Pembelajaran Kimia kelas XI
Senyawa organik mengandung atom karbon dalam molekulnya. Atom karbon memiliki beberapa sifat khas sehingga memiliki kelimpahan yang besar di alam. Yuk kepoin aeperti apa penjelasannya.
Kegiatan Pembelajaran 2
Senyawa Hidrokarbon dapat dibedakan menjadi alkana, alkena dan alkuna. Ingin tahu seperti apa bedanya dan bagaimana cara pemberian namanya? Yuk di cek!.
Modul 1.1 PGP Angkatan 3
Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara.
Friday, November 26, 2021
Thursday, November 11, 2021
CATATAN SIPENGGERAK: MATERI MODUL 2.2, PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL
Bapak Ibu CGP hebat, kali ini kita telah sampai pada modul 2.2 dengan materi tentang Pembelajaran Sosial Emosional. Pada modul ini kita diharapkan mampu mengelola aspek sosial dan emosional dalam berperan sebagai guru, serta menerapkan pembelajaran sosial dan emosional dalam lingkup kelas, lingkungan sekolah, dan komunitas.
Pembelajaran Sosial dan Emosional yang ditujukan untuk jenjang pendidikan usia dini hingga menengah ini dikembangkan pada tahun 1994 oleh sekelompok pendidik, peneliti, dan pendamping anak (salah satunya adalah Psikolog Daniel Goleman, pencetus teori Kecerdasan Emosi). Kerangka Pembelajaran Sosial dan Emosional berbasis penelitian ini bertujuan untuk mendorong perkembangan anak secara positif dengan program yang terkoordinasi secara lebih baik antara berbagai pihak dalam komunitas sekolah.
Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. Ada lima hal yang menjadi tujuan dari pembelajaran sosial dan emosional ini, yakni:
- memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri)
- menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)
- merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
- membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan membangun relasi)
- membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)
- Mengajarkan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) secara spesifik dan eksplisit
- Mengintegrasikan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) ke dalam praktik mengajar guru dan gaya interaksi dengan murid
- Mengubah kebijakan dan ekspektasi sekolah terhadap murid
- Mempengaruhi pola pikir murid tentang persepsi diri, orang lain dan lingkungan.
- Sequential/berurutan: Aktivitas yang terhubung dan terkoordinasi untuk mendorong pengembangan keterampilan
- Active/aktif: bentuk Pembelajaran Aktif yang melibatkan murid untuk menguasai keterampilan dan sikap baru
- Focused/fokus: ada unsur pengembangan keterampilan sosial maupun personal
- Explicit/eksplisit: tertuju pada pengembangan keterampilan sosial dan emosional tertentu secara eksplisit.
Monday, November 1, 2021
CATATAN SIPENGGERAK: REFLEKSI PEMBELAJARAN BERDIFRENSIASI DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN BELAJAR SISWA
REFLEKSI TERBIMBING
PEMBELAJARAN BERDIFRENSIASI
DALAM MEMENUHI
KEBUTUHAN BELAJAR SISWA
Oleh: Kd. Dwija Negara
1. Dari apa yang sudah Anda pelajari, materi
apa yang menurut Anda dapat menjadi solusi bagi permasalahan yang terkait
dengan pembelajaran di kelas Anda?
Tanggapan:
Selama ini saya pernah mencoba memetakan minat dan gaya belajar siswa secara otodidak sebatas pengetahuan saya yang pernah saya pelajari ketika kegiatan PPG dengan menggunakan angket. Namun saya belum mampu untuk memetakan kesiapan belajar siswa apalagi dalam mengkategorikannya serta memetakannya. Dengan apa yang saya pelajari dalam modul ini saya lebih memahami tentang pemetaan kebutuhan belajar siswa khususnya pada aspek kesiapan belajar. Dengan mempelajari modul ini saya mendapatkan pemahaman mengenai memetakan kebutuhan belajar murid dengan berbagai cara yang telah disajikan dalam modul, baik melalui wawancara/diskusi, observasi, maupun dengan menggunakan instrumen. Menurut saya hal ini merupakan wujud nyata dari penerapan pembelajaran yang berpihak pada murid. Materi lain yang menurut saya sangat membantu yakni tentang teknik pendifrensiasian konten, proses dan produk. Dengan video yang diberikan, saya mendapatkan pemahaman bagaimana mendifrensiasikan pembelajaran dengan tiga strategi tersebut sehingga kebutuhan belajar siswa secara individu dapat terpenuhi.
