Salam dan Bahagia, kini kita telah masuk pada modul 3.3 yakni pengelolaan program yang berdampak pada murid. Dalam modul ini terdapat 2 materi utama yakni Kepemimpinan Murid serta Lingkungan yang Menumbuhkan Kepemimpinan Murid. Pada kesempatan ini, saya akan membagikan materi yang saya dapatkan dalam LMS PGP Angkatan 3 yakni Lingkungan yang Menumbuhkan Kepemimpinan Murid. Secara umum dalam materi kaliini akan membahas 7 karakteristik lingkungan yang dapat menumbuhkan kepemimpinan murid serta peran komunitas dalam menumbuhkan kepemimpinan murid. Berikut akan kita simak bersama-sama materi tersebut yang saya kutip dari Modul PGP Angkatan 3.
Sebagaimana padi yang hanya akan tumbuh subur pada lingkungan yang sesuai, maka program/kegiatan sekolah yang berdampak pada murid dan menumbuhkembangkan kepemimpinan murid pun akan tumbuh dengan lebih subur jika sekolah dapat menyediakan lingkungan yang cocok.
Lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid memiliki beberapa karakteristik, diantaranya adalah:
- Lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif, hingga berkemampuan dan berkeinginan untuk memberikan pengaruh positif kepada kehidupan orang lain dan sekelilingnya.
- Lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif, arif dan bijaksana.
- Lingkungan yang melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses pencapaian tujuan akademik maupun non-akademiknya.
- Lingkungan yang melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.
- Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan.
- Lingkungan tersebut berkomitmen untuk menempatkan murid sedemikian rupa sehingga aktif menentukan proses belajarnya sendiri.
- Lingkungan tersebut menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di tengah kesempitan dan kesulitan.
(di sadur dari Noble Noble, T. & H. McGrath, 2016)
Dalam rangka mewujudkan lingkungan belajar yang dapat menumbuhkan kepemimpinan murid, guru dan sekolah tentunya tidak dapat bekerja sendiri. Mereka akan memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Salah satunya dari komunitas. Di dalam bahasan selanjutnya di bawah ini, kita akan membahas bagaimana peran keterlibatan komunitas dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan murid.
Dalam modul 3.2, Bapak dan Ibu sudah mempelajari bahwa salah satu dari tujuh aset/modal yang dapat menjadi kekuatan sekolah yaitu aset sosial. Komunitas adalah bentuk dari aset sosial yang dimiliki sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas program/kegiatan pembelajaran di sekolah. Yang dimaksud dengan komunitas di sini dapat terdiri dari murid, guru, orang tua, orang dewasa lain yang ada di sekitar murid, dan masyarakat atau lingkungan sekitar, yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi proses belajar murid. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi sendiri, telah mengamanatkan tentang pentingnya kemitraan antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat. Kemitraan ini disebut dengan “tri sentra pendidikan”. Kemitraan tri sentra pendidikan adalah kerjasama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat yang berlandaskan pada asas gotong royong, kesamaan kedudukan, saling percaya, saling menghormati, dan kesediaan untuk berkorban dalam membangun ekosistem pendidikan yang menumbuhkan karakter dan budaya prestasi peserta didik. Melalui pemberdayaan, pendayagunaan, dan kolaborasi tri sentra pendidikan ini, maka keterlibatan yang bermakna dari orangtua dan anggota masyarakat dalam proses pembelajaran menjadi fokus yang perlu terus diupayakan oleh sekolah.
Sebagai pusat dari proses pendidikan, murid ‘berada’ dalam lintas komunitas. Mereka dapat berada sekaligus pada:
- komunitas keluarga (anggotanya dapat terdiri orang tua, kakak, adik, pengasuh , dsb)
- komunitas kelas dan antar kelas (anggotanya dapat terdiri teman sesama murid, guru)
- komunitas sekolah (anggotanya dapat terdiri dari kepala sekolah, pustakawan, penjaga sekolah, laboran, penjaga keamanan, tenaga kebersihan, petugas kantin, dsb)
- komunitas sekitar sekolah (anggotanya dapat terdiri dari RT/RW, tokoh masyarakat setempat, puskesmas, tokoh agama setempat, dsb)
- komunitas yang lebih luas. (anggotanya dapat terdiri dari organisasi masyarakat, dunia usaha, media, universitas, DPR, dsb)
Kesemua komunitas tersebut secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi proses pembelajaran murid. Komunitas-komunitas tersebut merupakan aset sosial yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas program/kegiatan pembelajaran di sekolah, termasuk dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan murid, yaitu dengan bersama-sama ikut mempromosikan dan mendorong ‘suara, pilihan, kepemilikan’ dalam berbagai peran yang mereka mainkan dan interaksi mereka dengan murid.
