AKSI NYATA
FILOSIFI PENDIDIKAN KI HAJAR
DEWANTARA
MERANCANG PEMBELAJARAN YANG BERPIHAK
KEPADA SISWA:
“PROYEK PENYELAMAT BUMI”
A. PENDAHULUAN
Pendidikan dan pengajaran merupakan hal yang berbeda. Pengajaran
(onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses
Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara
lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap
segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang setinggitingginya baik sebagai seorang manusia maupun
sebagai anggota masyarakat. Dalam hal ini, pendidikan diselenggarakan untuk
usaha persiapan dan penyediaan untuk kepentingan manusia dalam segala
hal/bidang baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun berbudaya. Hal tersebut
jelas tergambar dari filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara.
Setelah mempelajari maksud dan nilai-nilai dari filosofi
pendidikan KHD, dapat ditangkap beberapa hal penting terkait pembelajaran yang
menuntun kekuatan kodrat siswa. Hal pertama yakni perlunya sistem among dalam
pendidikan. Sistem among tersebut berkaitan dengan tindakan menuntun siswa,
hingga siswa mampu menumbuhkan dan mengembangkan kekuatan kodratnya agar dapat
terwujud siswa yang merdeka, dimana mereka hidup karena kekuatannya sendiri dan
tidak bergantung pada orang lain. Yang kedua yakni pentingnya “menghamba kepada
sang anak”. Dalam hal ini guru perlu merancang pembelajaran yang berpihak
kepada siswa, dimana pembelajaran dirancang berdasarkan kebutuhan, cara belajar
dan kesiapan dari siswa itu sendiri, bukan pembelajaran yang dirancang sesuai
dengan kemauan dari guru.
Berkenaan dengan hal tersebut, penulis melakukan aksinyata
untuk dapat merancang pembelajaran yang berpihak kepada siswa. Pembelajaran
yang penulis rancang dimulai dengan memberikan angket kesiapan belajar yang
selanjutnya dijadikan landasan dalam merancang pembelajaran.
B. TAHAP PELAKSANAAN AKSI NYATA
Dalam pelaksanaan aksi nyata ini, dimulai dengan tahap persiapan,
tahap pelaksanaan dan tahap refleksi yang selanjutnya menghasilkan rekomendasi
tentang pembelajaran yang akan dirancang.
1. Tahap Persiapan
Pada tahapan ini, penulis mempersiapkan angket yang akan
diberikan kepada siswa. Karena pembelajaran masih berlangsung secara jarak
jauh, maka penulis memilih angket secara online dengan memanfaatkan google
form. Dalam angket tersebut, penulis memberikan beberapa pertanyaan dengan
tujuan untuk menggali kebutuhan belajar, cara belajar dan kesiapan belajar
siswa.
Kebutuhan belajar yang dimaksud yakni apa yang siswa butuhkan
ketika belajar, metoda apa yang siswa inginkan selama PJJ dan media apa yang
siswa sukai dalam belajar. Dari informasi tersebut, penulis menentukan metode
dan media yang akan penulis gunakan dalam PJJ.
Cara belajar ditentukan dengan beberapa pertanyaan/pernyataan
pemantik tentang cara belajar siswa. Beberapa pertanyaan/pernyataan mengarahkan
siswa untuk menentukan kecenderungan cara belajarnya, apakah visual, auditori,
audiovisual dan kinestatik.
Kesiapan belajar yang dimaksud yakni berkaitan dengan
perangkat/gadget yang digunakan siswa, ketersediaan waktu belajar dan kesiapan
siswa dalam mengikuti pembelajaran secara sinkronus maupun asinkronus.
2. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahapan ini, siswa yang terlibat yakni siswa kelas XI
MIPA SMAN 1 Banjarangkan tahun pelajaran 2021/2022. Jumlah siswa yang terlibat
yakni berjumlah 114 orang, yang merupakan anggota kelas XI MIPA 1, MIPA 2 dan
MIPA 3.
Untuk menyebarkan angket tersebut kepada siswa, penulis membagikan
link google form melalui group Whatsapp kelas. Selanjutnya, siswa mengakses
link tersebut dan memberikan respon terhadap angket yang diberikan. Untuk
mengetahui hasil dari respon siswa, guru mengakses hasil respon dengan
menggunakan grafik serta tabel spreadsheet pada bagian respon yang disediakan
google form.
Selanjutnya, hasil dari respon tersebutlah yang akan dijadikan
bahan refleksi dan menentukan seperti apa pembelajaran yang akan dirancang.
Dengan demikian, pembelajaran yang dirancang dapat “berpihak” pada murid.
3. Tahap refleksi
Pada tahapan ini, dilakukan refleksi terhadap respon siswa.
