkonservasi energi. Insting kita akan lebih cepat
bereaksi dan mengklasifikasikan sesuatu sebagai ancaman, ketimbang harus
menganalisanya terlebih dahulu apakah benar itu adalah ancaman.
Pada dasarnya, otak manusia akan
lebih memilih sitem berfikir cepat dalam menanggapi sesuatu sebagai bentuk
respon untuk refleks mencari rasa aman dan mengkonversi energi seminimal mungkin.
Hal ini akan mengakibatkan kita cenderung untuk tidak menganalisis sesuatu
secara mendalam, secara strategis, kreatif dan metakognetif. Kabar baiknya,
otak manusia memiliki kemampuan untuk belajar. Tidak statis tapi elastis.
Dengan demikian, penggunaan sistem berpikir lambat, penggunaan otak luhur
(manusia) dapat kita pelajari agar tidak begitu saja memperkenankan sistem
berpikir cepat (otak Reptil & Mamalia) mengambil alih kendali diri kita.
C. Profil Pelajar Pancasila
Profil Pelajar Pancasila ini
dicetuskan sebagai pedoman untuk pendidikan Indonesia. Tidak hanya untuk
kebijakan pendidikan di tingkat nasional saja, akan tetapi diharapkan juga
menjadi pegangan untuk para pendidik, dalam membangun karakter anak di ruang
belajar yang lebih kecil. Pelajar Pancasila disini berarti pelajar sepanjang
hayat yang kompeten dan memiliki karakter sesuai nilai-nilai Pancasila. Pelajar
yang memiliki profil ini adalah pelajar yang terbangun utuh keenam dimensi
pembentuknya. Dimensi ini adalah: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha
Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan
global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif. Keenam dimensi ini perlu dilihat
sebagai satu buah kesatuan yang tidak terpisahkan. Apabila satu dimensi
ditiadakan, maka profil ini akan menjadi tidak bermakna.
1) Beriman, bertakwa kepada
Tuhan YME, dan berakhlak mulia.
Murid dengan
dimensi profil ini berarti murid tersebut mengamalkan nilai-nilai agama dan
kepercayaannya sebagai bentuk religiusitasnya, percaya dan menghayati
keberadaan Tuhan serta memperdalam ajaran agamanya yang tercermin dalam
perilakunya sehari-hari sebagai bentuk penerapan pemahaman terhadap ajaran
agamanya. Dalam usahanya memperkuat iman dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang
Maha Esa, murid dengan profil ini juga menghargai segala bentuk ciptaan Nya,
baik itu alam tempat ia tinggal, manusia lain, dan yang juga tidak boleh
dilupakan, dirinya sendiri.
2) Berkebinekaan Global
Murid dengan
dimensi profil ini merupakan seorang murid yang berbudaya, memiliki identitas
diri yang matang, mampu menunjukkan dirinya sebagai representasi budaya luhur
bangsanya, serta terbuka terhadap keberagaman budaya daerah, nasional, global.
Hal ini dapat diwujudkan dengan kemampuan berinteraksi secara positif antar
sesama, memiliki kemampuan komunikasi interkultural, serta mampu memaknai
pengalamannya di lingkungan majemuk sebagai kesempatan pegembangan dirinya.
3) Gotong Royong
Seorang murid
yang memiliki dimensi Gotong Royong berarti murid tersebut mampu berkolaborasi
dengan orang lain dan secara proaktif mengupayakan pencapaian kesejahteraan dan
kebahagiaan orang[1]orang yang ada dalam
masyarakatnya. Murid tersebut juga sadar bahwa Ia tidak hidup sendiri, memiliki
kesadaran diri sebagai bagian dari kelompok, sehingga perlu ada usaha dari
dirinya untuk membantu pencapaian kebahagiaan kelompoknya.
4) Mandiri
Seorang murid
yang memiliki dimensi mandiri berarti murid tersebut mempunyai prakarsa atas
pengembangan diri dan prestasinya dan didasari pada pengenalan kekuatan serta
keterbatasan dirinya serta situasi yang dihadapi, dan bertanggung jawab atas
proses dan hasilnya. Murid yang memiliki dimensi ini juga mampu mengelola
dirinya sendiri (pikiran, perasaan, tindakan) untuk mencapai tujuan pribadinya
ataupun tujuan bersama.
