DISQUS SHORTNAME

Pembelajaran Kimia kelas XI

Senyawa organik mengandung atom karbon dalam molekulnya. Atom karbon memiliki beberapa sifat khas sehingga memiliki kelimpahan yang besar di alam. Yuk kepoin aeperti apa penjelasannya.

Kegiatan Pembelajaran 2

Senyawa Hidrokarbon dapat dibedakan menjadi alkana, alkena dan alkuna. Ingin tahu seperti apa bedanya dan bagaimana cara pemberian namanya? Yuk di cek!.

Modul 1.1 PGP Angkatan 3

Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara.

Monday, October 11, 2021

REFLEKSI BUDAYA POSITIF

 

REFLEKSI TERBIMBING MODUL 1.4

BUDAYA POSITIF

Oleh: Kd. Dwija Negara

 

 

 

1.      Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?

Tanggapan:

Dari apa yang telah saya pelajari terkait hal diatas, saya memahami bahwa disiplin positif yang membangun karakter positif merupakan salah satu budaya positif di sekolah. Untuk dapat mewujudkan disiplin positif, maka kita harus menyadari bahwa disiplin bukanlah semata-mata berkenaan dengan aturan dan sangsi, melainkan adalah disiplin diri yang berakar dari kesadaran dan keyakinan diri. Dengan kata lain, disiplin positif didasari pada motivasi interinsik, bukan motivasi eksterinsik. Untuk dapat memicu motivasi interinsik pada diri siswa, guru harus mampu mengubah paradigma dari teori stimulus respon menuju teori kontrol, dalam perannya menumbuhkan budaya positif. Ada lima posisi kontrol yang perlu dipahami yakni sebagai penghukum, pembuat orang merasa bersalah, menjadi teman, pemantau/monitor serta posisi manajer. Sebisa mungkin kita sebagai guru perlu menempatkan diri dalam posisi manajer dalam mengontrol prilaku disiplin positif. Dalam mengontrol disiplin diri siswa, kita perlu membuat kesepakatan bersama siswa tentang nilai-nilai kebijaksanaan yang perlu mereka yakini. Hal ini tertuang dalam keyakinan sekolah, sebagai pengganti aturan-aturan yang lebih bersifat stimulus-respon dalam bentuk sangsi atau konsekuensi. Keyakinan sekolah ini akan dapat memenuhi kebutuhan dasar anak sehingga dengan terpenuhinya 5 kebutuhan dasar tersebut maka anak akan memiliki motivasi interinsik untuk berprilaku positif. Kelima kebutuhan dasar tersebut diantaranya kebutuhan bertahan hidup, cinta dan kasih sayang, penguasaan, kebebasan dan kesenangan. Ketika ada satu pelanggaran disiplin, maka akan ada kebutuhan dasar anak yang belum terpenuhi. Maka dari itu, hal yang dapat dilakukan adalah dengan menawarkan restitusi kepada anak. Restitusi dapat menguatkan karakter anak dan tidak akan menimbulkan trauma kepadanya. Langkah restitusi yang harus diterapkan guru tertuang pada segitiga restitusi yaitu menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah serta menanyakan keyakinan.

 

2.      Tuliskan pengalaman Anda dalam menggunakan konsep-konsep inti  tersebut dalam menciptakan budaya positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda.

Tanggapan:

Setelah saya mengikuti PGP dan menyadari tentang pentingnya melibatkan siswa dalam penentuang pembelajaran sebagai wujud pembelajaran yang berpihak pada murid, saya mulai menerapkan membuat kesepakatan kelas tentang hal-hal positif yang harus mereka yakini perlu adanya ketika pelaksanaan pembelajaran. Hal-hal positif tersebut mereka tuliskan dalam stickynote dan saya bacakan serta selanjutnya dituliskan sebagai bentuk keyakinan akan budaya positif yang perlu mereka jaga selama pembelajaran. Dengan demikian, saya berharap motivasi untuk menerapkan disiplin positif berasal dari dalam diri mereka.

 

3.      Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, ada di posisi manakah Anda? Anda boleh menceritakan situasinya dan posisi Anda saat itu.