2. Apa yang menurut Anda sulit untuk diterapkan? Mengapa menurut Anda hal tersebut sulit diterapkan?
Tanggapan:
Hal yang bagi saya sulit untuk dilakukan adalah dalam mendifrensiasikan konten jika dipandang dari pemenuhan kesiapan belajar. Saya belum memahami lebih jauh bagaimana membuat media atau bahan ajar yang dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa sesuai dengan variasi struktur. Hal lain dari dampak tersebut adalah dalam difrensiasi proses selama PTMT saya akan mendapatkan kesulitan dalam memberikan dukungan kepada kelompok siswa yang belum berkembang dan mulai berkembang. Hal ini tentunya akan sulit dilakukan selama PTMT.
3. Jika Anda harus menerapkan hal yang sulit
tersebut, dukungan Apa yang Anda perlukan? Kemana atau bagaimana Anda akan
dapat mengakses dukungan tersebut.
Tanggapan:
Dalam hal ini saya memerlukan dukungan dari pihak manajemen sekolah, rekan guru serumpun, orang tua siswa serta yang terpenting adalah dukungan siswa dikelas yang saya ajarkan. Dalam hal ini saya ingin menerapkan pembelajaran Blended Learning khususnya dengan pendekatan kelas terbalik sehingga saya membutuhkan dukungan dari manajemen sekolah dalam hal perizinan. Dukungan yang saya harapkan dari rekan sejawat yakni sharing bahan ajar, media dan masukan-masukan produktif sehingga kesulitan saya dalam mendifrensiasikan konsep yang bervariasi secara struktur dapat diatasi. Karena saya menerapkan pembelajaran kelas terbalik, tentunya dukungan dari orang tua juga sangat saya perlukan. Dalam hal ini saya membutuhkan dukungan orang tua untuk memberikan waktu yang lebih leluasa kepada anak untuk mengakses pembelajaran dirumah, khususnya bagi siswa yang menggunakan gadget bersama-sama dengan saudara ataupun orang tua.
Tuesday, October 26, 2021
GO-STEM UNTUK MENUMBUHKAN KETERAMPILAN ABAD 21 SELAMA BDR
GO-STEM
UNTUK MENUMBUHKAN KETERAMPILAN ABAD 21
SELAMA BDR
Oleh: Kd. Dwija Negara
Tanpa
terprediksi sebelumnya, pandemi Covid 19 telah membawa suatu perubahan terhadap
tatanan kehidupan manusia. Pandemi tersebut bedampak juga pada dunia pendidikan di
Indonesia, dimana pemerintah akhirnya mengeluarkan instruksi untuk mrlakukan belajar dari rumah (BDR) sejak bulan maret tahun 2020. Hal ini menjadi sebuah tantangan dan cobaan begitu berat
bagi saya, karena baru pertama kali harus mengajar tanpa bertatap muka langsung
dengan peserta didik.
Terkait dengan hal tersebut, di sekolah saya mengajar yakni di SMA
Negeri 1 Banjarangkan berupaya untuk
melaksanakan program dari kemdikbud yaitu kegiatan Belajar Dari Rumah (BDR) yang ditujukan
kepada seluruh peserta
didik. Belajar Dari Rumah adalah pembelajaran yang cukup baru, karena pembelajaran
ini menggunakan prinsip daring dan adanya interaksi antara guru dan peserta
didik secara
online. Beberapa
permasalahan yang muncul dan
harus saya hadapi dari BDR diantaranya mencakup masalah penggunaan metode
yang digunakan dalam proses pembelajaran, bentuk kelas maya yang digunakan dan
bagaimana melaksanakan penilaiannya.