1. Komunitas keluarga
Bagaimana kita dapat melibatkan masing-masing komunitas tersebut untuk membantu kita mempromosikan dan mendorong ‘suara, pilihan, kepemilikan’ murid? Mari kita coba bahas satu persatu.
Komunitas yang pertama dan utama bagi murid adalah keluarga mereka. Murid mungkin akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga mereka di rumah dibandingkan di sekolah. Oleh karena itu, sebagai pendidik, kita harus berusaha mencari cara bagaimana keluarga dapat ikut mengambil peran untuk ikut mendorong munculnya suara, pilihan, dan kepemimpinan murid.
Beberapa pertanyaan berikut mungkin dapat membantu Bapak/Ibu ketika berpikir akan mendorong keterlibatan mereka.
- Sejauh mana orang tua telah memahami visi dan misi sekolah kita terkait dengan upaya kita menumbuhkan kepemimpinan murid? Apakah mereka memahami apa yang kita maksud dengan voice, choice, dan ownership? Apa yang perlu kita lakukan untuk meningkatkan pemahaman mereka?
- Apakah keterlibatan orangtua dalam program/kegiatan pembelajaran di kelas atau sekolah kita selama ini telah mendorong dan menguatkan voice, choice, dan ownership murid, atau justru sebaliknya melemahkannya? (misalnya apakah orang tua justru mengambil peran yang seharusnya dapat dilakukan oleh murid dengan dalih ‘ingin membantu’?)
- Kesempatan-kesempatan apa sajakah yang telah kita berikan kepada orang tua untuk terlibat dalam program/kegiatan pembelajaran (baik intra, ko, ekstra kurikuler) yang kita lakukan di kelas atau sekolah? Sejauh mana kesempatan tersebut ditujukan untuk mendorong voice, choice, dan ownership murid dan membantu terwujudnya kepemimpinan murid?
- Apa yang sudah kita lakukan untuk membuat orangtua memahami apa yang sedang dilakukan oleh anak-anak mereka dalam program/kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas atau sekolah? ( sehingga mereka dapat terlibat dalam percakapan atau komunikasi yang otentik dan relevan dengan anak-anak mereka terkait dengan apa yang sedang dipelajari oleh mereka di sekolah)
Kami berharap, lewat beberapa pertanyaan di atas, Bapak/Ibu dapat lebih ‘mindful’ saat ingin melibatkan orang tua dalam proses/kegiatan pembelajaran di sekolah, agar tujuan kita dalam mewujudkan kepemimpinan murid yang memiliki voice, choice, dan ownership dapat tercapai.
Di bawah ini adalah beberapa contoh strategi yang dapat kita lakukan untuk melibatkan keluarga dalam program/kegiatan pembelajaran murid untuk menumbuhkan kepemimpinan murid.
Keluarga |
- Memastikan orang tua memahami visi dan misi sekolah dalam mewujudkan kepemimpinan murid (misalnya dengan mensosialisasikan apa yang dimaksud dengan voice, choice, dan ownership kepada orangtua)
- Secara aktif melibatkan orang tua untuk membantu menyediakan dukungan dan akses ke sumber-sumber belajar yang lebih luas untuk membantu mewujudkan suara atau pilihan murid (misalnya meminta bantuan orang tua untuk mengkoneksikan murid yang ingin mengakses masyarakat, lingkungan sekitar, atau dunia usaha atau akses-akses lain yang mungkin sulit untuk dijangkau murid atau sekolah, dsb).
- Mengadakan workshop atau sesi-sesi informasi yang dapat membantu orang tua memahami pendekatan pembelajaran yang kita lakukan di sekolah (misalnya melalui pelatihan orangtua tentang cara bertanya kepada anak, tentang bagaimana berkomunikasi secara positif, tentang pentingnya ‘suara’, ‘pilihan’, dan ‘kepemilikan’, dsb, sehingga mereka bisa terapkan di rumah).