Tanggapan:

Jika bercermin secara global dari apa yang pernah saya lakukan selama ini di lingkungan sekolah maupun di kelas, saya pernah menerapkan segitiga restitusi dalam menangani masalah siswa, walaupun tidak secara hirarki seperti yang tertera pada modul. Ketika itu, salah satu anak didik saya dalam ekstra kurikuler mengambil helm temanya ketika ada kegiatan disekolah. Kecurigaan tertuju kepada anak didik tersebut karena telah tertangkap kamera CCTV. Pada akhirnya saya dan guru BK memanggil anak tersebut. Pada kesempatan itu saya mencoba menjadi mentor terhadap si anak dan mencoba memotivasi dirinya untuk mau secara sukarela. Akhirnya si anak mengakuinya dengan lapang dada. Pada kesempatan itu saya juga meyakinkan pada si anak bahwa yang dilakukannya tidak sesuai dengan seharusnya karena merugikan temannya. Ia menyadari kesalahannya tersebut. Dengan mengajukan beberapa pertanyaan, akhirnya sianak menceritakan mengapa Ia melakukan hal tersebut dan dari sana saya menyadari bahwa apa yang dilakukannya adalah untuk memenuhi kebutuhannya dalam bertahan hidup. Dalam kesehariannya, si anak tinggal sendiri di rumah neneknya berpisah dengan orang tuanya karena ingin belajar mandiri. Tiap minggunya Ia harus cukup bertahan hidup dengan uang Rp 20.000. Ia enggan meminta uang lebih kepada orang tuanya karena merasa kasihan melihat kedua orang tuanya yang di PHK akibat pandemi. Ketika itu, Ia sudah tidak dapat berfikir panjang karena sudah terdesak kebutuhan sehingga mengambil helm temannya. Namun, setelah diambia Ia bingung apa yang akan dilakukan selanjutnya terhadap helm tersebut sehingga helm itu hanya disimpan saja. Saya menanyakan kepadanya apa yang akan dilakukan selanjutnya. Lalu anak tersebut menjawab bahwa Ia akan mengembalikan helm tersebut kepada temannya dan meminta maaf. Akhirnya si anak bertemu dengan pemilik helm dan mengembalikan helm tersebut dan meminta maaf. Dari proses tersebut akhirnya pihak sekolah memanggil orang tua korban dan menyampaikan keadaan si anak dan akhirnya si anak kembali tinggal bersama orang tuanya.

 

4.      Perubahan  apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?

Tanggapan:

Hal yang paling saya rasakan dalam pemikiran saya yakni pada pola pikir saya tentang penerapan disiplin diri. Dulu saya memandang bahwa aturan ketat dana sangsi atas pelanggaran aturan akan dapat menciptakan disiplin diri siswa. Namun, setelah belajar modul ini saya baru menyadari bahwa dalam menciptakan budaya positif khususnya yang berkenaan dengan disiplin diri diperlukan motivasi dari dalam diri bukan berupa aturan. Jadi yang selama ini saya yakini hanya sebuah ilusi bahwa siswa saya telah berdisiplin.

 

5.      Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran?

Tanggapan:

Sangat penting untuk mempelajari modul ini. Sebagai individu dan pemimpin pembelajaran. Dengan mengetahui bagaimana teori dan pola penerapan disiplin positif yang menekankan pada motivasi interinsik bukan motivasi eksterinsik maka nantinya akan menciptakan siswa dengan karakter positif yang kuat serta siswa berbudi pekerti luhur dengan selalu berpijak pada nilai-nilai kebijaksanaan. Hal yang menurut saya sangat penting adalah dalam menerapkan restitusi, penting bagi kita mengetahui terlebih dahulu kebutuhan dasar anak yang belum terpenuhi sehingga restitusi yang dilakukan dapat menjawab kebutuhan tersebut.

 

6.      Apa yang Anda bisa lakukan untuk membuat dampak/perbedaan di lingkungan Anda setelah Anda mempelajari modul ini?

Tanggapan:

Saya akan menguatkan penerapan kesepakatan kelas dalam membentuk keyakinan kelas untuk menerapkan budaya positif di kelas. Langkah lain yang akan saya lakukan adalah dengan membuat keyakinan pada bidang ekstrakurikuler khususnya Pramuka, yang tetap berpegang pada nilai Tri Satya dan Dasa Darma sehingga pemberian sangsi/konsekuensi dapar dialihkan sebagai sebuah restitusi selama kegiatan ekstrakurikuler Pramuka.

 

7.      Selain konsep-konsep tersebut, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?

Tanggapan:

Hal lain yang penting menurut saya untuk dipelajari dan digali adalah menggali budaya lokal yang selaras dengan konsep-konsep yang ada pada topik ini yang dapat saling menguatkan. Nilai-nilai budaya lokal tersebut dapat saya jadikan sebagai nilai kebajikan yang nantinya akan menjadi keyakinan kelas ataupun keyakinan sekolah.