Berkaitan
dengan hal tersebut, selama tahun 2020 saya melakukan kegiatan pembelajaran
yang sebatas hanya memberikan materi dan tugas kepada peserta didik. Di awal
kegiatan BDR, antusiasme peserta didik dalam menyelesaikan tugas tersebut masih
baik. Respon peserta didik terhadap tugas yang saya berikan masih bagus dan
pengumpulan tugas peserta didik juga masih tepat waktu. Namun, setelah
berjalannya waktu, tepatnya di awal tahun ajaran 2020/2021 saya melihat respon
peserta didik makin menurun dan pengumpulan tugas dari peserta didik juga mulai
banyak yang terlambat. Disinipun saya mulai berfikir bahwa ada yang salah dari
pembelajaran daring yang saya lakukan.
Disisi
lain ada hal yang lebih besar yang terus membebani saya. Saya merasa bukan lagi
seorang pendidik yang melakukan perannya yang “menghamba” pada peserta didik,
tetapi hanya sebagai pemberi beban bagi mereka dengan memberikan tugas saja.
Selain itu, hal yang lebih besar dari itu saya merasa tidak memberikan mereka
ruang untuk mengembangkan kompetensi mereka seperti yang menjadi amanat
kurikulum, yakni kompetensi abad 21 yang mencakup berfikir kritis, kreatif,
kolaboratif serta komunikatif.
Beruntung
di tahun 2020 pemerintah meluncurkan program Guru Belajar Seri Pandemi. Disana
saya mendapatkan berbagai pengetahuan tentang merancang pembelajaran jarak jauh
yang dapat saya terapkan dalam BDR tersebut. Dari apa yang saya dapatkan dalam
kegiatan pelatihan tersebut saya berkeinginan merancang pembelajaran jarak jauh
yang setidaknya dapat diakses seluruh peserta didik dan tentunya dapat
meredakan beban fikiran saya khususnya dalam menumbuhkan keterampilan abad 21
yang harus tetap ditumbuhkan dan menjadi fokus pula dalam penilaian saya
terhadap aspek keterampilan.
Dalam
memulai upaya tersebut, langkah awal yang saya lakukan adalah dengan
menyebarkan angket terkait kesiapan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran
jarak jauh melalui form online. Disini saya ingin mengetahui media pembelajaran
yang diminati peserta didik sehingga mereka dapat belajar lebih mudah dan
menyenangkan. Selain itu, saya juga ingin mengetahui gaya belajar dari peserta
didik sehingga saya tau apa yang harus saya siapkan dalam pembelajaran. Selain
itu, saya juga ingin mengetahui apakah seluruh peserta didik memiliki gawai
serta jaringan internet yang memadai untuk mengikuti kegiatan BDR tersebut.
Dari
hasil penyebaran angket tersebut, banyak hal yang mendukung serta menjadi
tantangan bagi saya untuk dapat memberikan pembelajaran yang dapat
membelajarkan seluruh peserta didik agar dapat menumbuhkan keterampilan abad 21
dalam diri mereka. Hal yang menjadi hambatan diantaranya adalah gaya belajar
peserta didik yang berbeda-beda, kemampuan literasi teknologi yang masih kurang
dari beberapa peserta didik serta ada beberapa peserta didik yang harus berbagi
gawai dengan saudaranya dan bahkan ada yang harus menunggu orang tuanya pulang
bekerja untuk dapat menggunakan gawai dalam belajar. Selain itu, 97% dari total
122 peserta didik (yang tersebar di 3 kelas yang saya ajar) tidak dapat
melakukan pembelajaran jarak jauh secara sinkronus karena terkendala jaringan
internet yang tidak baik di wilayah mereka.
Bercermin
dari gambaran awal tersebut, saya merancang pembelajaran jarak jauh asinkronus
yang lebih fleksibel waktu serta memerlukan bandwidth yang kecil sehingga tidak
terlalu membebani peserta didik. Dan bak gayung bersambut, pemerintahpun
akhirnya meluncurkan program Google suite
for Education yang benar-benar bermanfaat bagi saya dan peserta didik.
Untuk dapat membuat pembelajaran jarak jauh yang memanfaatkan fasilitas
tersebut serta dapat menumbuhkan keterampilan abad 21 selama BDR disini saya
merancang strategi pembelajaran yang saya beri nama Go-STEM.
