DISQUS SHORTNAME

Pembelajaran Kimia kelas XI

Senyawa organik mengandung atom karbon dalam molekulnya. Atom karbon memiliki beberapa sifat khas sehingga memiliki kelimpahan yang besar di alam. Yuk kepoin aeperti apa penjelasannya.

Kegiatan Pembelajaran 2

Senyawa Hidrokarbon dapat dibedakan menjadi alkana, alkena dan alkuna. Ingin tahu seperti apa bedanya dan bagaimana cara pemberian namanya? Yuk di cek!.

Modul 1.1 PGP Angkatan 3

Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara.

Thursday, February 10, 2022

CATATAN SIPENGGERAK: REFLEKSI TERBIMBING MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

 Dari delapan pertanyaan yang ada, pilihlah minimal empat pertanyaan sebagai bahan refleksi Anda.

  1. Bagaimana/sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
  2. Tuliskan pengalaman Anda dalam menggunakan ketiga materi tersebut dalam proses Anda mengambil keputusan dalam situasi dilema etika yang Anda hadapi selama ini.  Anda dapat juga menulis tentang sebuah situasi dilema etika yang dihadapi oleh orang lain serta keputusan yang diambil. Berilah ulasan berdasarkan 3 materi yang telah Anda pelajari di modul ini.
  3. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dalam situasi moral dilema? Kalau pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
  4. Bagaimana dampak mempelajari materi ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
  5. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran?
  6. Apa yang Anda bisa lakukan untuk membuat dampak/perbedaan di lingkungan Anda setelah Anda mempelajari modul ini?
  7. Selain konsep-konsep tersebut, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran?
  8. Adakah nilai-nilai kebajikan yang ditanamkan oleh orangtua anda atau bahkan kakek nenek buyut Anda yang menjadi karakter khas suku atau masyarakat dimana Anda tinggal? Bagaimana Anda sebagai seorang guru akan menggunakannya untuk membantu Anda dalam pengambilan keputusan?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

REFLEKSI TERBIMBING MODUL 3.1

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

 

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kita tentunya tak akan pernah lepas dari pengambilan-pengambilan keputusan yang berkenaan dengan tugas dan fungsi kita sebagai pendidik. Terkadang dalam pengambilan keputusan kita akan dihadapkan kedalam dilema etika yang memaksa kita untuk mengkaji lebih jauh keputusan yang kita ambil dengan menggunakan paradigma apa yang kita akan gunakan dalam menentukan pilihan, bagaimana cara kita berfikir dalam pengambilan keputusan tersebut serta kita juga perlu melakukan pengujian atas keputusan yang akan kita ambil. Secara umum, saya memahami bahwa dalam paradigma dilema etika (benar lawan benar) ada dikenal 4 pertentangan nilai kebenaran yakni individu lawan masyarakat (kepentingan pribadi lawan kepentingan orang banyak), rasa keadilan lawan rasa kasihan (dalam paradigma ini ada pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya berlandaskan rasa kasihan dan kasih sayang), kebenaran lawan kesetiaan (Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia/bertanggung jawab kepada orang lain), serta Jangka pendek lawan jangka panjang (kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang). Dalam menentukan pola pikir untuk penentuan keputusan terdapat 3 acuan sebagai sebuah prinsip pengambilan keputusan yakni berfikir berdasarkan hasil akhir (mengutamakan kepentingan dan pemenuhan kebutuhan orang banyak), berfikir berdasarkan peraturan (mengacu pada aturan, norma etika serta hukum yang berlaku universal) serta berfikir berdasarkan rasa peduli (mengedepankan rasa empati, kasih sayang dan mengedepankan nilai moral). Untuk mematangkan keputusan yang akan diambil dapat dilakukan pengujian terhadap keputusan dengan menerapkan 9 langkah pengujian. Dari pengujian ini mungkin saja akan muncul opsi lain yang lebih bijaksana dan bertanggung jawab sehingga keputusan yang akan diambil dapat berdampak pada murid dan dapat dipertanggung jawabkan.