 

8.      Langkah-langkah awal apa yang akan Anda lakukan jika kembali ke sekolah/kelas Anda setelah mengikuti sesi ini?

Tanggapan:

Langkah awal yang saya lakukan adalah menguatkan kembali apa yang selama ini saya lakukan berkenaan dengan keyakinan kelas dengan topik yang sudah saya pelajari selama ini. Saya akan merefleksi terkait dampak penerapannya dan nanti dapat saya bagikan pada komunitas praktisi sekoalh untuk nantinya dapat dijadikan rujukan bagi rekan guru.

Tuesday, October 5, 2021

LAJU REAKSI

 

PENGERTIAN LAJU REAKSI DAN ORDE REAKSI





Kalian tentu pernah bermain petasan  kan? Apa yang terjadi ketika sumbu petasan disulut api? Tentu akan meledak bukan? Kenapa petasan dapat meledak? Ledakan petasan itu disebabkan karena adanya reaksi yang sangat cepat dan eksotermik.

Lalu, apakah di alam ini hanya akan terjadi reaksi yang cepat saja? Tentu saja tidak, di alam juga terdapat reaksi yang lambat, seperti pada proses pembusukan makanan. Apakah kalian pernah melihatnya? Kalian tentu tahu bagaimana bentuk nasi yang belum busuk. Namun, tahukah kalian bagaimana proses yang terjadi ketika nasi  itu dibiarkan dan akhirnya menjadi busuk? Reaksi yang terjadi ini umumnya membutuhkan waktu yang lama.  Karena akan terjadi penguraian zat-zat kimia dalam nasi. Zat kimia yang terdapat pada nasi diuraikan oleh zat-zat yang dimiliki oleh jamur penyebab pembusukan pada roti.

Dari kedua fenomena tersebut, kalian telah mengetahui bahwa reaksi ada yang berlangsng lambat dan ada yang berlangsung cepat. Tahukah kalian berapa kecepatan reaksi tersebut? Kalian dapat mengetahuinya dengan mengukur waktu yang dibutuhkan oleh kedua fenomena tersebut ketika bereaksi. Kemudian kalian akan dapat menentukan kecepatan dari reaksi tersebut. Bagaimana caranya menentukannya? Di dalam kimia, kalian dapat mengetahuinya menentukan laju reaksi. Apa itu laju reaksi? Dan bagaimana laju reaksi dapat menjelaskan kecepatan reaksi dari kedua fenomena tersebut? Untuk mengetahuinya, mari kita bahas tentang laju reaksi pada pembahasan berikut ini.  


A.           Pengertian Laju Reaksi

Pada fenomena pembakaran kembang api dan pembusukan nasi, kalian telah mengetahui bahwa reaksi dapat berlangsung dengan cepat atau lambat.  Kedua reaksi tersebut memiliki perbedaan kecepatan reaksi. Untuk menyatakan seberapa cepat reaksi itu berlangung, dalam ilmu Kimia digunakan istilah laju reaksi. Berdasarkan Teori Tumbukan  laju reaksi sebanding dengan jumlah tumbukan efektif perdetik antara partikel-partikel yang bereaksi. Apa itu laju reaksi? Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan kosentrasi pereaksi atau hasil reaksi per satuan waktu. Perhatikan persamaan reaksi berikut ini.

Reaktan   →    Produk

Apa yang dapat kalian definisikan dari persamaan tersebut? Persamaan reaksi tersebut menggambarkan suatu reaksi dimana reaktan akan menghasilkan sejumlah produk tertentu. Proses pembentukan produk ini dapat digambarkan seperti pada grafik berikut ini:


Berdasarkan grafik tersebut dapat diketaui bahwa jumlah produk dalam reaksi akan semakin bertambah, sementara jumlah reaktan akan semakin berkurang karena digunakan untuk menghasilkan produk dalam waktu tertentu. (lajunya mula-mula cepat, lambat dan akhirnya ttap, pada saat setimbang)Waktu yang dibutuhkan adalah waktu reaktan bereaksi hingga habis dan menghasilkan sejumlah produk yang maksimal. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa laju reaksi adalah laju berkurangnya jumlah reaktan atau laju bertambahnya jumlah produk per satuan waktu. Satuan jumlah zat pereaksi dan produk bermacam-macam, misalnya gram, mol, atau kosentrasi. Sedangkan satuan waktu yang digunakan adalah detik, menit, jam, hari, ataupun tahun. Dalam suatu reaksi kimia banyak digunakan zat kimia berupa larutan atau berupa gas dalam keadaan tertutup, sehingga dalam laju reaksi digunakan satuan molaritas (M).
Secara umum, laju reaksi dapat dinyatakan dengan:


Pada persamaan tersebut, tf merupakan waktu awal reaksi dan ti merupakan waktu reaksi berakhir. Konsentrasi dapat dituliskan dengan […], sehingga persamaan 1.2  dapat di tuliskan dengan:


Laju rekasi umunya dinyatakan dalam satuan mol/liter detik atau M/s

Dari persamaan tersebut, laju reaksi untuk pereaksi maupun produk dapat diturunkan. Rumus laju reaksi pereaksi dan produk, dapat dituliskan sebagai berikut:


Berdasarkan rumusannya dapat diketahui bahwa laju pereaksi bertanda negatif dan laju produk bertanda positif. Hal ini disebabkan pada pereaksi, kosentrasi awal jauh lebih besar daripada kosentrasi akhirnya, sehingga perubahan kosentrasi pereaksi, didapatkan dengan hasil yang negatif (berkurang pereaksinya). Sementara pada produk, kosentrasi awal masih dapat dikatakan belum ada, karena belum terbentuk produknya. Namun, setelah reaksi, kosentrasi produknya akan semakin besar, sehingga perubahan kosentrasi produk, didapatkan dengan hasil yang positif (bertambah produknya). Sehingga rumusan laju produk dituliskan dengan positif (+) dan laju pereaksinya adalah (-).



A.           Orde Reaksi dan Persamaan Laju Reaksi

Laju reaksi akan dipengaruhi oleh setiap perubahan konsentrasi zat-zat yang bereksi. Sehingga pengaruh tersebut secara matematis ditunjukkan dalam suatu persamaan laju reaksi .Untuk persamaan reaksi:

            mA + nB  → pC + qD

Maka persamaan lajunya adalah:

 r = k [A]x[B]y

Keterangan: 

r = laju reaksi (m/s)

k = konstanta laju

[A] = konsentrasi zat A

[B] = konsentrasi zat B

x = orde reaksi terhadap A

y = orde reaksi terhadap B

x + y = orde total reaksi

Orde reaksi menyatakan kelipatan pertambahan laju reaksi. Orde reaksi sering disebut tingkat reaksi. Sehingga untuk reaksi di atas merupakan reaksi tingkat (m + n), yakni tingkat m terhadap zat P dan tingkat n terhadap zat Q

         Orde reaksi hanya dapat ditentukan berdasarkan hasil percobaan.

Contoh :

Untuk reaksi  :  P  +  Q                  R   +  S        diperoleh data sebagai berikut , 

Tentukanlah :

         1. Orde reaksi terhadap P (m)              4. Harga konstanta reaksi

         2. Orde reaksi terhadap Q (n)               5. Laju reaksi jika : = [P] 0,6 M dan  =[Q]  0,4 M

         3. Persamaan laju reaksi.

Jawaban :

         Rumus umum laju reaksinya : V = k[P]m[Q]n















Monday, September 27, 2021

CATATAN SIPENGGERAK: AKSI NYATA FILOSIFI PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA MERANCANG PEMBELAJARAN YANG BERPIHAK KEPADA SISWA: “PROYEK PENYELAMAT BUMI”

AKSI NYATA 

FILOSIFI PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA

MERANCANG PEMBELAJARAN YANG BERPIHAK KEPADA SISWA:

“PROYEK PENYELAMAT BUMI”

 

A.    PENDAHULUAN

Pendidikan dan pengajaran merupakan hal yang berbeda. Pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggitingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam hal ini, pendidikan diselenggarakan untuk usaha persiapan dan penyediaan untuk kepentingan manusia dalam segala hal/bidang baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun berbudaya. Hal tersebut jelas tergambar dari filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara.

Setelah mempelajari maksud dan nilai-nilai dari filosofi pendidikan KHD, dapat ditangkap beberapa hal penting terkait pembelajaran yang menuntun kekuatan kodrat siswa. Hal pertama yakni perlunya sistem among dalam pendidikan. Sistem among tersebut berkaitan dengan tindakan menuntun siswa, hingga siswa mampu menumbuhkan dan mengembangkan kekuatan kodratnya agar dapat terwujud siswa yang merdeka, dimana mereka hidup karena kekuatannya sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Yang kedua yakni pentingnya “menghamba kepada sang anak”. Dalam hal ini guru perlu merancang pembelajaran yang berpihak kepada siswa, dimana pembelajaran dirancang berdasarkan kebutuhan, cara belajar dan kesiapan dari siswa itu sendiri, bukan pembelajaran yang dirancang sesuai dengan kemauan dari guru.