- Mengadakan berbagai aktivitas yang memberikan kesempatan bagi murid untuk menunjukkan dan mendemonstrasikan hasil belajar atau pemahaman mereka kepada orang tua dengan tujuan untuk menumbuhkan rasa pencapaian, kepercayaan diri, kemandirian, dan berbagai sikap positif lainnya (misalnya dengan mengundang orang tua untuk menghadiri perayaan, eksibisi atau pameran hasil karya, assembly, pentas seni).
- Mendorong orang tua untuk mengajak anak-anak mereka ke tempat-tempat yang dapat menumbuhkan rasa empati, mengekspos murid dalam kegiatan pelayanan kepada masyarakat, dsb.
- Mendorong, mempromosikan dan mengapresiasi upaya orangtua dalam membangun kemandirian, resiliensi, dan tanggung jawab murid (misalnya dengan guru memberikan komentar positif di buku penghubung murid, dsb)
- Melibatkan orang tua pada kegiatan-kegiatan non akademis/bukan pembelajaran di kelas agar rasa kepemilikan lebih terbangun
|
2. Komunitas kelas dan antarkelas
Komunitas kelas terdiri dari murid, guru, atau wali kelas, baik yang ada di kelas murid sendiri maupun di kelas lainnya. Bagaimana guru menavigasi interaksi mereka dengan murid dan interaksi antara murid dengan murid akan sangat mempengaruhi bagaimana voice, choice, ownership murid dapat diwujudkan. Oleh karenanya, peran Bapak/Ibu sangatlah besar disini.
Beberapa pertanyaan berikut mungkin dapat membantu Bapak/Ibu untuk memikirkan tindakan apa yang dapat dilakukan oleh Bapak/Ibu untuk mempromosikan voice, choice, ownership di dalam kelas.
- Apa yang telah saya lakukan untuk mendorong inkuiri/rasa ingin tahu dan kreativitas murid?
- Apakah saya telah memastikan murid memahami apa yang menjadi target dari program/kegiatan pembelajaran mereka? (sehingga murid dapat mengatur dirinya sendiri dan memantau upaya mereka dalam mencapai target tersebut)
- Apa yang telah saya lakukan untuk membantu murid membangun pemahaman mereka sendiri? Apakah saya selalu memberikan jawaban pada murid? Seberapa sering saya mengatakan “Bapak/Ibu juga belum mengetahui jawabannya. Mari kita cari bersama-sama!”
- Apakah saya memberikan ‘wait time’ saat bertanya kepada murid untuk memberikan mereka kesempatan berpikir?
- Sejauh mana saya telah mengkoneksikan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari murid?
- Seberapa sering saya mengajak murid-murid melakukan refleksi?
- Sudahkah saya bertanya tentang apa yang mereka ingin pelajari dan apa yang mereka minati?
- Sejauh mana saya memberi kesempatan murid untuk memilih cara, dengan siapa dan bagaimana mereka belajar?
- Apa yang telah saya lakukan untuk membawa murid ke ‘luar’ kelas/sekolah dan mengkoneksikan mereka dengan masyarakat dan dunia yang lebih luas?
- dsb.
Di bawah ini adalah beberapa contoh strategi yang mungkin dapat Bapak/Ibu lakukan untuk untuk menumbuhkan kepemimpinan murid dalam lingkup kelas.
Komunitas Kelas dan Antar Kelas (misalnya guru, kepala sekolah, murid-murid) |
- Memfasilitasi kerja kelompok dan kolaborasi antar murid di kelas dan murid antar kelas (misalnya kerja kelompok, memberikan tugas proyek yang harus dikerjakan bersama-sama, dsb).
- Mendorong murid untuk bertanya
- Melibatkan murid dalam proses perencanaan pembelajaran.
- Melibatkan murid dalam proses penilaian
- Membentuk dewan murid, komite-komite yang dipimpin oleh murid, kepanitiaan kegiatan yang anggotanya adalah murid-murid.
- Mendorong terciptanya unity (kebersamaan), yang dapat mempromosikan rasa kepemilikan murid (misalnya dengan mengadakan karnival olahraga, class meeting, dsb).
- Memberikan kesempatan murid untuk terlibat dalam pengaturan prosedur, rutinitas, kesepakatan kelas, dsb.