Dalam ruang kolaborasi yang telah dilewati, hal-hal diatas telah dilakukan untuk menganalisis kasus yang memang kami alami. Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut ternyata mampu memunculkan pilihan keputusan yang tak terduga sebelumnya. Keputusan tersebut muncul dalam opsi trilema setelah menentukan fakta-fakta yang muncul dalam dilema tersebut. Dari gambaran tersebut memanglah sangat penting untuk mempelajari modul ini sehingga dihasilkan suatu keputusan yang bijaksana dan bertanggung jawab.

Sebelum mempelajari modul ini, tentunya saya belum paham bagaimana menghadapi dilema etika maupun bujukan moral yang tepat sehingga diambil keputusan yang tepat. Pada kondisi tersebut, saya lebih cenderung mengandalkan intuisi untuk menentukan keputusan. Terkadang keputusan yang diambil juga lebih terkesan tergesa-gesa dan bahkan terlalu berfikir berdasarkan aturan-aturan dan kurang mengedepankan nilai-nilai kebajikan yang juga penting untuk diperhatikan dalam pengambilan keputusan.

Dari gambaran tersebut, saya berpandangan bahwa materi dalam modul ini sangat penting untuk dipahami agar kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat mengambil keputusan yang bijaksana dengan memperhatikan nilai-nilai etika universal di lingkungan kita serta situasi kondisi saat keputusan tersebut akan diambil. Dengan demikian keputusan yang berdampak pada murid dan bertanggung jawab dapat kita tentukan dan laksanakan.

Dalam pengambilan keputusan selain dari konsep-konsep tersebut tentunya adalah kematangan emosi dan kepekaan sosial juga sangat dipentingkan. Dengan pengalaman-pengalaman dalam penentuan keputusan saya rasa akan mematangkan kita terkait dengan hal tersebut. Terkadang kita dalam mengambil keputusan mungkin akan bertindak terlalu emosional karena situasi sehingga keputusan yang diambil terkesan tergesa-gesa. Begitu pula kemampuan untuk membaca situasi dan kondisi sosial dilingkungan sekitar juga sangat penting sehingga kita dapat mengenali nilai-nilai etika di lingkungan kerja kita serta kondisi-kondisi yang harus kita perhatikan dalam mengambil sebuah keputusan. Selain itu tindakan reflektif juga sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan.

Ada satu nilai kebajikan yang dapat dikatakan sebagai sebuah kearifan lokal yang menurut saya bisa dijadikan pola pikir dalam pengambilan sebuah keputusan yakni “Tat Twam Asi” yang memiliki makna aku adalah kamu dan kamu adalah aku. Menurut saya pola fikir ini mengajak kita memandang segala sesuatu tidak berdasarkan rasa ego tetapi mengedepankan rasa peduli, saling mengerti dan menghargai sehingga keputusan yang kita akan ambil dapat berdampak baik kepada semua orang yang berimplikasi terhadap dilema yang kita hadapi. Nilai ini akan mendukung dan menguatkan prinsip pengambilan keputusan yang akan membawa kebada nilai kebajikan berlandaskan rasa kepedulian dan kasih sayang.

Saturday, February 5, 2022

Contoh Jurnal Refleksi Pengambilan Keputusan yang Bertanggungjawab

Halo sahabat PGP, kini kita telah berada pada modul 3.1 dan telah menginjak minggu ke-17 dari rangkaian PGP. Nah kali ini saya ingin berbagi tentang Jurnal Refleksi Mingguan yang saya buat. Yuk, kita simak bersama.



CATATAN SIPENGGERAK: Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan

 Halo sahabat PGP, setelah kita mengenal dilema etika dan bujukan moral dalam pengambilan suatu keputusan tentunya kita akan memiliki keresahan dan kegundahan jika dihadapkan pada kondisi dilema yang kompleks dalam pengambilan keputusan. Untuk dapat menentukan pilihan keputusan yang paling tepat, saya dihadapkan pada materi tentang konsep pengambilan dan pengujian keputusan. Ternyata, untuk menentukan keputusan terbaik yang sesuai dengan etika yang bersifat relatif terhadap situasi kondisi kita memerlukan pengujian sehingga keputusan yang kita ambil adalah keputusan yang terbaik untuk saat itu. Lalu seperti apa konsep tersebut? berikut saya kutip materi tentang Konsep pengambilan dan Pengujian Keputusan yang saya kutip dari Modul 3.1 PGP. Semoga bermanfaat.



Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan

Untuk memandu kita dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi dilema etika ataupun bujukan moral yang membingungkan, ada 9 langkah yang dapat  Anda  lakukan. Anda dapat memilih salah satu dari kasus-kasus yang telah dibahas sebelumnya di modul ini untuk Anda gunakan sebagai contoh.

1.        Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

Mengapa langkah ini penting untuk Anda lakukan? Pertama, penting bagi kita untuk mengidentifikasi masalah yang sedang kita hadapi, alih-alih langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih saksama. Kedua, penting bagi kita untuk memastikan bahwa masalah yang kita hadapi memang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan sekedar masalah yang berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial.

Tidak mudah untuk bisa mengenali hal ini. Kalau kita terlalu berlebihan, kita bisa terjebak dalam situasi seolah-olah kita terlalu mendewakan aspek moral, sehingga kita akan mempermasalahkan kesalahan-kesalahan kecil. Sebaliknya bila kita terlalu permisif, maka kita bisa menjadi apatis dan tidak bisa mengenali aspek-aspek permasalahan etika dalam masalah yang sedang kita hadapi.

2.        Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi yang sedang kita hadapi, pertanyaannya adalah dilema siapakah ini? Bukan berarti kalau permasalahan tersebut bukan dilema kita, maka kita menjadi tidak peduli. Karena kalau permasalahan ini sudah menyangkut aspek moral, kita semua seharusnya merasa terpanggil.

3.        Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

Proses pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan detail; apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya. Data-data tersebut penting karena dilema etika tidak bersifat teoritis, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang mempengaruhi situasi tersebut, sehingga data yang detail akan menjelaskan alasan seseorang melakukan sesuatu dan bisa juga mencerminkan kepribadian seseorang dalam situasi tersebut. Kita juga harus bisa menganalisis hal-hal apa saja yang potensial yang bisa terjadi di waktu yang akan datang.

 4.        Pengujian benar atau salah

1. Uji Legal

Pertanyaan penting di uji ini adalah apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi itu? Bila jawabannya adalah iya, maka situasi yang ada bukanlah antara benar lawan benar (dilema etika), namun antara benar lawan salah (bujukan moral). Keputusan yang harus diambil dalam situasi adalah pilihan antara mematuhi hukum atau tidak, dan keputusan ini bukan keputusan yang berhubungan dengan moral.

2.   Uji Regulasi/Standar Profesional

Bila situasi yang dihadapi adalah dilema etika, dan tidak ada aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mari kita uji, apakah ada pelanggaran peraturan atau kode etik di dalamnya. Konflik yang terjadi pada seorang wartawan yang harus melindungi sumber beritanya, seorang agen real estate yang tahu bahwa seorang calon pembeli potensial sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Anda tidak bisa dihukum karena melanggar kode etik profesi Anda, tapi Anda akan kehilangan respek sehubungan dengan profesi Anda.

3.  Uji Intuisi

Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini. Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang akan membuat Anda merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini. Walaupun mungkin Anda tidak bisa dengan jelas dan langsung menunjuk permasalahannya ada di mana. Langkah ini, untuk banyak orang, sangat umum dan bisa diandalkan untuk melihat dilema etika yang melibatkan dua nilai yang sama-sama benar.

 4.  Uji Publikasi

Apa yang Anda akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan di media cetak maupun elektronik dan menjadi viral di media sosial. Sesuatu yang Anda anggap merupakan ranah pribadi Anda tiba-tiba menjadi konsumsi publik? Coba Anda bayangkan bila hal itu terjadi. Bila Anda merasa tidak nyaman kemungkinan besar Anda sedang menghadapi benar situasi benar lawan salah atau bujukan moral.