Berkenaan dengan hal tersebut, penulis melakukan aksinyata untuk dapat merancang pembelajaran yang berpihak kepada siswa. Pembelajaran yang penulis rancang dimulai dengan memberikan angket kesiapan belajar yang selanjutnya dijadikan landasan dalam merancang pembelajaran.

 

B.    TAHAP PELAKSANAAN AKSI NYATA

Dalam pelaksanaan aksi nyata ini, dimulai dengan tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap refleksi yang selanjutnya menghasilkan rekomendasi tentang pembelajaran yang akan dirancang.

1.    Tahap Persiapan

Pada tahapan ini, penulis mempersiapkan angket yang akan diberikan kepada siswa. Karena pembelajaran masih berlangsung secara jarak jauh, maka penulis memilih angket secara online dengan memanfaatkan google form. Dalam angket tersebut, penulis memberikan beberapa pertanyaan dengan tujuan untuk menggali kebutuhan belajar, cara belajar dan kesiapan belajar siswa.

Kebutuhan belajar yang dimaksud yakni apa yang siswa butuhkan ketika belajar, metoda apa yang siswa inginkan selama PJJ dan media apa yang siswa sukai dalam belajar. Dari informasi tersebut, penulis menentukan metode dan media yang akan penulis gunakan dalam PJJ.

Cara belajar ditentukan dengan beberapa pertanyaan/pernyataan pemantik tentang cara belajar siswa. Beberapa pertanyaan/pernyataan mengarahkan siswa untuk menentukan kecenderungan cara belajarnya, apakah visual, auditori, audiovisual dan kinestatik.

Kesiapan belajar yang dimaksud yakni berkaitan dengan perangkat/gadget yang digunakan siswa, ketersediaan waktu belajar dan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran secara sinkronus maupun asinkronus.

 

2.    Tahap Pelaksanaan

Dalam tahapan ini, siswa yang terlibat yakni siswa kelas XI MIPA SMAN 1 Banjarangkan tahun pelajaran 2021/2022. Jumlah siswa yang terlibat yakni berjumlah 114 orang, yang merupakan anggota kelas XI MIPA 1, MIPA 2 dan MIPA 3.

Untuk menyebarkan angket tersebut kepada siswa, penulis membagikan link google form melalui group Whatsapp kelas. Selanjutnya, siswa mengakses link tersebut dan memberikan respon terhadap angket yang diberikan. Untuk mengetahui hasil dari respon siswa, guru mengakses hasil respon dengan menggunakan grafik serta tabel spreadsheet pada bagian respon yang disediakan google form.

Selanjutnya, hasil dari respon tersebutlah yang akan dijadikan bahan refleksi dan menentukan seperti apa pembelajaran yang akan dirancang. Dengan demikian, pembelajaran yang dirancang dapat “berpihak” pada murid.

 

3.    Tahap refleksi

Pada tahapan ini, dilakukan refleksi terhadap respon siswa. Dari hasil penyebaran angket tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:

a.    Sebagian besar siswa menyatakan sangat didukung orang tua mereka untuk mengikuti PJJ (52,2%), seperti pada gambar berikut:

                                      

 

b.    Sebagian besar siswa menyatakan siap dan bahkan sangat diap untuk belajar secara sinkronus.

                                              


c.     Sebagian besar siswa senang belajar dengan menonton video serta ada cukup banyak siswa yang senang belajar dengan membaca. Hal ini menunjukkan sebagian besar siswa memiliki cara belajar audiovisual, dan visual.

                                       

d.    Hampir seluruh siswa belajar dengan menggunakan smartphone dan hanya sebagian kecil siswa yang menggunakan laptop dalam belajar. Namun, masih ada siswa yang menggunakan gadget bersama dengan saudara ataupun orang tuanya.

                                               


e.    Di bagian akhir, siswa diberikan kesempatan untuk menceritakan pengalaman belajar PJJ selama ini dan ada beberapa siswa yang menyatakan belajar sambil membantu orang tua mencari nafkah karena efek pandemi terhadap dunia kerja.