Go-STEM berasal dari Go yang artinya kegiatan
BDR peserta didik menggunakan aplikasi
dari Google Suite for Education yaitu Google Classroom sebagai Learning Managemen System dan Google Form untuk mengevalusi pengetahuan
peserta didik berupa soal online dimana kegiatan pembelajaran yang dirancang
menggunakan pendekatan STEM (Sience,
technology, engineering and mathematics). Dalam hal ini saya menggunakan
pendekatan STEM untuk dapat menumbuhkan keterampilan abad 21 peserta didik
dengan menggunakan media LKPD yang saya tautkan pada Google Classroom.
Dalam
pelaksanaan pembelajaran ini saya melakukan tahap persiapan, pelaksanaan serta
evaluasi pembelajaran. Tahapan operasional pelaksanaan pembelajaran yang saya
lakukan dengan Dalam RPP tersebut, tahapan-tahapan pembelajaran saya rancang
dengan mencerminkan pendekatan STEM. Di SMAN 1 Banjarangkan, pembelajaran kimia
di kelas XI mendapatkan jadwal pembelajaran 1 kali dalam seminggu, selama 60
menit. Waktu pembelajaran yang saya rancang bersifat fleksibel dimana waktu
pembelajaran tidak terbatas selama 60 menit saja, melainkan kegiatan pembelajaran
bisa dilakukan lebih fleksibel dengan produk akhir yang dapat dikerjakan kurang
lebih selama 6 hari.
Langkah
selanjutnya yang saya lakukan adalah mensosialisasikan
kepada peserta didik tentang tahapan pembelajaran daring dan aplikasi yang
digunakan. Saya menggunakan fasilitas Google Classroom sebagai LMS, dimana
dalam LMS tersebut saya memberikan konten materi baik berupa bahan ajar, info
grafis maupun video sehingga peserta didik dapat memilih bahan ajar yang mudah
mereka terima sesuai dengan gaya belajar mereka. Selain itu, didalam LMS juga
terdapat kegiatan pembelajaran yang harus diikuti perserta didik serta portal
untuk pengumpulan tugas sebagi bentuk bukti fisik pembelajran yang telah
dilakukan.
Dalam tahap pelaksanaan, hal yang saya lakukan pertama yaitu
pemberitahuan kepadapeserta didik tentang kegiatan pembelajaran melalui media
group kelas WhatsApp. Selanjutnya saya mengirimkan bahan ajar tentang larutan
asam basa dan indikator asam basa pada Google Classroom diikuti dengan
pemberian Lembar Kerja Peserta Didik yang dikirim melalui Google Classroom
dalam bentuk docx, peserta didik dapat
mengerjakan langsung jawaban pada file tersebut dan dikumpulkan. Dalam LKPD
tersebut peserta didik saya minta merancang pembuatan kertas indikator asam
basa dengan bahan alam. Dalam LKPD juga diberikan arahan terkait tugas
pembuatan pelaporan melalui pembuatan video. Saya juga melakukan pemberian form
absensi dan pengisian absensi oleh peserta didik melalui google form dan tidak
lupa pemberian Evaluasi dengan tes tulis objektif menggunakan Google form.
Dengan
menggunakan Go-STEM saya
merasa berhasil menumbuhkan
keterampilan abad 21 (4C). Hal ini dapat
saya amati melalui partisipasi peserta didik yang terlihat dari LKPD peserta didik serta video
laporan yang telah mereka kumpulkan. Aktivitas peserta didik tersebut telah mencerminkan
karakter pembelajar yang berfikir kritis untuk memahami konten materi serta
menimbulkan rasa keingin tahuan. Dari rasa keingin tahuan tersebut selanjutnya
peserta didik telah dapat menunjukkan kreativitas mereka dengan merancang
pembuatan kertas indikator asam basa dengan bahan alam yang dituntun LKPD yang
diberikan dan selanjutnya di videokan sebagai laporan. Selama mengerjakan
kegiatan pembelajaran, peserta didik telah melakukan aktivitas diskusi dengan
sesama peserta didik maupun saya sebagai guru melalui group Whatsapp maupun
dalam kolom komentar Google Classroom. Selanjutnya kemampuan berkomunikasi
peserta didik telah terlihat dari cara peserta didik menjelaskan laporan yang
mereka buat dalam video.