5.   Uji Panutan/Idola

Dalam langkah ini, Anda akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan Anda, misalnya ibu Anda. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu Anda, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang menyayangi Anda dan orang yang sangat berarti bagi Anda.

Yang perlu dicatat dari kelima uji keputusan tadi, ada tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu:

Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam.

Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir.

Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care- Based Thinking), dimana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta Anda meletakkan diri Anda pada posisi orang lain.

Bila situasi dilema etika yang Anda hadapi, gagal di salah satu uji keputusan tersebut atau bahkan lebih dari satu, maka sebaiknya jangan mengambil resiko membuat keputusan yang membahayakan atau merugikan diri Anda karena situasi yang Anda hadapi bukanlah situasi moral dilema, namun bujukan moral.

5.       
Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi yang sedang Anda hadapi ini?

-      Individu lawan masyarakat (individual vs community)

-     Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

-     Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

-     Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Pentingnya mengidentifikasi paradigma ini, bukan hanya mengelompokkan permasalahan, namun membawa penajaman bahwa situasi yang Anda hadapi betul- betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.

6.        Melakukan Prinsip Resolusi

Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai?

Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

7.        Investigasi Opsi Trilema

Dalam mengambil keputusan, seringkali ada 2 pilihan yang bisa kita pilih. Terkadang kita perlu mencari opsi di luar dari 2 pilihan yang sudah ada. Kita bisa bertanya pada diri kita, apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah. Itulah yang dinamakan investigasi opsi trilema.


8.        Buat Keputusan

Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.


9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.

 

Perlu kita ingat bahwa 9 langkah pengambilan keputusan ini adalah panduan, bukan sebuah metode yang kaku dalam penerapannya. Pengambilan keputusan ini juga merupakan keterampilan yang harus diasah agar semakin baik. Semakin sering kita berlatih menggunakannya, kita akan semakin terampil dalam pengambilan keputusan. Hal yang penting dalam pengambilan keputusan adalah sikap yang bertanggung jawab dan mendasarkan keputusan pada nilai-nilai kebajikan universal.


CATATAN SIPENGGERAK: Empat Paradigma Dilema Etika




Tanpa terasa kini saya telah memasuki paket modul 3 dalam Pendidikan Guru Penggerak. Pada modul 3.1 saya dikenalkan pada materi tentang Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Setelah mulai membaca modul ini, saya mulai menyadari bahwa ketika kita mengambil keputusan sering kali kita dihadapkan kepada dilema dan bujukan. Hal tersebut terkadang memunculkan suatu rasa gundah dalam diri untuk mengambil suatu keputusan. Dilema yang kita hadapai terkadang timbul karena adanya benturan nilai-nilai etika universal khususnya di lingkungnan kerja kita. Nah untuk memahami lebih lanjut tentang hal tersebut khususnya tentang Paradigma Dilema Etika, mari kita simak bersama materi yang saya kutip pada modul 3.1 Pendidikan Guru Penggerak.


Empat Paradigma Dilema Etika

Dari pengalaman kita bekerja kita pada institusi pendidikan, kita telah mengetahui bahwa dilema etika adalah hal berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:
1. Individu lawan masyarakat (
individual vs community)
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (
justice vs mercy)
3. Kebenaran lawan kesetiaan
(truth vs loyalty)
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Secara lebih rinci, berikut adalah penjelasan dari keempat paradigma tersebut:

Individu lawan masyarakat (individual vs community)
Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu yang berdiri sendiri melawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya. Bisa juga konflik antara kepentingan pribadi melawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil melawan kelompok besar. “Individu” di dalam paradigma ini tidak selalu berarti “satu orang”. Ini juga dapat berarti kelompok kecil dalam hubungannya dengan kelompok yang lebih besar. Seperti juga “kelompok” dalam paradigma ini dapat berarti kelompok yang lebih besar lagi. Itu dapat berarti kelompok masyarakat kota yang sesungguhnya, tapi juga bisa berarti kelompok sekolah, sebuah kelompok keluarga, atau keluarga Anda. Dilema individu melawan masyarakat adalah bagaimana membuat pilihan antara apa yang benar untuk satu orang atau kelompok kecil , dan apa yang benar untuk yang lain, kelompok yang lebih besar. Guru kadang harus membuat pilihan seperti ini di dalam kelas. Bila satu kelompok membutuhkan waktu yang lebih banyak pada sebuah tugas, tapi kelompok yang lain sudah siap untuk ke pelajaran berikutnya, apakah pilihan benar yang harus dibuat? Guru mungkin menghadapi dilema individu lawan kelompok.

Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
Dalam paradigma ini ada pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang, di sisi lain.

Kadang memang benar untuk memegang peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian juga merupakan tindakan yang benar. Pilihan untuk menuruti peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa hormat terhadap keadilan (atau sama rata). Pilihan untuk membengkokkan peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa kasihan (kebaikan) Misalnya ada peraturan di rumah Anda harus ada di rumah pada saat makan malam. Misalnya suatu hari Anda pulang ke rumah terlambat karena seorang teman membutuhkan bantuan Anda. Ini dapat menunjukkan dilema keadilan lawan rasa kasihan, terhadap orang tua Anda. Apakah ada konsekuensi dari melanggar peraturan tentang pulang ke rumah tepat waktu untuk makan malam, atau haruskah orang tua Anda membuat pengecualian?

Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya.
Pada jaman perang, tentara yang tertangkap kadang harus memilih antara mengatakan yang sebenarnya kepada pihak musuh atau tetap setia kepada teman tentara yang lain. Hampir dari kita semua pernah mengalami harus memilih antara mengatakan yang sebenarnya atau melindungi teman (saudara) yang dalam masalah. Ini adalah salah satu contoh dari pilihan atas kebenaran melawan kesetiaan.

Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Paradigma ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa terjadi di level personal dan permasalahan seharihari, atau pada level yang lebih luas, misalnya pada issue-issue dunia secara global, misalnya lingkungan hidup dan lain-lain. 

Orang tua kadang harus membuat pilihan ini. Contohnya: Mereka harus memilih antara seberapa banyak uang untuk digunakan sekarang dan seberapa banyak untuk ditabung nanti. Pernahkah Anda harus memilih antara bersenang-senang atau melatih instrumen musik atau berolahraga? Bila iya, Anda telah membuat pilihan antara jangka pendek melawan jangka panjang.

Tuesday, February 1, 2022

HIDROLISIS GARAM

Pernahkah Anda menggunakan garam dapur, soda kue dan pupuk ZA? Untuk apa bahan-bahan tersebut? Mungkin Anda menggunakan garam dapur untuk memberikan rasa asin pada makanan, soda kue untuk membuat adonan kue menjadi lebih mengembang dan pupuk ZA untuk menyuburkan tanaman.


Secara kimiawi Anda tentu sudah mengenal bahwa garam  dapur, soda kue, dan pupuk ZA (Zwavelzure Ammoniak) adalah nama trivial, coba Anda telusuri bagaimana nama IUPACnya? Berdasarkan nama IUPAC yang telah Anda telusuri, masih ingatkah Anda bagaimana rumus kimia dari bahan-bahan tersebut? Pada pembelajaran sebelumnya, Anda telah mempelajari tentang penggolongan senyawa, yakni: asam, basa, dan garam. Termasuk golongan senyawa manakah Gambar 1, Gambar 2, dan Gambar 3? Seandainya Anda mengambil satu sendok pupuk ZA, (NH4)2SO4 kemudian Anda melarutkannya ke dalam air, apa yang terjadi? Apakah pupuk ZA larut? Apabila larutan diuji menggunakan kertas lakmus, maka perubahan apa yang terjadi pada kertas lakmus? Bagaimana sifat larutannya? Larutan senyawa garam jika diuji dengan menggunakan pH meter atau indikator universal menunjukkan pH larutan garam dengan kemungkinan yang berbeda-beda. Mengapa demikian? Untuk mempelajari lebih lanjut akan dikaji pada pokok bahasan Hidrolisis Garam.