- Memberikan murid kesempatan untuk memberikan umpan balik dalam proses pembelajaran.
|
3. Komunitas sekolah
Komunitas sekolah di sini adalah pihak-pihak yang aktif berkegiatan di sekolah (mungkin tidak berada di kelas setiap hari ), namun ada dalam hidup keseharian sekolah serta murid-murid di sekolah. Kepala sekolah, konselor, staf administrasi, tukang parkir, pustakawan, bapak/ibu kantin, penjaga sekolah, pengawas sekolah, komite sekolah, anggota yayasan serta lainnya adalah contoh anggota komunitas sekolah. Walaupun mereka tidak secara langsung mengajar murid di kelas atau terlibat dalam program/kegiatan pembelajaran secara langsung, namun lewat peran dan apa yang mereka lakukan mempengaruhi proses belajar murid. Mempertimbangkan peran mereka dalam mendorong voice, choice, dan ownership akan membantu kesuksesan upaya kita dalam menumbuhkan kepemimpinan murid.
Beberapa pertanyaan berikut mungkin dapat membantu Bapak/Ibu untuk memikirkan bagaimana Bapak/Ibu dapat melibatkan mereka dalam mempromosikan voice, choice, ownership di dalam berbagai program/kegiatan pembelajaran di kelas dan sekolah.
- Sejauh mana anggota komunitas sekolah (misalnya tukang parkir, satpam, penjaga kantin, pustakawan, tenaga kebersihan) telah memahami visi dan misi sekolah kita terkait dengan upaya kita menumbuhkan kepemimpinan murid? Apakah mereka memahami apa yang kita maksud dengan voice, choice, dan ownership? mengapa pemahaman mereka menjadi penting? Apa yang perlu kita lakukan untuk meningkatkan pemahaman mereka?
- Apakah saya mengetahui apa saja yang dapat pustakawan sekolah saya kontribusikan untuk mendukung suara, pilihan, dan kepemilikan murid? Seberapa sering saya mengajak pustakawan terlibat dalam proses perencanaan program/kegiatan pembelajaran di kelas/sekolah saya?
- Bagaimana tenaga kependidikan, dari mulai tukang parkir, satpam, sampai penjaga kantin dapat saya dorong untuk membantu membangun lingkungan belajar yang positif dan menghargai suara, pilihan, dan kepemilikan murid?
- Bagaimana saya dapat melibatkan mereka untuk membantu mengoneksikan murid-murid saya dengan dunia di luar kelas mereka sehingga murid-murid dapat memperluas pembelajaran mereka dan mewujudkan suara serta pilihan mereka?
Di bawah ini adalah beberapa contoh strategi yang mungkin dapat Bapak/Ibu lakukan untuk untuk melibatkan komunitas sekolah untuk membantu menumbuhkan kepemimpinan murid. Dapatkah Bapak/Ibu memberikan contoh lainnya?
Komunitas Sekolah ( misalnya tukang parkir, pustakawan, laboran, penjaga sekolah, petugas kantin, satpam, tenaga kebersihan, dsb) |
- Memastikan tenaga kependidikan yang ada di sekolah memahami visi dan misi sekolah dalam mewujudkan kepemimpinan murid (misalnya dengan mensosialisasikan visi, misi, kebijakan sekolah, program sekolah, dsb)
- Mengundang pustakawan untuk ikut serta dalam perencanaan pembelajaran, sehingga mereka bisa membantu menyediakan akses ke sumber-sumber belajar yang sesuai.
- Mendorong pustakawan untuk melibatkan murid dalam memberikan masukan kepada pustakawan terkait dengan koleksi sumber-sumber belajar apa saja yang murid perlukan.
- Mendorong pustakawan untuk menyediakan beragam perspektif dalam sumber-sumber belajar yang mereka sediakan.
- Mendorong pustakawan untuk menyediakan sumber belajar yang multimoda agar dapat mengakomodasi berbagai minat dan kebutuhan murid, dan agar murid memiliki pilihan.
- Mendorong pustakawan untuk melibatkan murid dalam menentukan prosedur yang memungkinkan murid untuk mengatur dan menavigasi diri mereka secara bebas di dalam perpustakaan, namun tetap dengan bertanggung jawab.