    Dari apa yang diperoleh dalam angket tersebut, penulis menemukan beberapa hal yang dapat direkomendasikan sebagai acuan dalam merancang pembelajaran PJJ. Adapun hal-hal yang direkomendasikan antara lain:

a.    Pembelajaran dirancang secara sinkronus dan asinkronus dengan menggunakan LMS sederhana yakni Google Classroom.

b.    Alokasi waktu dibuat lebih fleksibel agar siswa yang menggunakan gadget dengan saudara atau orang tuanya dapat mengakses pembelajaran kapan saja. Begitu pula siswa yang harus membantu orang tuanya, mereka dapat mengikuti pembelajaran setelahnya. Pembelajaran yang akan dirancang yakni pembelajaran berbasis proyek.

c.     Media pembelajaran yang digunakan dalam bentuk video serta artikel dengan dilengkapi info grafis. Penulis akan menyiapkan bahan ajar dengan menggunakan Blog yang penulis miliki, dimana konten materinya terdiri dari materi berupa wacana, video pembelajaran serta penguatan berupa gambar.

Berdasarkan rekomendasi tersebut, penulis merancang pembelajaran berbasis proyek dengan menggunakan media blog yang memuat konten pembelajaran dengan penguatan video serta gambar. Tema dalam pembelajaran tersebut penulis istilahkan dengan “Proyek Penyelamat Bumi”.

Dalam pembelajaran Proyek Penyelamat Bumi, siswa akan diberikan materi yang dikemas sesuai dengan cara belajar siswa yang heterogen, baik secara visual maupun audiovisual. Untuk proyek yang harus dikerjakan siswa yakni siswa dituntun agar mampu merancang suatu hasil karya yang mana hasil karya tersebut menyajikan tentang informasi, himbauan maupun ajakan untuk menyelamatkan Bumi dari dampak negatif penggunaan Bahan Bakar Fosil dalam kehidupan. Pembelajaran ini penulis rancang dalam pokok bahasan Minyak Bumi dan pada pertemuan ke-2 yang membahas mengenai dampak negatif pembakaran senyawa hidrokarbon.

Dalam pembelajaran berbasis proyek ini, siswa diberikan kebebasan untuk menentukan bentuk karya mereka sesuai dengan minat, bakat serta kemampuan masing-masing peserta didik. Hal ini dilakukan untuk mengakomodir hasil angket yang disebarkan dimana ada siswa yang senang membuat video, artikel maupun gambar. Dengan diberikan keleluasaan, maka siswa dapat mengasah potensi dalam dirinya serta menumbuhkan kekuatan kodrat yang mereka miliki dalam bentuk karya.

 

C.    REFLEKSI TERHADAP AKSINYATA

Setelah menerapkan apa yang telah direncanakan sebelumnya, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam kesempatan berikutnya. Adapun hal-hal tersebut diantaranya:

  •     Didalam angket perlu ditambahkan pertanyaan yang menggali tentang ketersediaan jaringan ataupun ketersediaan kuota siswa selama PJJ. Bercermin dari pengalaman pada PJJ disemester sebelumnya, masih ada beberapa siswa yang mengeluhkan tentang kendala kuota dalam melakukan pembelajaran tatap maya (sinkronus).
  •      Dalam penerapannya nanti, perlu dibuat kesepakatan kelas terkait dengan hal-hal yang menjadi acuan penilaian yang selanjutnya dituangkan dalam rubrik penilaian.
  •     Pembelajarn ini hendaknya melibatkan pihak lain seperti rekan sejawat ataupun manajemen sekolah sehingga rancangan perencanaan dapat lebih optimal.






 










APA ITU ELEKTROLISIS? LALU BAGAIMANA PENERAPANNYA?

Sebelumnya kita sudah belajar tentang sel volta dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Nah pada kesempatan ini, kita akan melanjutkan apa yang dimaksud dengan elektrolisis dan penerapannya dalam keseharian. 

Elektrolisis adalah penguraian zat-zat kimia oleh arus listrik searah. Dalam peristiwa ini, terjadi perubahan energi listrik menjadi reaksi kimia. dalam elektrolisis terdapat bagian-bagian yang disebut elektrode dan elektrolit. Jika elektroda-elektroda tersebut dihubungkan dengan arus listrik searah maka ion-ion positif (kation) yang terdapat pada elektrolit akan tertarik ke elektroda yang bermuatan negatif (katoda). sementara itu ion-ion negatif (anion) akan bergerak menuju elektroda positif (Anoda).