Apabila larutan asam dicampur dengan larutan basa, maka secara spontan akan terjadi reaksi membentuk garam dan air.

Air terbentuk dari penggabungan ion H+ dari asam dan ion OH- dari basa. Karena air (H2O) bersifat netral, maka reaksi antara ion H+ dengan ion OH- disebut dengan reaksi penetralan. Sementara itu, kation dari asam selain OH- dan anion dari basa selain H+ akan membentuk garam.

Contoh: 

Bagaimana dengan sifat garam yang terbentuk dari reaksi asam basa? Apakah semua garam yang terbentuk juga hanya bersifat netral? Faktanya ada garam yang bersifat asam, basa, maupun netral. Sifat senyawa asam dan basa dapat diidentifikasi dengan menggunakan indikator, salah satunya yaitu dengan menggunakan kertas lakmus. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka kita akan mempelajari tentang konsep hidrolisis garam.

Jenis-jenis Garam yang Terhidrolisis dalam Air

Sifat larutan garam dapat dijelaskan dengan konsep hidrolisis. Hidrolisis merupakan istilah yang umum digunakan untuk reaksi zat dengan air (hidrolisis berasal dari kata hydro yang berarti air dan lysis yang berarti peruraian). Menurut konsep ini komponen garam (kation dan anion) yang berasal dari asam lemah atau basa lemah bereaksi dengan air (terhidrolisis) membentuk H3O+ atau OH-. Hidrolisis kation menghasilkan ion H3O+ dan hidrolisis anion menghasilkan OH-.

Garam yang terhidrolisis di dalam air akan bersifat asam atau bersifat basa. Garam yang berasal dari reaksi asam kuat dan basa lemah akan menghasilkan ion H+ dan bersifat asam, sedangkan garam yang berasal dari reaksi basa kuat dan asam lemah akan menghasilkan ion OH- dan bersifat basa. Untuk mengetahui apakah suatu garam bersifat asam, basa atau netral dapat dilakukan analisis menggunakan kertas lakmus. Jika garam tersebut bersifat asam (memerahkan kertas lakmus) atau bersifat basa (membirukan kertas lakmus). Garam yang bersifat netral (tidak mengubah warna kertas lakmus). Secara umum garam dibedakan menjadi 3 yaitu:

1.       Garam yang tidak terhidrolisis.

Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat tidak mengalami hidrolisis dan bersifat netral.

2.       Garam yang terhidrolisis sebagian.

Garam yang terhidrolisis sebagian ini biasanya terbentuk dari reaksi antara asam kuat dan basa lemah atau basa kuat dan asam lemah. Garam-garam ini biasanya bersifat asam atau basa.

3.       Garam yang terhidrolisis sempurna.

Garam yang terhidrolisis sempurna ini biasanya terbentuk dari reaksi antara asam lemah dan basa lemah. Garam-garam ini biasanya bersifat asam atau basa.


Reaksi Hidrolisis

1.       Garam yang Berasal dari Asam Kuat dan Basa Kuat

Garam yang berasal dari dari asam kuat dan basa kuat tidak terhidrolisis. Hal ini dikarenakan ion-ion yang berasal dari asam kuat dan basa kuat tersebut tidak memiliki kecenderungan untuk membentuk asam atau basa asalnya. Sehingga garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat ini terionisasi sempurna dalam air. Sebagai contoh jika melarutkan NaCl murni dalam air, maka NaCl akan terionisasi sempuran menjadi Na+ dan Cl-. Persamaan reaksinya adalah:


Karena ion Na+ dan Cl- bersifat stabil di dalam air maka tidak terjadi reaksi dengan air karena masing-masing berasal dari asam kuat dan basa kuat, jadi melarutnya garam ini tidak merubah konsentarsi ion H+ dan ion OH-. Sehingga garam dengan tipe ini, pH-nya sama dengan pH air yaitu 7 (larutan bersifat netral).