- Mendorong laboran untuk membuat prosedur keamanan dan keselamatan yang tetap memungkinkan murid untuk mandiri dan percaya diri dalam melakukan kegiatan.
- Mendorong laboran untuk mempromosikan laboratorium sebagai salah satu tempat yang menarik dan menyenangkan bagi murid untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif.
- Mengundang tenaga kebersihan, penjaga sekolah, petugas kantin, satpam, dan tenaga kependidikan lain untuk ikut berperan sesuai perannya di sekolah dalam berbagai kegiatan pembelajaran. (misalnya melibatkan mereka menjadi pembicara tamu di kelas, mengundang mereka dalam pertemuan-pertemuan yang terkait dengan bagaimana mereka dapat mendukung murid, dsb).
- Mengadakan pelatihan bagi para staf pendukung tentang nilai-nilai dan berbagai pendekatan belajar yang dilakukan oleh sekolah, sehingga mereka dapat ikut memodelkan sikap dan perilaku sesuai dengan yang ingin kita kembangkan pada diri anak, dsb (misalnya pelatihan tentang perlindungan anak, pelatihan tentang protokol kesehatan, dsb)
|
4. Komunitas sekitar sekolah
Komunitas sekitar sekolah adalah komunitas yang berada di luar sekolah namun masih dalam lingkup sekitar sekolah, atau yang dapat kita sebut sebagai masyarakat. Dalam komunitas ini termasuk apa dan siapa pun yang berada dalam radius yang dekat dengan sekolah, misalkan: tempat ibadah, rumah sakit, warung, usaha di dekat sekolah, bisnis yang terkait dengan operasional sekolah (provider ATK, dan lainnya), perusahaan di mana orang tua bekerja, hingga keluarga besar dari tiap murid atau orang tua. Mereka mungkin tampak tidak ada kaitannya dengan program/kegiatan pembelajaran murid di kelas atau sekolah kita, namun memiliki potensi untuk mendorong suara, pilihan, dan kepemilikan murid karena peranan yang dapat mereka mainkan.
Beberapa pertanyaan berikut mungkin dapat membantu Bapak/Ibu untuk memikirkan bagaimana melibatkan komunitas sekitar sekolah untuk membantu mempromosikan voice, choice, dan ownership.
- Apakah saya mengetahui isu-isu yang sedang terjadi di dalam masyarakat yang ada di sekitar sekolah? Bagaimana saya dapat mengetahuinya?
- Bagaimana saya dapat membawa isu-isu tersebut ke dalam kelas dan mentrasnformasikannya menjadi wahana untuk mewujudkan suara, pilihan dan kepemilikan murid?
- Bagaimana saya dapat membuka ruang dialog dengan masyarakat sekitar sehingga saya dapat mengomunikasikan harapan saya tentang kepemimpinan murid yang ingin saya wujudkan di diri murid-murid saya?
Di bawah ini adalah beberapa contoh strategi yang mungkin dapat Bapak/Ibu lakukan untuk untuk melibatkan komunitas sekitar sekolah untuk membantu menumbuhkan kepemimpinan murid. Dapatkah Bapak/Ibu memberikan contoh lainnya?
5. Komunitas yang lebih luas
Komunitas yang terakhir adalah komunitas yang jauh dari sekolah namun berpeluang dan mampu mempengaruhi sekolah. Media massa (lokal, nasional, regional, dunia), media sosial, universitas, pemerintah (daerah, pusat), ormas, parpol, dunia usaha, dunia industri, dan lainnya merupakan contoh dari komunitas yang lebih luas.
Walaupun komunitas ini mungkin tidak langsung berinteraksi dengan murid-murid kita, namun keberadaan mereka mungkin dirasakan anak-anak atau mempengaruhi anak-anak. Contoh, meskipun mereka tidak berinteraksi langsung dengan para youtuber, namun apa yang dilakukan oleh youtuber dan pendapat-pendapat mereka mungkin mempengaruhi anak-anak. Oleh karena itu, peran komunitas yang lebih luas ini dalam membantu mewujudkan kepemimpinan murid yang mempromosikan suara, pilihan dan kepemilikan murid voice, choice, dan ownership bisa menjadi signifikan.
Beberapa pertanyaan berikut mungkin dapat membantu Bapak/Ibu untuk memikirkan bagaimana dapat melibatkan komunitas yang lebih luas untuk membantu mempromosikan suara, pilihan dan kepemilikan murid voice, choice, dan ownership.