Prinsip Kerja Sel Elektrolisis

Berbeda dengan sel volta yang mengubah energi kimia menjadi listrik, sel elektrolisis mengubah energi listrik menjadi energi kimia. Dikutip dari Encyclopaedia Britannica, sel elektrolisis memiliki dua elektroda yang bersifat negatif dan positif.
Kemudian sel elektrolisis dicelupkan ke dalam larutan elektrolit yang mengandung ion-ion bermuatan. Kedua elektroda tersebut berada dalam wadah dan larutan elektrolit yang sama. Saat sel elektrolisis dialiri dengan listrik, muatan listrik elektron akan memicu reaksi redoks pada sel. Anoda akan mengalami reaksi oksidasi, sementara katoda akan mengalami reaksi reduksi. Singkatnya, reaksi redoks tidak dapat terjadi secara spontan, harus menggunakan bantuan energi listrik.


Kegunaan Sel Elektrolisis
Berikut kegunaan sel elektrolisis dalam membantu kegiatan manusia sehari-hari, di antaranya:
  1. Cara kerja sel elektrolisis digunakan untuk metode pembuatan gas oksigen, hidrogen, atau gas klorin di laboratorium.
  2. Digunakan pada proses penyepuhan logam menggunakan logam mulia, seperti emas, perak, atau nikel.
  3. Dimanfaatkan untuk proses pemurnian logam kotor. Logam kotor diletakkan di anoda, sedangkan logam murni ditempatkan di katoda.


CATATAN SIPENGGERAK: PEMETAAN KEKUATAN SEBAGAI ASET DALAM MANAJEMEN PERUBAHAN

Salam Guru penggerak.

Dalam kegiatan ruang kolaborasi, kita dihadapkan pada diskusi pemetaan kekuatan dari dalam diri dan luar diri, sebagai aset utama dan aset pendukung dalam manajemen perubahan. Dalam manajemen perubahan dengan pendekatan Inkuiri Apresiatif, hal ini sangat penting untuk dilakukan. Dengan memetakan kekuatan dari berbagai aspek maka kita akan dapat menentukan siapa saja yang berperan dalam perubahan tersebut dan peran mereka seperti apa. Kami menyajikan hasil sidkusi tersebut lewat karya 2 dimensi berupa gambar. Berikut adalah hasil karya yang dapat admin sajikan.


 

Sunday, September 19, 2021

TEORI TUMBUKAN DAN REAKSI KIMIA


Pengantar

Pernahkah kalian menyalakan korek api? Bagaimana caranya supaya korek api dapat menyala ketika digesekkan? Kalian tentu membutuhkan tempat untuk menggesekkan kepala korek bukan, selain itu juga diperlukan energi lebih kuat supaya api dapat menyala. Begitu pula, suatu reaksi juga membutuhkan cara khusus supaya reaksi terjadi dapat menghasilkan produk. Untuk memahami lebih lanjut akan kita pelajari pada pembahasan kali ini tentang teori tumbukan yang menjelaskan bagaiaman reaksi dapat terjadi.

Terjadinya Reaksi Kimia Berdasarkan Teori Tumbukan

Teori tumbukan dapat menjelaskan bagaimana reaksi kimia dapat berlangsung. Menurut teori tumbukan, reaksi kimia terjadi karena adanya partikel-partikel yang saling bertumbukan. Seberapa cepat reaksi berlangsung sebanding dengan jumlah tumbukan efektif antara partikel-partikel yang bereaksi setiap detik. Tumbukan terjadi jika dua molekul atau lebih permukaannya saling bersentuhan pada satu titik. Pengertian satu titik disini adalah jika dianggap bentuk molekul bulat seperti bola, maka pada pertemuan tersebut jarak antar pusat inti sama dengan diameternya untuk jenis molekul yang mempunyai ukuran sama.

Tidak semua tumbukan yang terjadi antara partikel reaktan dapat menghasilkan reaksi kimia. Hanya sebagian keecil dari seluruh tumbukan yang terjadi yang dapat menghasilkan reaksi kimia. Tumbukan yang dapat menghasilkan reaksi kimia dikenal dengan istilah tumbukan efektif.  Agar terjadi tumbukan yang efektif diperlukan syarat, yaitu: a) orientasi tumbukan molekul harus tepat dan b) energi kinetik tumbukan cukup.

 

  1. aOrientasi

      Agar terjadi reaksi kimia, partikel - partikel pereaksi yang bertumbukan harus mempunyai orientasi yang tepat.  Orientasi merupakan arah atau posisi antarmolekul yang bertumbukan. Perhatikan contoh reaksi berikut!

