DISQUS SHORTNAME

Pembelajaran Kimia kelas XI

Senyawa organik mengandung atom karbon dalam molekulnya. Atom karbon memiliki beberapa sifat khas sehingga memiliki kelimpahan yang besar di alam. Yuk kepoin aeperti apa penjelasannya.

Kegiatan Pembelajaran 2

Senyawa Hidrokarbon dapat dibedakan menjadi alkana, alkena dan alkuna. Ingin tahu seperti apa bedanya dan bagaimana cara pemberian namanya? Yuk di cek!.

Modul 1.1 PGP Angkatan 3

Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara.

Saturday, April 9, 2022

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

 A.    Satuan Konsentrasi Larutan

Marilah kita pelajari kembali mengenai konsentrasi larutan sebelum kita mempelajari sifat koligatif larutan. Satuan konsentrasi ada beberapa macam, antara lain adalah molalitas (m), molaritas (M), dan fraksi mol (x).

1.  Molalitas (m)

Apakah yang kamu ketahui tentang molalitas? Molalitas merupakan satuan konsentrasi   yang penting untuk menentukan sifat-sifat yang tergabung dari jumlah partikel dalam larutan.

Molalitas didefinisikan sebagai banyak mol zat terlarut yang dilarutkan dalam satu kilogram (1.000 gram) pelarut. Misalkan jika 2 mol garam dapur (NaCl) dilarutkan dalam 1.000 gram air maka molalitas garam dapur tersebut adalah 2 molal.

Secara matematis pernyataan tersebut dinyatakan seperti berikut.

.......... 1.1

Keterangan:

m   =  molalitas larutan

n   =  jumlah mol zat terlarut

p    =  massa pelarut (gram)

Jumlah mol zat terlarut (n) dapat kita tentukan dari massa zat terlarut (m) dibagi dengan massa molekul relatif zat terlarut (Mr). Jadi persamaan (1.1) dapat juga kita tuliskan seperti berikut.

 

3.  Fraksi Mol (x)



Fraksi mol (x) menyatakan perbandingan mol salah satu komponen dengan jumlah mol semua komponen- komponen. Perhatikan contoh berikut. Misalkan 2 mol garam (NaCl) yang dinotasikan dengan A dilarutkan dalam 8 mol air yang dinotasikan dengan B, maka fraksi mol garam (xA) = 0,2 dan fraksi mol air (xB) = 0,8.

Perhatikan gambar di bawah!

Jadi, fraksi mol masing-masing komponen dalam suatu larutan dapat  ditentukan sebagai berikut.


B. Sifat Koligatif Larutan

Pada saat kamu memasak air, apa yang terjadi jika air tersebut mendidih kamu tambahkan gula? Air yang semula mendidih akan berhenti beberapa saat ketika kamu tambahkan gula, kemudian akan mendidih kembali. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi kenaikan titik didih. Titik didih air murni lebih rendah daripada titik didih larutan gula. Kenaikan titik didih ini bergantung jumlah zat terlarut yang ditambahkan pada pelarut, dalam contoh ini bergantung jumlah gula yang ditambahkan pada air. Sifat inilah disebut sifat koligatif larutan.

Sifat koligatif larutan yang lain adalah penurunan tekanan uap, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik. Jadi sifat koligatif larutan tergantung pada konsentrasi zat terlarut dan tidak dipengaruhi oleh jenis zat terlarut. Agar lebih jelas, marilah kita pelajari uraian dari masing-masing sifat koligatif larutan.

1.        Penurunan Tekanan Uap Jenuh



Pernahkah kamu melihat peristiwa penguapan? Pada peristiwa penguapan terjadi perubahan dari zat cair menjadi gas. Jika zat cair dimasukkan ke dalam suatu ruangan tertutup maka zat tersebut akan menguap hingga ruangan tersebut jenuh. Pada keadaan ini proses penguapan tetap berlangsung dan pada saat yang sama juga terjadi proses pengembunan. Laju penguapan sama dengan laju pengembunan. Keadaan ini dikatakan terjadi kesetimbangan dinamis antara zat cair dan uap jenuhnya. Artinya bahwa tidak akan terjadi perubahan lebih lanjut tetapi reaksi atau proses yang terjadi masih terus berlangsung. Tekanan yang disebabkan oleh uap jenuh dinamakan tekanan uap jenuh. Besarnya tekanan uap jenuh dipengaruhi oleh jumlah zat dan suhu. Makin besar tekanan uap suatu cairan, makin mudah molekul-molekul cairan itu berubah menjadi uap. Tekanan uap suatu larutan dapat diukur dengan alat manometer merkurium. Perhatikan gambar 2.1.

Pada alat tersebut setelah larutan dimasukkan dalam labu, semua udara dalam pipa penghubung dikeluarkan melalui pompa vakum. Jika keran ditutup, maka uap yang ada dalam pipa penghubung hanyalah uap dari pelarut larutan tadi sehingga uap itu disebut tekanan uap larutan tersebut. Semakin tinggi suhu cairan semakin banyak uap yang berada di atas permukaan cairan dan tekanan uap yang terbaca semakin tinggi.

Untuk mengetahui penurunan tekanan uap maka pada tahun 1880-an kimiawan Perancis F.M. Raoult mendapati bahwa melarutkan suatu zat terlarut mempunyai efek penurunan tekanan uap dari pelarut.