- Siapa sajakah yang termasuk dalam komunitas yang lebih luas ini? Bagaimana mereka dapat secara langsung maupun tidak langsung dapat berpengaruh dalam program/kegiatan pembelajaran di kelas/sekolah?
- Apakah memungkinkan bagi saya untuk melibatkan mereka secara langsung dalam program/kegiatan pembelajaran yang saya lakukan di kelas/sekolah saya?
- Jika tidak memungkinkan, bagaimana saya dapat memanfaatkan konten, produk, dari komunitas ini (misalnya berita terkini, artikel, jurnal penelitian, peraturan, kebijakan) dan membawanya ke kelas/sekolah untuk memunculkan inkuiri murid-murid saya?
- Komunikasi seperti apa yang harus saya lakukan untuk mendorong keterlibatan?
Peran Keterlibatan Komunitas dalam Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid
Komunitas-komunitas yang mendukung kepemimpinan murid tentunya akan memahami bahwa sesungguhnya murid-murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan. Mereka akan berusaha menciptakan kesempatan-kesempatan yang mendorong tumbuhnya dan berkembangnya berbagai sikap dan keterampilan-keterampilan penting dalam diri murid, misalnya sikap percaya diri, mandiri, kreatif, gigih, keterampilan berpikir kritis, dalam berbagai interaksi yang mereka lakukan dengan murid, sehingga murid akan senantiasa merasa didukung, berdaya, dan memiliki efikasi diri yang tinggi.
Komunitas memiliki peran penting dalam membantu mewujudkan lingkungan belajar yang mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid karena:
- membantu menyediakan kesempatan bagi murid untuk mewujudkan pilihan dan suara mereka.
- membantu murid untuk belajar melihat dan merasakan dampak dari pilihan dan suara yang dibuatnya.
- membantu membentuk identitas diri dan efikasi diri murid yang lebih kuat.
- membantu murid untuk dapat tumbuh menjadi agen perubahan yang dapat memberikan kontribusi yang berarti terhadap diri sendiri, orang lain, masyarakat serta lingkungan di sekitarnya.
Kita dapat melibatkan lintas komunitas tersebut dalam proses pembelajaran murid. Namun, yang perlu diingat, jika kita ingin keterlibatan mereka dapat membantu mewujudkan kepemimpinan murid, maka keterlibatan mereka harus dapat mendorong aspek suara, pilihan dan kepemilikan murid. Jangan sampai keterlibatan komunitas justru membuat ketiga aspek tersebut menjadi berkurang.
Untuk dapat mempromosikan aspek suara, pilihan, dan kepemilikan murid, berikut adalah beberapa prinsip yang dapat dijadikan panduan dalam membangun interaksi murid dengan komunitas:
- Membangun suasana yang menghargai murid. Hal ini agar dalam interaksinya dengan komunitas, murid akan senantiasa merasa disambut. dipercaya, dan aman secara fisik dan emosional.
- Mendengarkan murid. Agar dapat tercipta sikap saling memahami dan saling percaya, maka perlu ada upaya untuk mendengarkan murid dengan tulus dan penuh perhatian. Terkadang mungkin tidak mudah melakukan hal ini karena tidak semua anak-anak mampu mengekspresikan apa yang ada dipikirannya dengan jelas. Perlu adanya kesabaran dan empati dari komunitas.
- Dialog atau komunikasi dengan murid. Saat membangun pemahaman, murid akan mengkonstruksi pemahamannya melalui proses refleksi dari pengalaman interaksinya dengan lingkungan dan orang-orang disekitarnya. Oleh karenanya, berkomunikasi dengan murid secara demokratis dan setara menjadi penting. Komunikasi ini harus bersifat dua arah dan bersifat dialog dengan murid, dan bukan bersifat orang dewasa yang ‘memberi perintah’ kepada murid. Dengan meluangkan waktu untuk berdialog dan menanggapi gagasan murid tentang tindakan mereka, akan membantu murid untuk sampai pada pemahaman.
- Menempatkan murid dalam kursi pengemudi. Dalam proses pembuatan keputusan, komunitas dapat memberikan saran atau mendorong ide-ide murid, namun pada akhirnya perlu memastikan bahwa murid lah yang akan mengambil keputusan.