                  2NO2Cl    2NO2  + Cl2

Reaksi di atas berlangsung melalui dua tahap reaksi. Salah satu tahapnya melibatkan tumbukan antara  NO2Cl dengan atom Cl :

                  NO2Cl + Cl NO2 + Cl2

Orientasi NO2Cl ketika ditabrak oleh atom Cl sangat menentukan efektif tidaknya tumbukan yang terjadi, seperti diperlihatkan pada gambar 2 berikut.

 


Gambar a) menunjukkan bahwa orientasi NO2Cl dan Cl kurang tepat sehingga tumbukan yang dihasilkan kurang efektif dan tidak terjadi reaksi. Gambar b) menunjukkan orientasi yang tepat antara NO2Cl dan Cl. Tumbukan efektif yang terjadi menyebabkan  ikatan N – Cl putus dan ikatan Cl –Cl terbentuk sehingga diperoleh NO2 dan Cl2 setelah reaksi.

 

  1. b.     Energi Kinetik

 

      Tidak semua tumbukan dengan orientasi yang tepat disertai dengan energi yang cukup untuk terjadinya reaksi kimia. Hal ini adalah alasan utama mengapa hanya sebagian kecil tumbukan yang dapat menghasilkan reaksi kimia. Tumbukan antar partikel harus mempunyai energi minimum yang lebih besar dari pada energi aktivasi (Ea). Energi aktivasi merupakan jumlah energi minimum yang dibutuhkan dalam suatu tumbukan untuk mengawali terjadinya reaksi kimia. Energi aktivasi dari setiap reaksi kimia bervariasi.

      Untuk dapat memutuskan ikatan semula dan membentuk ikatan baru,  inti atom dari masing-masing partikel yang bertumbukan harus berada pada jarak tertentu yang menungkinkan terjadinya ikatan. Hanya partikel yang bergerak cepat dengan energi kinetik besar yang dapat bertumbukan sehingga dihasilkan energi tumbukan yang cukup untuk reaksi kimia terjadi. Jika energi aktivasi tidak terlampaui, maka reaksi kimia tidak akan terjadi, seperti yang diperlihatkan pada gambar 1.3 berikut:


Pada gambar 3 disamping diperlihatkan meskipun banyak molekul O3 dan NO yang bertumbukan, tapi hanya  a)  yang energi tumbukannya cukup sehingga terbentuk produk O2 dan NO2, sedangkan molekul reaktan pada b) dan c) hanya bersinggungan dan akhirnya terpisah satu dengan yang lainnya.

 

1.     Faktor – Fektor Yang Mempengaruhi Terjadinya Tumbukan

 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah tumbukan efekfif yang terjadi, yaitu: a.  suhu, b. konsentrasi, c. tekanan dan volume, d. katalis, dan e. luar permukaan.

a.       Pengaruh Suhu

Konsep energi aktivasi dapat menjelaskan bagaimana laju reaksi meningkat ketika suhunya ditingkatkan. Semakin tinggi suhu, gerakan partikel reaktan akan semakin cepat sehingga memungkinkan semakin banyak tumbukan dengan energi yang cukup untuk terjadinya reaksi.




 

 

b.      Konsentrasi

Konsentrasi menunjukan perbandingan jumlah partikel dan volume. Semakin tinggi konsentrasi, jumlah partikel yang terdapat pada proses reaksi semakin banyak. Banyaknya jumlah partikel ini memungkinkan tumbukan efektif yang terjadi lebih banyak.



c.       Tekanan dan volume

Tekanan dan volume berbanding terbalik. Jika tekanan diperbesar, maka volume akan semakin kecil. Jika tekanan diperkecil, maka volume akan semakin besar. Dengan konsentrasi yang tetap, perubahan tekanan dan volume akan mempengaruhi ruang gerak partikel zat. Jika volumenya diperkecil akibat tekanan yang diperbesar, maka ruang gerak partikel semakin kecil dan menyebabkan kemungkinan tumbukan efektif terjadi semakin banyak.



d.      Katalis

Katalis adalah zat yang dapat menurunkan energi aktivasi. Jika energi aktivasi dapat diturunkan oleh katalis, maka energi tumbukan yang diperlukan untuk terjadinya reaksi pada tumbukan efektif menjadi lebih sedikit.



e.       Luas Permukaan

Luas permukaan yang dimaksud adalah luas permukaan bidang sentuh tempat terjadinya reaksi. Semakin  besar permukaan maka kemungkinan terjadinya tumbukan efektif semakin besar. Sebaliknya, semakin kecil luas permukaan semakin kecil juga kemungkinan terjadinya tumbukan efektif.