Apabila pada pelarut murni kita tambahkan sejumlah zat terlarut yang tidak mudah menguap, apa yang akan terjadi? Coba perhatikan gambar berikut ini.


Dalam larutan, terjadi interaksi antara zat terlarut dengan pelarut sehingga zat terlarut tersebut akan menghalangi pelarut untuk menguap. Hal ini menyebabkan tekanan uap larutan lebih kecil daripada pelarut murni. Inilah yang dinamakan penurunan tekanan uap jenuh. Selisih antara tekanan uap murni dengan tekanan uap larutan jenuh dapat dituliskan secara matematis seperti berikut.

 


Persamaan (2.2) di atas dikenal dengan hukum Raoult. Hukum Raoult hanya berlaku pada larutan ideal dan larutan tersebut merupakan larutan encer tetapi pada larutan encer yang tidak mempunyai interaksi kimia di antara komponen-komponennya, hukum Raoult berlaku pada pelarut saja.

Adapun banyaknya penurunan tekanan uap ( ΔP ) sama dengan hasil kali fraksi mol terlarut (xA) dan tekanan uap pelarut murni (P0). Pernyataan ini secara matematis dapat dituliskan seperti berikut.




2.        Kenaikan Titik Didih (ΔTb )

Mengapa air mendidih pada suhu 100 oC? Pada pembahasan terdahulu telah disebutkan bahwa air dapat menguap pada suhu berapa saja dan tekanan uapnya akan meningkat seiring dengan kenaikan suhu. Tekanan uap menggambarkan kecenderungan cairan untuk menguap. Semakin besar tekanan uap, semakin mudah zat itu menguap. Sementara itu, tekanan udara luar memaksa uap tetap berada dalam cairan. Jika tekanan uap kurang dari tekanan udara luar (tekanan dipermukaan cairan), uap hanya terbentuk dari permukaan cairan. Namun ketika tekanan uap cairan sama dengan tekanan udara dipermukaan, penguapan dapat terjadi di seluruh bagian cairan. Uap yang terbentuk dapat naik dan pecah dipermukaan. Keadaan seperti itu disebut mendidih.

Jadi, titik didih adalah suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan  dipermukaan. Oleh karena itu, titik didih bergantung pada tekanan dipermukaan. Dipermukaan laut (tekanan = 760 mmHg), air mendidih pada 100oC karena pada suhu 100oC tekanan uap air sama dengan 760 mmHg. Di pencak Everest (ketinggian 8.882 m dari permukaan laut), air mendidih pada 71oC. Biasanya, yang dimaksud dengan titik didih adalah titik didih normal, yaitu titik didih pada tekanan 760 mmHg. Titik didih normal air adalah 100oC.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa tekanan uap larutan lebih rendah daripada tekanan uap pelarutnya. Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut sehingga kecepatan penguapan berkurang.

Hubungan antara tekanan uap jenuh dan suhu air dalam larutan berair ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

Garis mendidih air digambarkan oleh garis CD, sedangkan garis mendidih larutan digambarkan oleh garis BG. Titik didih larutan dinyatakan dengan Tb1, dan titik didih pelarut dinyatakan dengan Tb0. Larutan mendidih pada tekanan 1 atm. Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa titik didih larutan (titik G) lebih tinggi dari pada titik didih air (titik D).

Jika sama-sama mendidih, manakah yang lebih tinggi suhunya, air murni atau air laut? Melalui percobaan telah kita ketahui bahwa larutan dari zat-zat yang sukar menguap mempunyai titik didih lebih tinggi dari pada pelarutnya. Sebagai contoh larutan garam mendidih pada suhu di atas 100oC.

Selisih antara titik didih larutan dengan titik didih pelarutnya disebut kenaikan titik didih (∆Tb = boilling point elevation).

Harga Kb bergantung pada jenis pelarut. Harga Kb beberapa pelarut diberikan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tetapan kenaikan titik didih molal (K) dari beberapa pelarut


3.  Penurunan Titik Beku (∆Tf)

Titik beku adalah suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap padatannya. Pada tekanan 1 atm, air membeku pada 0oC karena pada suhu itu tekanan uap air sama dengan tekanan uap es.

Penurunan titik beku pada konsepnya sama dengan kenaikan titik didih. Larutan mempunyai titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut murni. Selisih antara titik beku larutan dengan titik beku pelarut disebut penurunan titik beku (∆Tf = freezing point deppression).

Harga Kf bergantung pada jenis pelarut. Harga Kf dari beberapa pelarut diberikan pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Tetapan penurunan titik beku molal (Kf­) dari beberapa pelarut




4. Tekanan Osmosis Larutan (∏)

Osmosis adalah peristiwa mengalirnya molekul-molekul pelarut ke dalam larutan secara spontan melalui selaput semipermeable, atau peristiwa mengalirnya molekul-molekul zat pelarut dari larutan yang lebih encer ke larutan yang lebih pekat. Proses osmosis terdapat kecenderungan untuk menyetimbangkan konsentrasi antara dua larutan yang saling berhubungan melalui membran.


Perhatikan peristiwa osmosis pada gambar 2.3. gabar tersebut menunjukkan osmometer yang diisi larutan gula, kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi air, ternyata permukaan larutan gula pada osmoter naik. Akan tetapi jika di atas torak diberi beban tertentu (Gambar 2.4), maka aliran air ke dalam osmoter dapat dicegah. Gaya yang diperlukan untuk mengimbangi desakan zat pelarut yang mengalir melalui selaput semipermeable ke dalam larutan hingga osmosis tepat berhenti disebut tekanan osmosis larutan (∏). Osmosis balik akan terjadi jika tekanan balik diperbesar hingga melebihi tekanan osmosis.