2.       Garam yang Berasal dari Asam Lemah dan Basa Kuat

Garam ini akan terionisasi sempurna dalam air dan akan menghasilkan ion-ion. Anion berasal dari asam lemah dan kation berasal dari basa kuat. Perhatikan reaksi-reaksi berikut.

Anion dari asam lemah CH3COO-, HCOO-, dan F- akan bereaksi dengan air (terhidrolisis) sesuai dengan persamaan reaksi berikut.
Ingat kembali sifat-sifat asam-basa Bronsted-Lowry. Basa konjugasi dari asam lemah merupakan basa yang relatif kuat dibandingkan basa konjugasi dari asam kuat sehingga dapat bereaksi dengan air. Adanya ion OH- dalam hasil reaksi menunjukkan bahwa larutan garam tersebut bersifat basa. Jika diuji dengan kertas lakmus merah, warna kertas lakmus akan berubah menjadi biru. Ion K+ dan Na+ yang berasal dari basa kuat tidak bereaksi dengan air, artinya tidak mengalami hidrolisis. Hidrolisis yang terjadi pada anion saja atau pada kation saja disebut hidrolisis parsial (hidrolisis sebagian). Jadi, garam jenis ini mengalami hidrolisis parsial.


3.       Garam yang berasal dari Basa Lemah dan Asam Kuat

Garam ini akan terionisasi sempurna dalam air dan akan menghasilkan ion-ion. Kation berasal dari basa lemah dan anion berasal dari asam kuat. Perhatikan reaksi-reaksi hidrolisis berikut.
Kation dari basa lemah (NH4+) akan terhidrolisis dengan reaksi sebagai berikut.

Adanya ion H+ dalam hasil reaksi menunjukkan bahwa larutan garam tersebut bersifat asam. Jika diuji keasamannya dengan menggunakan kertas lakmus biru, warna kertas lakmus akan berubah menjadi merah. Adapun ion Cl- dan Br- yang berasal dari asam kuat, tidak bereaksi dengan air (tidak terhidrolisis) sehingga terjadi hidrolisis parsial.

4.       Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah

Garam ini terionisasi di dalam air dan akan menghasilkan ion-ion. Kation dan anion keduanya berasal dari asam lemah dan basa lemah. Kedua ion tersebut mengalami hidrolisis sempurna. Perhatikan reaksi ionisasi CH3COONH4 dan HCOONH4 dalam air berikut.
Perhatikan reaksi reaksi yang terjadi pada garam CH3COONH4

Pada hasil reaksi terdapat ion OH- dan ion H+. jadi, garam ini mugkin bersifat asam, basa, atau netral. Konsentrasi ion OH- atau ion H+ serta nilai pH yang dihasilkan sangat tergantung pada harga Ka dan Kb. Jika harga Ka lebih besar daripada Kb, ion H+ akan dihasilkan lebih banyak, dan sebaliknya jika Ka lebih kecil daripada Kb, maka ion H+ yang dihailkan lebih sedikit. Demikian juga dengan Kb, jika Kb yang dihasilkan lebih besar daripada Ka maka ion OH- yang dihasilkan banyak. Sebaliknya jika Kb lebih kecil dari Ka, ion OH- yang dihasilkan lebih sedikit. Hubungan antara Ka dan Kb adalah sebagai berikut.

a.       Jika harga Ka lebih besar daripada harga Kb, berarti konsentrasi ion H+ yang dihasilkan lebih banyak daripada konsentrasi OH- sehingga garam tersebut bersifat asam.

b.       Jika harga Ka lebih kecil daripada harga Kb, berarti konsentrasi ion H+ yang dihasilkan lebih sedikit daripada konsentrasi OH- sehingga garam tersebut bersifat basa.

c.       Jika harga Ka sama dengan harga Kb, berarti konsentrasi ion H+ dan ion OH- yang dihasilkan adalah sama sehingga garam tersebut bersifat netral.

Dari uraian tersebut, kita dapat mengetahui bahwa ion yang berasal dari asam atau basa lemah mengalami hidrolisis, sedangkan ion yang berasal dari asam kuat dan basa kuat tidak mengalami hidrolisis sehingga garam bersifat netral.