Dengan merancang pembelajaran ini, beban saya dan kegundahan saya terhadap tanggung jawab yang saya emban sebagai seorang pendidik dapat terjawab. Dengan menerapkan Go-STEM selama BDR, saya dapat memberikan ruang bagi siswa untuk menumbuhkan keterampilan abad 21 mereka serta menghasilkan karya berupa video praktikum mandiri sebagai wujud dari hasil pembelajaran yang telah kami bersama-sama lakukan. Siswa memberikan tanggapan positif atas apa yang saya lakukan. Mereka menyampaikan bahwa pembelajaran yang saya rancang membuat mereka tertantang untuk belajar serta temotivasi untuk dapat membuat karya video yang menarik, kreatif serta komunikatif.
Berikut adalah beberapa video sebagai hasil karya siswa selama BDR dalam proses pembelajaran STEM secara daring:
CATATAN SIPENGGERAK: RANGKUMAN MATERI DAN KEGIATAN EKSPLORASI KONSEP MODUL 2.1
Kini saya telah tiba pada bagian eksplorasi konsep pada modul 2.1 Pendidikan Guru Penggerak. Pada tahapan ini saya dihadapkan pada beberapa pertanyaan penuntun dan materi yang disajikan pada LMS dengan bedah kasus. Dari kegiatan tersebut saya mencoba mengenal tentang Pembelajaran Berdiferensiasi untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa. Untuk lebih jelasnya, berikut saya sajikan uraian materi yang saya kutip dalri LMS PGP terkait dengan materi yang disajikan.
Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi
Ingatlah satu persatu murid di kelas Anda. Bagaimanakah karakteristik setiap anak di kelas Anda? Tahukah Anda apa kekuatan mereka? Bagaimana gaya belajar mereka? Apa minat mereka? Siapakah yang memiliki keterampilan menghitung paling baik di kelas Anda? Siapakah yang sebaliknya? Siapakah yang paling menyukai kegiatan kelompok? Siapakah yang justru selalu menghindar saat bekerja kelompok? Siapakah yang level membacanya paling tinggi? Siapakah murid yang masih perlu dibantu untuk meningkatkan keterampilan memahami bacaan mereka? Siapakah yang paling senang menulis? Siapakah yang lebih senang berbicara?
Setiap harinya, tanpa disadari, guru dihadapkan oleh keberagaman yang banyak sekali bentuknya. Mereka secara terus menerus menghadapi tantangan yang beragam dan kerap kali harus melakukan dan memutuskan banyak hal dalam satu waktu. Keterampilan ini banyak yang tidak disadari oleh para guru, karena begitu naturalnya hal ini terjadi di kelas dan betapa terbiasanya guru menghadapi tantangan ini. Berbagai usaha mereka lakukan yang tentu saja tujuannya adalah untuk memastikan setiap murid di kelas mereka sukses dalam proses pembelajarannya.
Bagian selanjutnya, saya dihadapkan pada kasus Ibu Renjani untuk memahami pembelajaran berdifrensiasi. Nah berikut adalah gambaran kasusnya.
Ibu Renjana adalah guru kelas 3 SD dengan jumlah murid sebanyak 32 murid. Di antara 32 murid di kelasnya tersebut, Bu Renjana memperhatikan bahwa 3 murid selalu selesai lebih dahulu saat diberikan tugas menyelesaikan soal-soal perkalian. Karena dia tidak ingin ketiga anak ini tidak ada pekerjaan dan malah mengganggu murid lainnya, akhirnya ia berinisiatif untuk menyiapkan lembar kerja tambahan untuk 3 anak tersebut. Jadi jika anak-anak lain mengerjakan 15 soal perkalian, maka untuk 3 anak tersebut, Bu Renjana menyiapkan 25 soal perkalian.
Berdasarkan ilustrasi kelas tersebut, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
- Menurut Anda, apakah strategi yang dilakukan oleh Ibu Renjana tepat? Jika ya, mengapa? Jika tidak, mengapa?