Tekanan osmosis tergolong sifat koligatif larutan karena harganya bergantung pada konsentrasi dan bukan pada jenis partikel zat terlarut. Menurut van’t Hoff, tekanan osmosis larutan encer dapat dihitung dengan rumus yang serupa dengan persamaan gas ideal, yaitu:






Tuesday, March 29, 2022

RENUNGAN: PENEBUSAN DOSA SIKUPU-KUPU

Disetiap pagiku aku selalu menyempatkan menengok halaman rumah mungilku yang selalu ramai dihiasi gugusan warna-warni bunga anggrek. Ya, berkebun anggrek adalah salah satu hobi yang telah aku geluti sekian lama. Koleksiku terbilang cukup lengkap. Dari anggrek spesies, endemic hingga anggrek hybrid aku miliki di taman kecilku. Sebuah hobi yang membuat diri ini nyaman, gembira dan selalu menebarkan bahagia.

Tetapi tunggu, pandangan ini sedikit terganggu karena melihat seonggok binatang lembek sedikit berbulu menggerogoti kuntum bunga salah satu koleksiku. Tak hanya satu, makhluk sejenis lainnya mengoyak-ngoyak hijaunya daun anggrek yang baru saja mulai terlihat pucuknya. Sebuah pemandangan menyayat hati. Pemandangan yang membuat diri ini sedikit memaki didalam hati.

Karena masih penasaran dengan ulat-ulat itu, akupun kembali menyusuri anggrek-anggrekku untuk mencari keberadaan mereka. Hingga pada satu titik aku bertemu benda asing lainnya. Sesuatu yang bergantung dengan penampakan kulit yang berkilau. Kepompong, ya aku yakin itu kepompong. Kepompong yang menandakan metamorfosa kupu-kupu yang selama ini membantu pembuahan pada bunga-bunga anggrekku. Aku baru tau siapa pelaku pembuahan pada anggrek-anggrek ini.

Akupun mulai terdiam sejenak, teringat dengan kupu-kupu yang biasanya setiap pagi selalu ikut untuk menikmati indahnya bunga-bunga ini. Aku sangat menyukainya ketika melihat mereka terbang dan hinggap dari kuntum kekuntum lainnya. Bak penari yang begitu lincahnya diatas panggung pentas.

Akupun berfikir, ternyata kupu-kupu yang begitu indah dan aku kagumi keindahannya adalah “sipendosa” yangtelah mengoyak-nyoyak anggrek-anggrekku yang indah. Dia awalnya binatang menjijikkan yang memakan bunga, daun dan ibahkan batang anggrekku. Ya, dia yang sering aku semprot dengan pestisida agar segera pergi menyingkir dan enyah untuk selamanya.

Perlahan aku berfikir, apakah metamorphosis kupu-kupu adalah sebuah penebusan dosa masa lalu? Dosa yang dibuat olehnya sendiri atas kerakusannya memakan semua daun dan bunga tumbuhan. Dan bahkan karena kerakusannya tubuhnya mulai mengkaku, mengeras dan hingga memaksanya bertapa sekian waktu dalam terik dan hujan. Pada waktu yang tepat akhirnya ia terlahir menjadi pribadi yang cantik dan siap untuk membuahi tanaman sembari menghisap nectar bunga tanpa harus merusaknya.


Sebuah pengalaman hidup yang aku dapatkan dari binatang kecil bernama kupu-kupu. Ia bermetamorfosis hanya untuk menuntaskan penebusan dosanya dimasa lalu atas kerakusan dan ketamakannya. Memakan semua bagian tanaman hingga tak berdaya bertumbuh, dan ketika telah selesai merenungkan diri dalam “kekakuan” ia terlahir untuk menebus dosanya. Mencari makan bukan dengan merusak, tetapi membantu perkembangbiakan tanaman hingga bertambah populasi sebagai bentuk timbale balik positif atas apa yang dilakukannya dulu. Sebuah siklus kehidupan, untuk penebusan dosa.

 

  

PROGRAM YANG BERDAMPAK KEPADA MURID DALAM MENUMBUHKAN KEPEMIMPINAN MURID

Salam dan Bahagia,

Bapak/Ibu salah satu hal yang penting untuk dilakukan sebagai agen perubahan dalam pendidikan yakni merancang rencana aksi sebagai program yang berdampak kepada murid. Merancang program yang berdampak pada murid dilakukan untuk menumbuhkan kepemimpinan murid (Student Agency). Untuk dapat mewujudkan hal tersebut program yang dirancang haruslah dapat mempromosikan suara, pilihan dan kepemilikan murid. Dalam kesempatan ini, adapun kegiatan yang saya rancang adalah Talisenja. Bagaimana gambaran programnya? mari kita simak bersama.