5) Bernalar Kritis
Seorang murid
yang memiliki dimensi Bernalar Kritis berarti murid tersebut mampu menggunakan
kemampuan nalar dirinya untuk memproses informasi, mengevaluasinya, hingga
menghasilkan keputusan yang tepat untuk mengatasi berbagai persoalan yang
dihadapinya. Murid tersebut mampu menyaring informasi, mengolahnya, mencari
keterkaitan berbagai informasi, menganalisa serta membuat kesimpulan
berdasarkan informasi tersebut. Dimensi ini juga berarti keterbukaan terhadap
berbagai macam perspektif ataupun pembuktian baru (termasuk pada pendapatnya
semula yang digugurkan oleh pembuktian baru ini). Keterbukaan ini pun mampu
bermanfaat dalam kehidupan murid di masa mendatang karena menumbuhkan murid
yang terbuka, mau mengubah pendapatnya, serta menghargai pendapat orang lain.
D. Peran Guru Penggerak
Dalam mewujudkan Profil Pelajar
Pancasila dalam diri siswa, dibutuhkan pendidik yang terampil dan berkompeten
sehingga mampu berkontribusi secara aktif sesuai mewujudkan profil tersebut. Peran
dari dari seorang Guru tentunya akan lebih maksimal jika memiliki keterampilan
ataupun kompetensi yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. , Terdapat
4 kategori dalam kompetensi tersebut. Kategori tersebut yaitu mengembangkan
diri dan orang lain, memimpin pembelajaran, memimpin manajemen sekolah, serta
memimpin pengembangan sekolah. Seorang Guru Penggerak diharapkan mempunyai 4
kompetensi ini. Guru Penggerak tidak hanya berfokus pada sebagai pemimpin
pembelajaran, akan tetapi juga menggerakkan diri serta lingkungan sekolah agar
dapat mewujudkan sekolah yang berpihak pada murid.
Dalam peran seorang guru
penggerak, terdapat 5 peran penting yang harus ditanamkan. Ke 5 peran tersebut
yaitu:
1. Menjadi Pemimpin
Pembelajaran
Menjadi pemimpin
pembelajaran yang mendorong wellbeing ekosistem pendidikan sekolah. Pemimpin
Pembelajaran berarti seorang Guru Penggerak menjadi seorang pemimpin yang
menitikberatkan pada komponen yang terkait erat dengan pembelajaran, seperti
kurikulum, proses belajar mengajar, asesmen, pengembangan guru serta komunitas
sekolah, dan lain-lain. Yang dimaksud dengan wellbeing disini terkait dengan
kondisi yang sudah berpihak pada murid. Jadi seorang Guru Penggerak diharapkan
mampu berperan sebagai pemimpin yang berorientasi pada murid, dengan
memperhatikan segenap aspek pembelajaran yang mendukung tumbuh-kembang murid.
2. Menggerakkan Komunitas
Praktisi
Menggerakkan
komunitas praktik untuk rekan guru di sekolah dan di wilayahnya. Seorang Guru
Penggerak berpartisipasi aktif dalam membuat komunitas belajar untuk para rekan
guru baik di sekolah maupun wilayahnya. Banyaknya praktik baik yang bisa
dibagikan dalam komunitas tersebut bisa menjadi bahan pembelajaran untuk para
guru sejawat dan tentunya untuk Guru Penggerak tersebut juga.
3. Menjadi Coach
Bagi Guru Lain
Seorang Guru
Penggerak juga harus mampu mendeteksi aspek-aspek yang bisa ditingkatkan dari
rekan sejawatnya, merefleksikan hasil pengalamannya sendiri serta guru lain
untuk dijadikan poin peningkatan untuk pembelajaran. Tidak lupa juga sebagai
seorang coach, Guru Penggerak
diharapkan juga bisa memantau perkembangan dari rekan guru lain tersebut.
4. Mendorong Kolaborasi Antar Guru
Membuka ruang
diskusi positif dan kolaborasi antara guru dan pemangku kepentingan di dalam
dan di luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pada peran ini,
seorang Guru Penggerak diharapkan mampu memetakan para pemangku kepentingan di
sekolah (serta luar sekolah), serta membangun dialog antar para pemangku
kepentingan tersebut.
5. Mewujudkan Kepemimpinan
Murid
Mendorong
peningkatan kemandirian dan kepemimpinan murid di sekolah. Peran seorang Guru
Penggerak berarti membantu para murid ini untuk mandiri dalam belajar, mampu
memunculkan motivasi murid untuk belajar, juga mendidik karakter murid di
sekolah.
E. Nilai-nilai Guru Penggerak
Seorang guru penggerak
haruslah menanamkan nilia-nilai penting dalam diri mereka. Nilai itu sendiri,
menurut Rokeach (dalam Hari, Abdul H. 2015), merupakan keyakinan sebagai
standar yang mengarahkan perbuatan dan standar pengambilan keputusan terhadap
objek atau situasi yang sifatnya sangat spesifik. Kehadiran nilai dalam diri
seseorang dapat berfungsi sebagai standar bagi seseorang dalam mengambil posisi
khusus dalam suatu masalah, sebagai bahan evaluasi dalam membuat keputusan,
bahkan hingga berfungsi sebagai motivasi dalam mengarahkan tingkah laku
individu dalam kehidupan sehari-hari.