- Jika Anda adalah Ibu Renjana, apakah yang akan Anda lakukan? Jelaskanlah mengapa Anda melakukan hal tersebut.
Menurut Tomlinson (2001: 45), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid.
- Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
- Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
- Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
- Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
- Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
Jika kita mengacu ke kasus Ibu Renjana di atas, maka keputusannya untuk memberikan soal tambahan, dengan jenis soal yang tetap sama serta tingkat kesulitan yang juga sama, kepada tiga murid yang selesai terlebih dahulu, belum dapat dikatakan sebagai diferensiasi. Apalagi, tujuan diberikannya soal tadi adalah agar tiga murid tersebut ada ‘pekerjaan’ sehingga tidak mengganggu murid yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Dengan demikian, Ibu Renjana perlu melakukan identifikasi kebutuhan belajar dengan lebih komprehensif, agar dapat merespon dengan lebih tepat terhadap kebutuhan belajar murid-muridnya, termasuk ketiga murid tersebut.
Mengidentifikasi atau Memetakan Kebutuhan Belajar Murid
Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek.
Ketiga aspek tersebut adalah:
- Kesiapan belajar (readiness) murid
- Minat murid
- Profil belajar murid
Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).
1. KESIAPAN BELAJAR (READINESS)
Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar kata “Kesiapan Belajar”?
Bayangkanlah situasi berikut ini:Dalam pelajaran bahasa Indonesia, Bu Renjana ingin mengajarkan muridnya membuat karangan berbentuk narasi. Ia kemudian melakukan penilaian diagnostik. Ia menemukan bahwa ada tiga kelompok murid di kelasnya.
- Kelompok A adalah murid yang telah memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang baik dan memiliki kosakata yang cukup kaya. Mereka juga cukup mandiri dan percaya diri dalam bekerja.
- Kelompok B adalah murid yang memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang baik, namun kosakatanya masih terbatas.
- Kelompok C adalah murid yang belum memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang baik dan kosakatanya pun terbatas.
Apa yang dilakukan oleh Bu Renjana di atas adalah memetakan kebutuhan belajar berdasarkan kesiapan belajar.
Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut.
Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Saat Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan murid akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat di kelas Anda. Tombol-tombol dalam equalizer tersebut mewakili beberapa perspektif yang dapat kita gunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid. Dalam modul ini, kita hanya akan membahas 6 perspektif dari beberapa contoh perspektif yang terdapat dalam Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (2001: 47).
Tombol-tombol dalam equalizer mewakili beberapa perspektif kontinum yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid. Dalam modul ini, kita akan mencoba membahas 6 dari beberapa contoh perspektif kontinum tersebut, dengan mengadaptasi alat yang disebut Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (Tomlinson, 2001).
- Bersifat mendasar - Bersifat transformatifSaat murid dihadapkan pada sebuah ide yang baru, yang mungkin belum dikuasainya, mereka akan membutuhkan informasi pendukung yang jelas, sederhana, dan tidak bertele-tele untuk dapat memahami ide tersebut. Mereka juga akan perlu waktu untuk berlatih menerapkan ide-ide tersebut. Selain itu, mereka juga membutuhkan bahan-bahan materi dan tugas-tugas yang bersifat mendasar serta disajikan dengan cara yang membantu mereka membangun landasan pemahaman yang kuat. Sebaliknya, saat murid dihadapkan pada ide-ide yang telah mereka kuasai dan pahami, tentunya mereka membutuhkan informasi yang lebih rinci dari ide tersebut. Mereka perlu melihat bagaimana ide tersebut berhubungan dengan ide-ide lain untuk menciptakan pemikiran baru. Kondisi seperti itu membutuhkan bahan dan tugas yang lebih bersifat transformatif.
- Konkret - AbstrakDi lain kesempatan, guru mungkin dapat mengukur kesiapan belajar murid dengan melihat apakah mereka masih di tingkatan perlu belajar secara konkret atau sudah siap bergerak mempelajari sesuatu yang lebih abstrak.
- Sederhana - KompleksBeberapa murid mungkin perlu bekerja dengan materi lebih sederhana dengan satu abstraksi pada satu waktu, yang lain mungkin bisa menangani kerumitan berbagai abstraksi pada satu waktu.