Sunday, March 27, 2022

CATATAN SIPENGGERAK: Lingkungan yang Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid

 

Salam dan Bahagia, kini kita telah masuk pada modul 3.3 yakni pengelolaan program yang berdampak pada murid. Dalam modul ini terdapat 2 materi utama yakni Kepemimpinan Murid serta Lingkungan yang Menumbuhkan Kepemimpinan Murid. Pada kesempatan ini, saya akan membagikan materi yang saya dapatkan dalam LMS PGP Angkatan 3 yakni Lingkungan yang Menumbuhkan Kepemimpinan Murid.  Secara umum dalam materi kaliini akan membahas 7 karakteristik lingkungan yang dapat menumbuhkan kepemimpinan murid serta peran komunitas dalam menumbuhkan kepemimpinan murid. Berikut akan kita simak bersama-sama materi tersebut yang saya kutip dari Modul PGP Angkatan 3.

 Sebagaimana padi yang hanya akan tumbuh subur pada lingkungan yang sesuai, maka program/kegiatan sekolah yang berdampak pada murid dan menumbuhkembangkan kepemimpinan murid pun akan tumbuh dengan lebih subur jika sekolah dapat menyediakan lingkungan yang cocok.

Lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid memiliki beberapa karakteristik, diantaranya adalah:

  1. Lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif, hingga berkemampuan dan berkeinginan untuk memberikan pengaruh positif kepada kehidupan orang lain dan sekelilingnya.
  2. Lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif, arif dan bijaksana.
  3. Lingkungan yang melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses pencapaian tujuan akademik maupun non-akademiknya.
  4. Lingkungan yang melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.
  5. Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan.
  6. Lingkungan tersebut berkomitmen untuk menempatkan murid sedemikian rupa sehingga aktif menentukan proses belajarnya sendiri.
  7. Lingkungan tersebut menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di tengah kesempitan dan kesulitan.

   (di sadur dari Noble Noble, T. & H. McGrath, 2016)

Dalam rangka mewujudkan lingkungan belajar yang dapat menumbuhkan kepemimpinan murid, guru dan sekolah tentunya tidak dapat bekerja sendiri. Mereka akan memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Salah satunya dari komunitas. Di dalam bahasan selanjutnya di bawah ini,  kita akan membahas bagaimana peran keterlibatan komunitas dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan murid.

Dalam modul 3.2, Bapak dan Ibu sudah mempelajari bahwa salah satu dari tujuh aset/modal yang dapat menjadi kekuatan sekolah yaitu aset sosial. Komunitas adalah bentuk dari aset sosial yang dimiliki sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas program/kegiatan pembelajaran di sekolah. Yang dimaksud dengan komunitas di sini dapat terdiri dari murid, guru, orang tua, orang dewasa lain yang ada di sekitar murid, dan masyarakat atau lingkungan sekitar, yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi  proses belajar murid. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi sendiri, telah mengamanatkan tentang pentingnya kemitraan antara  sekolah dengan orang tua dan masyarakat. Kemitraan ini disebut dengan “tri sentra pendidikan”. Kemitraan tri sentra pendidikan adalah kerjasama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat yang berlandaskan pada asas gotong royong, kesamaan kedudukan, saling percaya, saling menghormati, dan kesediaan untuk berkorban dalam membangun ekosistem pendidikan yang menumbuhkan karakter dan budaya prestasi peserta didik. Melalui pemberdayaan, pendayagunaan, dan kolaborasi tri sentra pendidikan ini, maka keterlibatan yang bermakna dari orangtua dan anggota masyarakat dalam proses pembelajaran menjadi fokus yang perlu terus diupayakan oleh sekolah.

Sebagai pusat dari proses pendidikan, murid ‘berada’ dalam lintas komunitas. Mereka dapat berada sekaligus pada:

  1. komunitas keluarga (anggotanya dapat terdiri orang tua, kakak, adik, pengasuh , dsb)
  2. komunitas kelas dan antar kelas (anggotanya dapat terdiri teman sesama murid, guru)
  3. komunitas sekolah (anggotanya dapat terdiri dari kepala sekolah, pustakawan, penjaga sekolah, laboran, penjaga keamanan, tenaga kebersihan, petugas kantin, dsb)
  4. komunitas sekitar sekolah (anggotanya dapat terdiri dari RT/RW, tokoh masyarakat setempat, puskesmas, tokoh agama setempat, dsb)
  5. komunitas yang lebih luas. (anggotanya dapat terdiri dari organisasi masyarakat, dunia usaha, media, universitas, DPR, dsb)

Kesemua komunitas tersebut secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi proses pembelajaran murid. Komunitas-komunitas tersebut merupakan aset sosial yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas program/kegiatan pembelajaran di sekolah, termasuk dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan murid, yaitu dengan bersama-sama ikut mempromosikan dan mendorong ‘suara, pilihan, kepemilikan’ dalam berbagai peran yang mereka mainkan dan interaksi mereka dengan murid.

1. Komunitas keluarga

Bagaimana kita dapat melibatkan masing-masing komunitas tersebut untuk membantu kita mempromosikan dan mendorong ‘suara, pilihan, kepemilikan’ murid? Mari kita coba bahas satu persatu.

Komunitas yang pertama dan utama bagi murid adalah keluarga mereka. Murid mungkin akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga mereka di rumah dibandingkan di sekolah. Oleh karena itu, sebagai pendidik, kita harus berusaha mencari cara bagaimana keluarga dapat ikut mengambil peran untuk ikut mendorong munculnya suara, pilihan, dan kepemimpinan murid.

Beberapa pertanyaan berikut mungkin dapat membantu Bapak/Ibu ketika berpikir akan mendorong keterlibatan mereka.