1. Mandiri
Mandiri
berarti seorang Guru Penggerak mampu
senantiasa mendorong dirinya sendiri untuk melakukan aksi serta mengambil
tanggung jawab atas segala hal yang terjadi pada dirinya. Segala perubahan yang
terjadi di sekitar kita maupun pada diri kita, muncul dari diri kita sendiri. Guru
Penggerak yang mandiri, berarti guru tersebut mampu memunculkan motivasi dalam
dirinya sendiri untuk membuat perubahan baik untuk lingkungan sekitarnya
ataupun pada dirinya sendiri. Hal ini terutama perlu muncul dalam aspek
pengembangan dirinya. Guru Penggerak mendorong dirinya untuk meningkatkan
kapabilitas dirinya tanpa perlu dorongan dari pihak lain.
2. Reflektif
Reflektif
berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa merefleksikan dan memaknai
pengalaman yang terjadi di sekelilingnya, baik yang terjadi pada diri sendiri
serta pihak lain. Guru Penggerak yang memiliki nilai reflektif mau membuka diri
terhadap pengalaman yang baru dilaluinya, lalu melakukan evaluasi terhadap apa
saja hal yang sudah baik, serta apa yang perlu dikembangkan. Apa yang
dievaluasi tentu saja beragam, bisa terhadap kekuatan dan keterbatasan diri
sendiri, pendapat yang dimiliki oleh diri sendiri, proses, dll. Guru Penggerak
yang reflektif tidak hanya berhenti sampai berefleksi namun juga sampai
melakukan aksi perbaikan yang bisa dilakukan. Mereka juga senantiasa terbuka
untuk meminta dan menerima umpan balik dari orang-orang di sekelilingnya.
3. Kolaboratif
Kolaboratif
berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa membangun hubungan kerja yang
positif terhadap seluruh pihak pemangku kepentingan yang berada di lingkungan
sekolah ataupun di luar sekolah (contoh: orang tua murid dan komunitas terkait)
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila,
seorang Guru Penggerak akan bertemu banyak sekali pihak yang mampu mendukung
pencapaian Profil Pelajar Pancasila. Guru Penggerak diharapkan mampu merangkul
semua pihak itu. Guru Penggerak yang menjiwai nilai kolaboratif mampu membangun
rasa kepercayaan dan rasa hormat antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya,
serta mengakui dan mengelola perbedaan peran yang diemban oleh masing-masing
tiap pemangku kepentingan sekolah dalam mencapai tujuan bersama.
4. Inovatif
Inovatif
berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa memunculkan gagasan-gagasan
baru dan tepat guna terkait situasi tertentu ataupun permasalahan tertentu. Seorang
Guru Penggerak yang mempunyai nilai inovatif ini, mampu menggunakan nilai
reflektifnya dalam mengevaluasi sebuah proses ataupun masalah, dan mencari
gagasan-gagasan lainnya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dibutuhkan
kejelian dari seorang Guru Penggerak untuk melihat peluang/potensi yang ada di
sekitarnya (baik dari guru lain, murid, kepala sekolah, orang tua murid,
komunitas lainnya) untuk mendukung ide orisinal demi menguatkan pembelajaran
murid.
Nilai inovatif
ini juga mendukung keterbukaan para Guru Penggerak terhadap gagasan serta ide
lain yang muncul dari luar dirinya untuk memecahkan masalah, mencari informasi
lain yang bisa mendukung prosesnya, sudut pandang orang lain yang bisa membantu
dirinya dalam menemukan inspirasi pemecahan masalah ataupun mengambil
keputusan, hingga pada akhirnya melakukan solusi/aksi nyata untuk mengatasi
permasalahan.
5. Berpihak pada Murid
Berpihak pada
murid disini berarti seorang Guru Penggerak selalu bergerak dengan mengutamakan
kepentingan perkembangan murid sebagai acuan utama. Segala keputusan yang
diambil oleh seorang Guru Penggerak didasari pembelajaran murid terlebih
dahulu, bukan dirinya sendiri. Sebagai Guru Penggerak yang memiliki nilai ini,
kita selalu harus mulai berpikir dari pertanyaan “apa yang murid butuhkan?”,
“apa yang bisa saya lakukan untuk membuat proses belajar ini lebih baik?” dll. Yang
perlu seorang Guru Penggerak ingat, bahwa ini adalah nilai yang utama dan
penting.
-Menganalisis
dampak pembakaran bahan bakar terhadap lingkungan dan cara mengatasinya.