- Terstruktur - Open EndedKadang-kadang murid perlu menyelesaikan tugas yang ditata dengan cukup baik untuk mereka, di mana mereka tidak memiliki terlalu banyak keputusan untuk dibuat. Namun, di waktu lain murid mungkin siap menjelajah dan menggunakan kreativitas mereka.
- Tergantung (dependent) - Mandiri (Independent)Walaupun pada akhirnya kita mengharapkan bahwa semua murid kita dapat belajar, berpikir, dan menghasilkan pekerjaan secara mandiri, namun sama seperti tinggi badan, mungkin seorang anak akan lebih cepat bertambah tinggi daripada yang lain. Dengan kata lain, beberapa murid mungkin akan siap untuk kemandirian yang lebih awal daripada yang lain.
- Lambat - CepatBeberapa murid dengan kemampuan yang baik dalam suatu mata pelajaran mungkin perlu bergerak cepat melalui materi yang telah ia kuasai atau sedikit menantang. Tetapi di lain waktu, murid yang sama mungkin akan membutuhkan lebih banyak waktu daripada yang lain untuk mempelajari topik yang lain.
Perlu diingat bahwa kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan diajarkan. Adapun tujuan melakukan identifikasi atau pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya (Joseph, Thomas, Simonette & Ramsook, 2013: 29).
2. MINAT MURID
- membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan kecintaan mereka sendiri untuk belajar;
- mendemonstrasikan keterhubungan antar semua pembelajaran;
- menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang dikenal atau baru bagi mereka, dan;
- meningkatkan motivasi murid untuk belajar.
Minat sebenarnya dapat kita lihat dalam 2 perspektif. Yang pertama sebagai minat situasional. Dalam perspektif ini, minat merupakan keadaan psikologis yang dicirikan oleh peningkatan perhatian, upaya, dan pengaruh, yang dialami pada saat tertentu. Seorang anak bisa saja tertarik saat seorang gurunya berbicara tentang topik hewan, meskipun sebenarnya ia tidak menyukai topik tentang hewan tersebut, karena gurunya berbicara dengan cara yang sangat menghibur, menarik dan menggunakan berbagai alat bantu visual. Yang kedua, minat juga dapat dilihat sebagai sebuah kecenderungan individu untuk terlibat dalam jangka waktu lama dengan objek atau topik tertentu. Minat ini disebut juga dengan minat individu. Seorang anak yang memang memiliki minat terhadap hewan, maka ia akan tetap tertarik untuk belajar tentang hewan meskipun mungkin saat itu guru yang mengajar sama sekali tidak membawakannya dengan cara yang menarik atau menghibur.
- menciptakan situasi pembelajaran yang menarik perhatian murid (misalnya dengan humor, menciptakan kejutan-kejutan, dsb),
- menciptakan konteks pembelajaran yang dikaitkan dengan minat individu murid,
- mengkomunikasikan nilai manfaat dari apa yang dipelajari murid,
- menciptakan kesempatan-kesempatan belajar di mana murid dapat memecahkan persoalan (problem-based learning).
Seperti juga kita orang dewasa, murid juga memiliki minat sendiri. Minat setiap murid tentunya akan berbeda-beda. Sepanjang tahun, murid yang berbeda akan menunjukkan minat pada topik yang berbeda. Gagasan untuk membedakan melalui minat adalah untuk "menghubungkan" murid pada pelajaran untuk menjaga minat mereka. Dengan menjaga minat murid tetap tinggi, diharapkan dapat meningkatkan kinerja murid. Hal lain yang perlu disadari oleh guru terkait dengan pembelajaran berbasis minat adalah bahwa minat murid dapat dikembangkan. Pembelajaran berbasis minat seharusnya tidak hanya dapat menarik dan memperluas minat murid yang sudah ada, tetapi juga dapat membantu mereka menemukan minat baru.
Untuk membantu guru mempertimbangkan pilihan yang mungkin dapat diberikan pada murid, guru dapat mempertimbangkan area minat dan moda ekspresi yang mungkin digunakan oleh murid-murid mereka. (Tomlinson, 2001).