  1. Sejauh mana orang tua telah memahami visi dan misi sekolah kita terkait dengan upaya kita menumbuhkan kepemimpinan murid? Apakah mereka memahami apa yang kita maksud dengan voice, choice, dan ownership? Apa yang perlu kita lakukan untuk meningkatkan pemahaman mereka?
  2. Apakah keterlibatan orangtua dalam program/kegiatan pembelajaran di kelas atau sekolah kita selama ini telah mendorong dan menguatkan voice, choice, dan ownership murid, atau justru sebaliknya melemahkannya? (misalnya apakah orang tua justru mengambil peran yang seharusnya dapat dilakukan oleh murid dengan dalih ‘ingin membantu’?)
  3. Kesempatan-kesempatan apa sajakah yang telah kita berikan kepada orang tua untuk terlibat dalam program/kegiatan pembelajaran (baik intra, ko, ekstra kurikuler) yang kita lakukan di kelas atau sekolah? Sejauh mana kesempatan tersebut ditujukan untuk mendorong  voice, choice, dan ownership murid dan membantu terwujudnya kepemimpinan murid?
  4. Apa yang sudah kita lakukan untuk membuat orangtua memahami apa yang sedang dilakukan oleh anak-anak mereka dalam program/kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas atau sekolah? ( sehingga mereka dapat terlibat dalam percakapan atau komunikasi yang otentik dan relevan dengan anak-anak mereka terkait dengan apa yang sedang dipelajari oleh mereka di sekolah)

Kami berharap, lewat beberapa pertanyaan di atas, Bapak/Ibu dapat lebih ‘mindful’ saat ingin melibatkan orang tua dalam proses/kegiatan pembelajaran di sekolah, agar tujuan kita dalam mewujudkan kepemimpinan murid yang  memiliki voice, choice, dan ownership dapat tercapai.

Di bawah ini adalah beberapa contoh strategi yang dapat kita lakukan untuk melibatkan keluarga dalam program/kegiatan pembelajaran murid untuk menumbuhkan kepemimpinan murid.

Keluarga

  • Memastikan orang tua memahami visi dan misi  sekolah  dalam mewujudkan kepemimpinan murid (misalnya dengan mensosialisasikan apa yang dimaksud dengan voice, choice, dan ownership kepada orangtua)
  • Secara aktif melibatkan orang tua untuk membantu menyediakan dukungan dan akses ke sumber-sumber belajar yang lebih luas  untuk membantu mewujudkan suara atau pilihan murid (misalnya meminta bantuan orang tua untuk mengkoneksikan murid yang ingin mengakses masyarakat, lingkungan sekitar, atau dunia usaha atau akses-akses lain yang mungkin sulit untuk dijangkau murid atau sekolah, dsb).
  • Mengadakan workshop atau sesi-sesi informasi yang dapat membantu orang tua memahami pendekatan pembelajaran yang kita lakukan di sekolah (misalnya melalui pelatihan orangtua tentang cara bertanya kepada anak, tentang bagaimana berkomunikasi secara positif, tentang pentingnya ‘suara’, ‘pilihan’, dan ‘kepemilikan’, dsb, sehingga mereka bisa terapkan di rumah).
  • Mengadakan berbagai aktivitas yang memberikan kesempatan bagi murid untuk menunjukkan dan mendemonstrasikan hasil belajar atau pemahaman mereka kepada orang tua dengan tujuan untuk menumbuhkan rasa pencapaian, kepercayaan diri, kemandirian, dan berbagai sikap positif lainnya (misalnya dengan mengundang orang tua untuk menghadiri perayaan, eksibisi atau pameran hasil karya, assembly, pentas seni).
  • Mendorong orang tua untuk mengajak anak-anak mereka ke tempat-tempat yang dapat menumbuhkan rasa empati, mengekspos murid dalam kegiatan pelayanan kepada masyarakat, dsb.
  • Mendorong, mempromosikan dan mengapresiasi upaya orangtua dalam membangun kemandirian, resiliensi, dan tanggung jawab  murid (misalnya dengan guru memberikan komentar positif di buku penghubung murid, dsb)
  • Melibatkan orang tua pada kegiatan-kegiatan non akademis/bukan pembelajaran di kelas agar rasa kepemilikan lebih terbangun


2. Komunitas kelas dan antarkelas

Komunitas kelas terdiri dari murid, guru, atau wali kelas, baik yang ada di kelas murid sendiri maupun di kelas lainnya. Bagaimana guru menavigasi interaksi mereka dengan murid dan interaksi antara murid dengan murid akan sangat mempengaruhi bagaimana voice, choice, ownership murid dapat diwujudkan.  Oleh karenanya, peran Bapak/Ibu sangatlah besar disini.

Beberapa pertanyaan berikut mungkin dapat membantu Bapak/Ibu untuk memikirkan tindakan apa yang dapat dilakukan oleh Bapak/Ibu untuk mempromosikan voice, choice, ownership di dalam kelas.