Dari hasil penyebaran angket tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Sebagian besar
siswa menyatakan sangat didukung orang tua mereka untuk mengikuti PJJ (52,2%),
seperti pada gambar berikut:
b. Sebagian besar
siswa menyatakan siap dan bahkan sangat diap untuk belajar secara sinkronus.
c. Sebagian besar
siswa senang belajar dengan menonton video serta ada cukup banyak siswa yang
senang belajar dengan membaca. Hal ini menunjukkan sebagian besar siswa
memiliki cara belajar audiovisual, dan visual.
d. Hampir seluruh
siswa belajar dengan menggunakan smartphone dan hanya sebagian kecil siswa yang
menggunakan laptop dalam belajar. Namun, masih ada siswa yang menggunakan
gadget bersama dengan saudara ataupun orang tuanya.
e. Di bagian akhir,
siswa diberikan kesempatan untuk menceritakan pengalaman belajar PJJ selama ini
dan ada beberapa siswa yang menyatakan belajar sambil membantu orang tua mencari
nafkah karena efek pandemi terhadap dunia kerja.
Dari apa yang
diperoleh dalam angket tersebut, penulis menemukan beberapa hal yang dapat
direkomendasikan sebagai acuan dalam merancang pembelajaran PJJ. Adapun hal-hal
yang direkomendasikan antara lain:
a. Pembelajaran
dirancang secara sinkronus dan asinkronus dengan menggunakan LMS sederhana
yakni Google Classroom.
b. Alokasi waktu
dibuat lebih fleksibel agar siswa yang menggunakan gadget dengan saudara atau
orang tuanya dapat mengakses pembelajaran kapan saja. Begitu pula siswa yang
harus membantu orang tuanya, mereka dapat mengikuti pembelajaran setelahnya.
Pembelajaran yang akan dirancang yakni pembelajaran berbasis proyek.
c. Media pembelajaran
yang digunakan dalam bentuk video serta artikel dengan dilengkapi info grafis.
Penulis akan menyiapkan bahan ajar dengan menggunakan Blog yang penulis miliki,
dimana konten materinya terdiri dari materi berupa wacana, video pembelajaran serta
penguatan berupa gambar.
Berdasarkan rekomendasi tersebut, penulis merancang
pembelajaran berbasis proyek dengan menggunakan media blog yang memuat konten
pembelajaran dengan penguatan video serta gambar. Tema dalam pembelajaran
tersebut penulis istilahkan dengan “Proyek Penyelamat Bumi”.
Dalam pembelajaran Proyek Penyelamat Bumi, siswa akan
diberikan materi yang dikemas sesuai dengan cara belajar siswa yang heterogen,
baik secara visual maupun audiovisual. Untuk proyek yang harus dikerjakan siswa
yakni siswa dituntun agar mampu merancang suatu hasil karya yang mana hasil
karya tersebut menyajikan tentang informasi, himbauan maupun ajakan untuk
menyelamatkan Bumi dari dampak negatif penggunaan Bahan Bakar Fosil dalam
kehidupan. Pembelajaran ini penulis rancang dalam pokok bahasan Minyak Bumi dan
pada pertemuan ke-2 yang membahas mengenai dampak negatif pembakaran senyawa
hidrokarbon.
Dalam pembelajaran berbasis proyek ini, siswa diberikan
kebebasan untuk menentukan bentuk karya mereka sesuai dengan minat, bakat serta
kemampuan masing-masing peserta didik. Hal ini dilakukan untuk mengakomodir
hasil angket yang disebarkan dimana ada siswa yang senang membuat video,
artikel maupun gambar. Dengan diberikan keleluasaan, maka siswa dapat mengasah
potensi dalam dirinya serta menumbuhkan kekuatan kodrat yang mereka miliki
dalam bentuk karya.
C. REFLEKSI TERHADAP AKSINYATA
Setelah menerapkan apa yang telah direncanakan sebelumnya, ada
beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam kesempatan berikutnya. Adapun hal-hal
tersebut diantaranya:
- Didalam angket perlu
ditambahkan pertanyaan yang menggali tentang ketersediaan jaringan ataupun
ketersediaan kuota siswa selama PJJ. Bercermin dari pengalaman pada PJJ
disemester sebelumnya, masih ada beberapa siswa yang mengeluhkan tentang
kendala kuota dalam melakukan pembelajaran tatap maya (sinkronus).
- Dalam penerapannya
nanti, perlu dibuat kesepakatan kelas terkait dengan hal-hal yang menjadi acuan
penilaian yang selanjutnya dituangkan dalam rubrik penilaian.
- Pembelajarn ini
hendaknya melibatkan pihak lain seperti rekan sejawat ataupun manajemen sekolah
sehingga rancangan perencanaan dapat lebih optimal.