-Membuat
desain informasi/himbauan terhadap dampak negatif dampak pembakaran bahan bakar
terhadap lingkungan dan cara mengatasinya
B.
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan sebelumnya
anak-anak telah belajar mengenai proses pembentukan minyak bumi, penyulingan
minyak bumi, hingga kualitas dari bensin sebagai slah satu produk dari minyak
bumi. Pada pertemuan kali ini kita akan mencoba untuk merancang sebuah media
edukasi kepada masyarakat tentang dampak negatif dari pembakaran minyak bumi. Untuk
langkah pertama dalam pembelajaran, anak-anak silahkan untuk menyimak video
berikut.
Dari video tersebut anak-anak
akan menemukan beberapa permasalahan-permasalahan yang timbul dari pembakaran
bahan bakar fosil/minyak bumi. Selanjutnya, buatlah rumusan permasalahan dan
temukan ide atau gagasan yang bisa dijadikan sebuah solusi untuk mengatasi
permasalahan yang diakibatkan oleh pembakaran minyak bumi.
Tuangkan gagasanmu pada Jurnal
Kompetrensi Diri yang telah disiapkan pada Google Classroom anak-anak. Silahkan
masuk kedalam link yang telah disediakan, selanjutnya pilih folder kelasmu dan
pilih file yang anak-anak kerjakan sesuai dengan nomor absen.
Dalam jurnal tersebut akan
terdapat beberapa kolom yang harus diisi. Ikutilah prosedur pengisian yang
telah tersedia pada bagian bawah jurnal tersebut.
Selain Jurnal Kompetensi Diri,
anak-anak juga mengerjakan Jurnal Transformasi Sikap dengan langkah yang sama
seperti pada Jurnal Kompetensi Diri. Tujuannya adalah agar anak-anak selain
memiliki kemampuan/kompetensi secara kognetif, anak-anak juga diharapkan
memiliki perubahan laku/sikap menuju kearah yang lebih baik.
C. PEMBUATAN PROYEK
Setelah membuat perencanaan dalam
Jurna Kompetensi Diri, selanjutnya anak-anak merealisasikan hasil karya
anak-anak sesuai dengan apa yang anak-anak telah buat dalam jurnal tersebut. Hasil
karya anak-anak akan menjadi penilaian terhadap aspek pengetahuan dan keterampilan
anak-anak. Sedangkan Jurnal Transformasi Sikap sebagai aspek penilaian dari
sikap anak-anak.
Jangka waktu
pembuatan proyek adalah selama 6 hari. Selama proses pengerjaan, anak-anak
dapat mendeskripsikan apa yang anak-anak kerjakan dalam kurun waktu tersebut. Selanjutnya,
untuk aspek-aspek yang dinilai akan kita buat dalam KESEPAKATAN KELAS yang akan
kita selenggarakan pada Vicon tanggal 30 Agustus 2021 pukul 08.30 Wita. Link
untuk masuk room telah tersedia pada Google Classroom.
Halo Guru hebat diseluruh nusantara, kali ini admin akan menyampaikan informasi mengenai Asesmen Nasional (AN) yang sebentar lagi akan diselenggarakan. Seperti kita ketahui, di tahun ini Kemdikbud Ristek akan menyelenggarakan AN secara serentak. Tentunya setiap sekolah diseluruh nusantara telah bersiap untuk menyambut even nasional ini sebagai sebuah terobosan untuk mengukur kompetensi siswa melalui Asesmen Kompetensi Minimal dan Survei Karakter, serta Survei Lingkungan Belajar bagi Guru.
Nah untuk itu, kita sebagai pendidik sudah selayaknya memahami apa dan bagaimana langkah dalam proses untuk mengikuti Survei Lingkungan Belajar tersebut. Dalam hal ini, yang akan menjadi target pengukuran dalam survei tersebut diantaranya adalah iklim keamanan sekolah, iklim kebhinekaan sekolah, indeks sosial ekonomi, kualitas pembelajaran, serta pengembangan guru.
Untuk mengikuti survei tersebut, Bapak Ibu akan diarahkan untuk mesuk ke laman Kemdikbudristek dan Bapak Ibu wajib login menggunakan NPSN, Token yang nantinya akan diberikan oleh Proktor di sekolah serta NIK. Maka dari itu, silahkan Bapak Ibu mempersiapkan hal tersebut.
Untuk lebih jelasnya, Bapak Ibu dapat pelajari mengenai apa dan bagaimana pelaksanaan Survei Lingkungan Belajar melalui tayangan presentasi yang disampaikan oleh Bapak Iwan Cahyadi. Untuk mendownload presentasi tersebut silahkan klik DISINI