  1. Apa yang telah saya lakukan untuk mendorong inkuiri/rasa ingin tahu dan kreativitas  murid?
  2. Apakah saya telah memastikan murid memahami apa yang menjadi target dari program/kegiatan pembelajaran mereka? (sehingga murid dapat mengatur dirinya sendiri dan memantau upaya mereka dalam mencapai target tersebut)
  3. Apa yang telah saya lakukan untuk membantu murid membangun pemahaman mereka sendiri? Apakah saya selalu memberikan jawaban pada murid? Seberapa sering saya mengatakan “Bapak/Ibu juga belum mengetahui jawabannya. Mari kita cari bersama-sama!”
  4. Apakah saya memberikan ‘wait time’ saat bertanya kepada murid untuk memberikan mereka kesempatan berpikir?
  5. Sejauh mana saya telah mengkoneksikan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari murid?
  6. Seberapa sering saya mengajak murid-murid melakukan refleksi?
  7. Sudahkah saya bertanya tentang apa yang mereka ingin pelajari dan apa yang mereka minati?
  8. Sejauh mana saya memberi kesempatan murid untuk memilih cara, dengan siapa dan bagaimana mereka belajar?
  9. Apa yang telah saya lakukan untuk membawa murid ke ‘luar’ kelas/sekolah dan mengkoneksikan mereka dengan masyarakat dan dunia yang lebih luas?
  10. dsb.

Di bawah ini adalah beberapa contoh strategi yang mungkin dapat Bapak/Ibu lakukan untuk untuk menumbuhkan kepemimpinan murid dalam lingkup kelas.

Komunitas Kelas dan Antar Kelas (misalnya guru, kepala sekolah, murid-murid)

  • Memfasilitasi  kerja kelompok dan kolaborasi antar murid di kelas dan murid antar kelas (misalnya kerja kelompok, memberikan tugas proyek yang harus dikerjakan bersama-sama, dsb).
  • Mendorong murid untuk bertanya
  • Melibatkan murid dalam proses perencanaan pembelajaran.
  • Melibatkan murid dalam proses penilaian
  • Membentuk dewan murid, komite-komite yang dipimpin oleh murid, kepanitiaan kegiatan yang anggotanya adalah murid-murid.
  • Mendorong terciptanya unity (kebersamaan), yang dapat mempromosikan rasa kepemilikan murid (misalnya dengan mengadakan karnival olahraga, class meeting, dsb).
  • Memberikan kesempatan murid untuk terlibat dalam pengaturan prosedur, rutinitas, kesepakatan kelas, dsb.
  • Memberikan murid kesempatan untuk memberikan umpan balik dalam proses pembelajaran.

3. Komunitas sekolah 

Komunitas sekolah di sini adalah pihak-pihak yang aktif berkegiatan di sekolah (mungkin tidak berada di kelas setiap hari ), namun ada dalam hidup keseharian sekolah serta murid-murid di sekolah. Kepala sekolah, konselor, staf administrasi, tukang parkir, pustakawan, bapak/ibu kantin, penjaga sekolah, pengawas sekolah, komite sekolah, anggota yayasan serta lainnya adalah contoh anggota komunitas sekolah. Walaupun mereka tidak secara langsung mengajar murid di kelas atau terlibat dalam program/kegiatan pembelajaran secara langsung, namun lewat peran dan apa yang mereka lakukan mempengaruhi proses belajar murid. Mempertimbangkan peran mereka dalam mendorong voice, choice, dan ownership akan membantu kesuksesan upaya kita dalam menumbuhkan kepemimpinan murid.

Beberapa pertanyaan berikut mungkin dapat membantu Bapak/Ibu untuk memikirkan bagaimana Bapak/Ibu dapat melibatkan mereka dalam mempromosikan voicechoiceownership di dalam berbagai program/kegiatan pembelajaran di kelas dan sekolah.

  1. Sejauh mana anggota komunitas sekolah (misalnya tukang parkir, satpam, penjaga kantin, pustakawan, tenaga kebersihan) telah memahami visi dan misi sekolah kita terkait dengan upaya kita menumbuhkan kepemimpinan murid? Apakah mereka memahami apa yang kita maksud dengan voice, choice, dan ownership? mengapa pemahaman mereka menjadi penting? Apa yang perlu kita lakukan untuk meningkatkan pemahaman mereka?
  2. Apakah saya mengetahui apa saja yang dapat pustakawan sekolah saya kontribusikan untuk mendukung suara, pilihan, dan kepemilikan murid? Seberapa sering saya mengajak pustakawan terlibat dalam proses perencanaan program/kegiatan pembelajaran di kelas/sekolah saya?
  3. Bagaimana tenaga kependidikan, dari mulai tukang parkir, satpam, sampai penjaga kantin dapat saya dorong untuk membantu membangun lingkungan belajar yang positif dan menghargai suara, pilihan, dan kepemilikan murid?
  4. Bagaimana saya dapat melibatkan mereka untuk membantu mengoneksikan murid-murid saya dengan dunia di luar kelas mereka sehingga murid-murid dapat memperluas pembelajaran mereka dan mewujudkan suara serta pilihan mereka?

Di bawah ini adalah beberapa contoh strategi yang mungkin dapat Bapak/Ibu lakukan untuk untuk melibatkan komunitas sekolah untuk membantu menumbuhkan kepemimpinan murid. Dapatkah Bapak/Ibu memberikan contoh lainnya?