Berikut ini adalah contoh mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar berdasarkan minat:
3. PROFIL BELAJAR MURID
- Preferensi terhadap lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya terstruktur/tidak terstruktur, dsb.Contohnya: mungkin ada anak yang tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu dingin, terlalu bising, terlalu terang, dsb.
- Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.
- Preferensi gaya belajar.
Gaya belajar adalah bagaimana murid memilih, memperoleh, memproses, dan mengingat informasi baru. Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu: - visual: belajar dengan melihat (misalnya melalui materi yang berupa gambar, menampilkan diagram, power point, catatan, peta, graphic organizer );
- auditori: belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan penjelasan guru, membaca dengan keras, mendengarkan pendapat saat berdiskusi, mendengarkan musik);
- kinestetik: belajar sambil melakukan (misalnya bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb).Mengingat bahwa murid-murid kita memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, maka penting bagi guru untuk berusaha untuk menggunakan kombinasi gaya mengajar.
- Preferensi berdasarkan kecerdasan majemuk (multiple intelligences): visual-spasial, musical, bodily-kinestetik, interpersonal, intrapersonal, verbal-linguistik, naturalis, logic-matematika.
- Saat mengajar, Pak Neon:
- menggunakan banyak gambar atau alat bantu visual saat menjelaskan.
- menyediakan video yang dilengkapi penjelasan lisan yang dapat diakses oleh murid.
- membuat beberapa sudut belajar atau display yang ditempel di tempat-tempat berbeda untuk memberikan kesempatan murid bergerak saat mengakses informasi.
- Saat memberikan tugas, Pak Neon memperbolehkan murid-muridnya memilih cara mendemonstrasikan pemahaman mereka tentang habitat makhluk hidup. Murid boleh menunjukkan pemahaman dalam bentuk gambar, rekaman wawancara maupun performance atau role-play.
Berikut adalah beberapa contoh cara-cara yang dapat dilakukan guru untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar murid
- mengamati perilaku murid-murid mereka;
- mengidentifikasi pengetahuan awal yang dimiliki oleh murid terkait dengan topik yang akan dipelajari;
- melakukan penilaian untuk menentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka saat ini, dan kemudian mencatat kebutuhan yang diungkapkan oleh informasi yang diperoleh dari proses penilaian tersebut;
- mendiskusikan kebutuhan murid dengan orang tua atau wali murid;
- mengamati murid ketika mereka sedang menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas;
- bertanya atau mendiskusikan permasalahan dengan murid;
- membaca rapor murid dari kelas mereka sebelumnya untuk melihat komentar dari guru-guru sebelumnya atau melihat pencapaian murid sebelumnya;
- berbicara dengan guru murid sebelumnya;
- membandingkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan tingkat pengetahuan atau keterampilan yang ditunjukkan oleh murid saat ini;
- menggunakan berbagai penilaian penilaian diagnostik untuk memastikan bahwa murid telah berada dalam level yang sesuai;
- melakukan survey untuk mengetahui kebutuhan belajar murid;
- mereview dan melakukan refleksi terhadap praktik pengajaran mereka sendiri untuk mengetahui efektivitas pembelajaran mereka; dll.
Sunday, October 24, 2021
CATATAN SIPENGGERAK: JURNAL REFLEKSI MINGGUAN MINGGU KE-9
Tanpa terasa kini saya telah melewati Paket Modul 1 PGP angkatan 3. Banyak hal menarik yang saya dapatkan pada paket modul 1 ini. Perasaan senang, risau dan terkadang penat saya rasakan selama melewatinya. Namun, hal itu seakan terjawab setelah sekian lama saya berkutat karena keraguan telah sirna oleh pemikiran baru dalam memandang pendidikan, khususnya dalam merancang pembelajaran yang berpihak pada murid.
Kini, lembaran baru telah menyongsong, yakni paket Modul 2. Pada paket modul ini, saya mengawali dengan mempelajari tentang pembelajaran berdiferensiasi yang dapat menjawab pemenuhan kebutuhan belajar siswa. Nah, bagaimana refleksi pembelajaran di minggu ke-9 ini? berikut akan saya tampilkan.