Komunitas Sekolah ( misalnya tukang parkir, pustakawan, laboran, penjaga sekolah, petugas kantin, satpam, tenaga kebersihan, dsb)

  • Memastikan tenaga kependidikan yang ada di sekolah memahami visi dan misi  sekolah  dalam mewujudkan kepemimpinan murid (misalnya dengan mensosialisasikan visi, misi, kebijakan sekolah, program sekolah, dsb)
  • Mengundang pustakawan untuk ikut serta dalam perencanaan pembelajaran, sehingga mereka bisa membantu menyediakan akses ke sumber-sumber belajar yang sesuai.
  • Mendorong pustakawan untuk melibatkan murid dalam memberikan masukan kepada pustakawan terkait dengan koleksi sumber-sumber belajar apa saja yang murid perlukan.
  • Mendorong pustakawan untuk menyediakan beragam perspektif dalam sumber-sumber belajar yang mereka sediakan.
  • Mendorong pustakawan untuk menyediakan sumber belajar yang multimoda agar dapat mengakomodasi berbagai minat dan kebutuhan murid, dan agar murid memiliki pilihan.
  • Mendorong pustakawan untuk melibatkan murid dalam menentukan prosedur yang memungkinkan murid untuk mengatur dan menavigasi diri mereka secara bebas di dalam perpustakaan, namun tetap dengan bertanggung jawab.
  • Mendorong laboran untuk membuat prosedur keamanan dan keselamatan yang tetap memungkinkan murid untuk mandiri dan percaya diri dalam melakukan kegiatan.
  • Mendorong laboran untuk mempromosikan laboratorium sebagai salah satu tempat yang menarik dan menyenangkan bagi murid untuk mengembangkan  keterampilan berpikir kritis dan kreatif.
  • Mengundang tenaga kebersihan, penjaga sekolah, petugas kantin, satpam, dan tenaga kependidikan lain untuk ikut berperan sesuai perannya di sekolah dalam berbagai kegiatan pembelajaran. (misalnya melibatkan mereka menjadi pembicara tamu di kelas, mengundang mereka dalam pertemuan-pertemuan yang terkait dengan bagaimana mereka dapat mendukung murid, dsb).
  • Mengadakan pelatihan bagi para staf pendukung tentang nilai-nilai dan berbagai pendekatan belajar yang dilakukan oleh sekolah, sehingga mereka dapat ikut memodelkan sikap dan perilaku sesuai dengan yang ingin kita kembangkan pada diri anak, dsb (misalnya  pelatihan tentang perlindungan anak, pelatihan tentang protokol kesehatan, dsb)


4. Komunitas sekitar sekolah

Komunitas sekitar sekolah adalah komunitas yang berada di luar sekolah namun masih dalam lingkup sekitar sekolah, atau yang dapat kita sebut sebagai masyarakat. Dalam komunitas ini termasuk apa dan siapa pun yang berada dalam radius yang dekat dengan sekolah, misalkan: tempat ibadah, rumah sakit, warung, usaha di dekat sekolah,  bisnis yang terkait dengan operasional sekolah (provider ATK, dan lainnya), perusahaan di mana orang tua bekerja, hingga keluarga besar dari tiap murid atau orang tua. Mereka mungkin tampak tidak ada kaitannya dengan program/kegiatan pembelajaran murid di kelas atau sekolah kita, namun memiliki potensi untuk mendorong suara, pilihan, dan kepemilikan murid karena peranan yang dapat mereka mainkan.

Beberapa pertanyaan berikut mungkin dapat membantu Bapak/Ibu untuk memikirkan bagaimana melibatkan komunitas sekitar sekolah untuk membantu mempromosikan voice, choice, dan ownership.

  1. Apakah saya mengetahui isu-isu yang sedang terjadi di dalam masyarakat yang ada di sekitar sekolah? Bagaimana saya dapat mengetahuinya?
  2. Bagaimana saya dapat membawa isu-isu tersebut ke dalam kelas dan mentrasnformasikannya menjadi wahana untuk mewujudkan suara, pilihan dan kepemilikan murid?
  3. Bagaimana saya dapat membuka ruang dialog dengan masyarakat sekitar sehingga saya dapat mengomunikasikan harapan saya tentang kepemimpinan murid yang ingin saya wujudkan di diri murid-murid saya?

 Di bawah ini adalah beberapa contoh strategi yang mungkin dapat Bapak/Ibu lakukan untuk untuk melibatkan komunitas sekitar sekolah untuk membantu menumbuhkan kepemimpinan murid. Dapatkah Bapak/Ibu memberikan contoh lainnya?


5. Komunitas yang lebih luas

Komunitas yang terakhir adalah komunitas yang jauh dari sekolah namun berpeluang dan mampu mempengaruhi sekolah. Media massa (lokal, nasional, regional, dunia), media sosial, universitas, pemerintah (daerah, pusat), ormas, parpol,  dunia usaha, dunia industri, dan lainnya merupakan contoh dari komunitas yang lebih luas.

Walaupun komunitas ini mungkin tidak langsung berinteraksi dengan murid-murid kita, namun keberadaan mereka mungkin dirasakan anak-anak atau mempengaruhi anak-anak. Contoh, meskipun mereka tidak berinteraksi langsung dengan para youtuber, namun apa yang dilakukan oleh youtuber dan pendapat-pendapat mereka mungkin mempengaruhi anak-anak. Oleh karena itu, peran komunitas yang lebih luas ini dalam membantu mewujudkan kepemimpinan murid yang mempromosikan suara, pilihan dan kepemilikan murid voice, choice, dan ownership  bisa menjadi signifikan.

Beberapa pertanyaan berikut mungkin dapat membantu Bapak/Ibu untuk memikirkan bagaimana dapat melibatkan komunitas yang lebih luas untuk membantu mempromosikan suara, pilihan dan kepemilikan murid voice, choice, dan ownership.

  1. Siapa sajakah yang termasuk dalam komunitas yang lebih luas ini? Bagaimana mereka dapat secara langsung maupun tidak langsung dapat berpengaruh  dalam program/kegiatan pembelajaran di kelas/sekolah?
  2. Apakah memungkinkan bagi saya untuk melibatkan mereka secara langsung dalam program/kegiatan pembelajaran yang saya lakukan di kelas/sekolah saya?
  3. Jika tidak memungkinkan, bagaimana saya dapat memanfaatkan konten, produk, dari komunitas ini (misalnya berita terkini, artikel, jurnal penelitian, peraturan, kebijakan) dan membawanya ke kelas/sekolah untuk memunculkan inkuiri murid-murid saya?
  4. Komunikasi seperti apa yang harus saya lakukan untuk mendorong keterlibatan?


Peran Keterlibatan Komunitas dalam Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid

Komunitas-komunitas yang mendukung kepemimpinan murid tentunya akan memahami bahwa sesungguhnya murid-murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan. Mereka akan berusaha menciptakan kesempatan-kesempatan yang mendorong tumbuhnya dan berkembangnya berbagai sikap dan keterampilan-keterampilan penting dalam diri murid, misalnya sikap percaya diri, mandiri, kreatif, gigih, keterampilan berpikir kritis, dalam berbagai interaksi yang mereka lakukan dengan murid,  sehingga murid akan senantiasa merasa didukung, berdaya, dan memiliki efikasi diri yang tinggi.

Komunitas memiliki peran penting dalam membantu mewujudkan lingkungan belajar yang mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid karena:

  1. membantu menyediakan kesempatan bagi murid untuk mewujudkan pilihan dan suara mereka.
  2. membantu murid untuk belajar melihat dan merasakan dampak dari pilihan dan suara yang dibuatnya.
  3. membantu membentuk identitas diri dan efikasi diri murid yang lebih kuat.
  4. membantu murid untuk dapat tumbuh menjadi agen perubahan yang dapat memberikan kontribusi yang berarti terhadap diri sendiri, orang lain, masyarakat serta lingkungan di sekitarnya.

Kita dapat melibatkan lintas komunitas tersebut dalam proses pembelajaran murid. Namun, yang perlu diingat, jika kita ingin keterlibatan mereka dapat membantu mewujudkan kepemimpinan murid, maka  keterlibatan mereka harus dapat mendorong aspek suara, pilihan dan kepemilikan murid. Jangan sampai keterlibatan komunitas justru membuat ketiga aspek tersebut menjadi berkurang.

Untuk dapat mempromosikan aspek suara, pilihan, dan kepemilikan murid, berikut adalah beberapa prinsip yang dapat dijadikan panduan dalam membangun interaksi murid dengan komunitas:

  1. Membangun  suasana yang menghargai murid. Hal ini agar dalam interaksinya dengan komunitas, murid akan senantiasa merasa disambut. dipercaya, dan aman secara fisik dan emosional.
  2. Mendengarkan murid. Agar dapat tercipta sikap saling memahami dan saling percaya, maka perlu ada upaya untuk mendengarkan murid dengan tulus dan penuh perhatian. Terkadang mungkin tidak mudah melakukan hal ini karena tidak semua anak-anak mampu mengekspresikan apa yang ada dipikirannya dengan jelas. Perlu adanya kesabaran dan empati dari komunitas.
  3. Dialog atau komunikasi dengan murid. Saat membangun pemahaman, murid akan mengkonstruksi pemahamannya melalui proses refleksi dari  pengalaman interaksinya dengan lingkungan dan orang-orang disekitarnya. Oleh karenanya, berkomunikasi dengan murid secara demokratis dan setara menjadi penting. Komunikasi ini harus bersifat dua arah dan bersifat dialog dengan murid, dan bukan bersifat orang dewasa yang ‘memberi perintah’ kepada murid.   Dengan meluangkan waktu untuk  berdialog dan menanggapi gagasan murid tentang tindakan mereka, akan membantu murid untuk sampai pada pemahaman.
  4. Menempatkan murid dalam kursi pengemudi. Dalam proses pembuatan keputusan, komunitas dapat memberikan saran atau mendorong ide-ide murid, namun pada akhirnya perlu memastikan bahwa murid lah yang akan mengambil keputusan.








Saturday, March 26, 2022

CONTOH JURNAL REFLEKSI TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM YANG MEMILIKI DAMPAK TERHADAP MURID

Salam dan Bahagia,


Minggu ini begitu berat terasa jemari ini untuk mengetikkan kata-kata pada kanvas Canva yang selama ini aku gunakan tuk menulis jurnal. Minggu yang begitu sentimentil, penuh emosi dan serasa berada pada penghujung, padahal ini adalah awal. Ya, sebentar lagi kami CGP angkatan 3 akan berakhir dalam pergulatan bersama LMS yang selama ini menjadi rutinitas kami. Rutinitas yang begitu kami nantikan disetiap harinya. 

Pada kesempatan ini saya akan membagikan jurnal terakhir di perjalanan LMS PGP angkatan 3 ini. Sedikit berbeda dengan jurnal-jurnal sebelumnya, pada jurnal ini seakan saya ingin menumpahkan jutaan perasaan akan harunya hati harus berlalu dari LMS yang telah menemani sekian hari. Semoga bermanfaat.